Mohon tunggu...
Fajar Perada
Fajar Perada Mohon Tunggu... Jurnalis - seorang jurnalis independen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pernah bekerja di perusahaan surat kabar di Semarang, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Terbukti Dibayar! Lembaga Survei Kini Hanya Jadi Alat Politik

5 April 2022   12:33 Diperbarui: 5 April 2022   12:42 1384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi, lembaga survei saat ini kerap merangkap menjadi konsultan politik partai politik maupun pasangan capres/cawapres atau dalam pilkada. Kalau itu yang terjadi, maka hasil surveinya dipertanyakan. Lembaga survei hanya akan menjadi predator demokrasi dan alat propaganda politik.

Direktur Program Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), Sirajudin Abbas mengakui ada banyak kecurangan yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei. Malah, kata dia ada lembaga survei yang ketika diaudit mengundurkan diri sebelum diaudit. Intinya, mereka menghindari audit itu.

Kendati demikian, Sirajudin Abbas mengakui masih banyak lembaga survei yang tetap disiplin dengan tradisi keilmuan, baik melakukan survei opini publik maupun hasil hitung cepat (quick count) dengan dasar metodologi dan kerangka scientific yang sangat baik, sehingga hasilnya terbukti tidak berbeda jauh dengan hasil rekapitulasi penghitungan suara secara resmi dari KPU.

Ada empat kriteria menurutnya untuk menentukan sebuah lembaga survei kredibel yaitu pertama, reputasinya. Rekam jejak sebelumnya seperti apa, publik perlu mengetahui  sebelumnya baik pada pilpres, pileg terdahulu maupun pilkada.

Kedua, pada sumber daya manusianya (SDM). Karena banyak peneliti di lembaga survei  yang mengaku mengerti statistik tetapi dalam praktiknya keilmuwan mampu melakukan survei. Ketiga, kejujuran dalam menyampaikan metodologi survei. Keempat,  harus menjelaskan secara rinci runutan dan temuan survei. Dari mana prosesnya,  misalnya cara bertanya harus dijelaskan, juga temuan yang harus disampaikan lengkap. Terkadang ada yang disampaikan ujungnya saja sehingga memunculkan kebingungan di masyarakat.

Pengamat Politik Musni Umar menegaskan tidak percaya dengan hasil survei pilpres yang dilakukan sejumlah lembaga survei. Rektor Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta itu mengaku lebih percaya dengan kajian maupun penelitian dari para mahasiswanya. Karena tidak memiliki kepentingan dengan pihak manapun.

Terakhir, soal lembaga survei ini, simak apa kata Prabowo Subianto, Ketum Gerindra yang kini Menhan itu. Lebih banyak lembaga survei yang tak independen, tak objektif dan hanya digunakan sebagai alat politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun