Mohon tunggu...
Rahmad Widada
Rahmad Widada Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, penyunting buku. Publikasi: 1. Saussure untuk Sastra (metode kritik sastra). 2. Gadis-gadis Amangkurat (novel) 3. Jangan Kautulis Obituari Cinta (novel). 4. Guru Patriot: Biografi Ki Sarmidi Mangunsarkoro.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Aku Membaca Maka Aku Bahagia

18 Oktober 2022   11:36 Diperbarui: 18 Oktober 2022   14:40 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitulah, sedikit atau banyak aku mulai membaca karya-karya sastra Indonesia di bangku SMP. Kecenderungan serupa juga berlanjut di bangku SMA. Namun, ada sedikit perluasan bacaan saat aku di SMA. Karena aku masuk jurusan IPS, buku-buku di bidang ilmu sosial budaya mulai kubaca. Aku terdorong untuk membacanya karena tuntutan tugas mata pelajaran seperti sejarah, tata negara, PMP, dan sosiologi-antropologi.

Dengan menceritakan rupa-rupa pengalamanku bersama perpustakaan dari SD sampai SMA itu aku ingin mengemukakan betapa perpustakaan telah berpengaruh besar dalam masa-masa pertumbuhanku. Bersama perpustakaan aku meraih hal-hal yang kurasakan sangat berharga. Pertama, jelas perpustakaan telah membuatku mengenal dunia yang lebih luas. Berkat buku-bukunya, aku menemukan hal-hal baru, wilayah-wilayah baru, dan pengetahuan baru.

Kedua, secara pragmatis, dapat kupastikan bahwa keakrabanku dengan perpustakaan sejak  SD sampai SMA itu ikut berperan besar dalam capaian pendidikan formalku. Aku mungkin tidak akan sampai duduk di perguruan tinggi seandainya aku tidak akrab dengan perpustakaan, tidak banyak membaca sejak SD. Bagi orang lain mungkin belajar di perguruan tinggi tidaklah istimewa. Namun, bagiku hal itu benar-benar sebuah loncatan penting sebab di antara semua anggota kerabatku, aku adalah generasi pertama yang dapat melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi.

Ketiga, kebiasaan bacaku yang tebentuk secara natural berkat pergaulanku dengan perpustakaan itu telah meletakkan fondasi yang baik untuk pembentukan budaya belajarku di perguruan tinggi, di fakultas sastra, bahkan sampai sekarang. Inilah menurutku inti cerita pengalamanku, bahwa perpustakaan telah menemani dan membawaku pada kesadaran untuk belajar seumur hidup.

Terakhir, harus kunyatakan bahwa segenap pengalamanku dengan perpustakaan itulah yang memungkinkan aku bekerja di dunia buku sebagai editor dan penulis saat ini. Pekerjaan ini sungguh menyenangkan. 

Pengalaman, pengetahuan, ilmu, wawasan, dan semoga juga kebijaksanaan yang aku peroleh melalui membaca merupakan kekayaan batin yang membuatku relatif mudah berbahagia. 

Orang boleh berkata bahwa semua ini hanya bualan yang diindah-indahkan dengan berbusa-busa. Namun, itulah pengalamanku. Orang bisa menyangkalnya, tetapi tetap saja semua telah menjadi bagian hidupku. Oleh karena itu, aku tidak akan pernah ragu untuk berkata, "Bacalah banyak buku karena dengan begitu, Anda punya banyak alasan untuk berbahagia!"

September, 2020

* Merayakan Hari Perpustakaan Sekolah Internasional, 18 Oktober.

 Artikel ini sebelumnya telah dimuat dalam buku "Aku dan Perpustakaan", terbitan Perpusnas Press, tahun 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun