Mohon tunggu...
Eva Purba
Eva Purba Mohon Tunggu... PEGAWAI SWASTA -

ingin berbagi melalui tulisan, karena terkadang apa yang ada di fikiran tidak dapat di ungkapkan dengan lisan :)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Benci, Kenapa Harus Kamu...

14 Oktober 2014   20:13 Diperbarui: 4 September 2015   14:54 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini, Nina benar benar tergugu. Pesan Adrian membuatnya benar benar merasa bersalah, dan tersanjung. Karena ternyata Adrian menaruh harapan padanya sejak perkenalan mereka yang belum lama. Sementara dirinya, saat ini masih duduk manis menunggu seseorang yang sama sekali tidak tahu dimana keberadaannya, berkali kali Nina mencoba menghubungi Lionel tapi telefonnya sama sekali tidak diangkat. Nina melenguh, kenapa harus Lionel yang dipilih hatinya untuk menunggu, dan kenapa harus Adrian yang mau menunggu dirinya? kenapa bukan Lionel?? Nina menunduk, tanpa mampu bertahan lagi airmata nya jatuh satu persatu.

20.25 wib (kedai kopi Bianca & Nina)

"Terima kasih.." Adrian tersenyum kepada pelayan yang mengganti kopi nya dengan gelas baru. lalu meregangkan otot otot tangannya, setelah beberapa waktu tadi sibuk mengutak atik androidnya membuka media sosial milik Nina, lelaki itu tersenyum. Puluhan tahun, gadis itu tidak berubah, senyum nya masih seperti dulu ketika dia berumur 15 tahun, senyum malu malu ketika di ospek oleh senior PMR si sekolah. Adrian telah jatuh cinta pada Nina, adik kelasnya di sekolah menengah pertama, dan juniornya di kegiatan ekstra PMR. Dan sekarang  ketika Adrian menemukan nya kembali, dia sama sekali tidak ingin kehilangan kesempatan seperti dia kehilangan kesempatan dulu karena masih anak sekolah. "Masih menunggu Nin..." Ujarnya dalam hati, sambil menikmati alunan lagu ColdPlay 'True Love'' yang di putar pemilik cafe.

 "For a second, I was in controlI had it once, I lost it thoughAnd all along the fire below would rise And I wish you could have let me knowWhat's really going on belowI've lost you now, you let me goBut one last time Tell me you love meIf you don't then lieLie to me Remember once upon a timeWhen I was yours and you were blindThe fire would sparkle in your eyesAnd mine So tell me you love meAnd if you don't then lieLie to me Just tell me you love meIf you don't then lieLie to meIf you don't then lieLie to me And call it trueCall it true loveCall it trueCall it true love...."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun