Mohon tunggu...
Rahmad Widada
Rahmad Widada Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, penyunting buku. Publikasi: 1. Saussure untuk Sastra (metode kritik sastra). 2. Gadis-gadis Amangkurat (novel) 3. Jangan Kautulis Obituari Cinta (novel). 4. Guru Patriot: Biografi Ki Sarmidi Mangunsarkoro.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Aku Membaca Maka Aku Bahagia

18 Oktober 2022   11:36 Diperbarui: 18 Oktober 2022   14:40 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan tetapi, perpustakaan SD itu semakin lama menjadi semakin kurang mengasyikkan. Koleksinya tidak pernah bertambah. Aku bosan untuk membaca ulang buku-buku cerita yang itu-itu saja. Oleh karena itu, setelah duduk di kelas lima aku mulai jarang meminjam buku-buku perpustakaan, dan saat aku di kelas enam, buku-buku di sana benar-benar sudah tidak menarik lagi bagiku.

Sebagai gantinya, saat jam istirahat aku sering main ke pasar yang jaraknya cukup dekat dengan sekolahku, seratusan meter saja. Ada dua lapak buku dan majalah bekas di sudut pasar itu. 

Bagiku semua majalah di sana menarik tetapi buku-bukunya tidak. Ya, bagi anak SD, apa menariknya buku kumpulan doa-doa mustajab, primbon, kumpulan syair lagu-lagu pop, tuntunan surat-menyurat resmi, atau contoh-contoh surat cinta? Aku betah di lapak itu karena dapat membuka-buka dan sesekali membeli majalah Hai, Gadis, Ananda, Bobo, Si Kuncung, Kawanku, Gatotkaca, Putra Kita, Femina, dan Kartini. 

Pernah juga kudapati Horison dan Zaman. Untuk dua nama terakhir, kini aku membayangkan betapa panjang dan berlikunya perjalanan kedua majalah itu hingga terdampar di lapak pasar desa kami.

Majalah-majalah bekas itulah yang kemudian menjadi bacaan pengganti koleksi perpustakaan bagiku. Tentu saja aku membaca apa yang tersedia di lapak tanpa arah. Asal menyenangkan dan terjangkau, aku akan membelinya (aku mendapat uang saku dari "upah" sebagai tukang obras di lapak jahit ayahku). 

Namun, selain majalah bekas dari lapak itu, aku punya sumber bacaan lain: koran bekas yang dibeli kiloan oleh ayahku sebagai bungkus pakaian pelanggan. Yang kusukai dari koran-koran bekas ini terutama adalah edisi Minggu-nya. Aku menikmati apa pun yang disajikan koran-koran Minggu: cerpen, serpihan komik strip, kartun, TTS, vignet, puisi, juga berita atau gosip tentang artis. 

Melihat Cakrawala dari Bus Perpustakaan Keliling

Majalah dan koran bekas terus menjadi bahan bacaanku selanjutnya. Begitulah adanya hingga suatu siang pada pertengahan tahunku di kelas enam SD, aku melihat bus bercat biru-langit terparkir di bawah kerindangan pohon beringin di halaman balai desa. Terbaca olehku tulisan "Perpustakaan Keliling" di badan bus itu. Pemandangan tersebut jelas terlalu menarik dan menakjubkan bagiku.

Oleh karena itu, aku pun memaksa kakakku untuk membelokkan sepeda kami ke halaman balai desa. Aku melupakan pekan raya tradisional Rabu Pungkasan yang menjadi tujuan kami semula. Kami turun dari sepeda, mendekati bus, dan dengan ragu-ragu melongok ke dalam bus. 

Ada banyak orang dewasa dan anak-anak di dalamnya. Mereka tampak asyik melihat-lihat dan memilih-milih buku yang berjajar di rak memenuhi dinding dalam bus. Mereka yang sudah menemukan bukunya lalu membawanya ke meja petugas yang terletak di samping pintu masuk bus.

Apa? Buku-buku itu boleh dipinjam! Begitulah pekikku dalam hati. Aku takjub dan tentu ingin sekali dapat meminjam buku-buku seperti mereka. Dengan memberanikan diri, aku pun menanyakan kepada petugas itu bagaimana caranya untuk meminjam buku di situ. Singkat kata kami harus mendaftarkan diri. Beberapa syarat administrasi harus kami penuhi. Karena itu, baru pada jadwal kedatangan perpustakaan keliling berikutnya aku memperoleh kartu anggota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun