"Dia pasti datang, mungkin sedang macet."
"Oh, oke... terserah. Aku tadi nya cuma ingin mengingatkan kalau ada lelaki yang menunggumu di sini, katanya dia juga sudah buat janji denganmu."
"Adrian...."
"Oh ya, tadi dia menyebut nama nya seperti itu. Adrian.."
"Tapi aku sudah mengirimi dia pesan kalau aku tidak bisa bertemu dengan nya."
"Karena Lionel?" Nina terdiam.
"C'mon Nin, seharusnya kamu bisa memilih dengan baik, siapa yang seharusnya kamu temui. Adrian sudah menerima pesan terakhirmu, tapi dia yakin kalau kamu akan datang. Sementara Lionel aku yakin dia hanya akan mengulang kejadian yang lalu lalu, tidak akan datang dengan alasan sibuk!" Klik! telefon dimatikan. Bianca sepertinya benar benar kesal kali ini.
Nina tergugu, di pergelangan tangannya jam sudah menunjukkan 19.15 wib. Nina mengecek ponselnya, siapa tau Lionel mengirimi pesan terlambat datang. Tapi tetap tidak ada. Lemon Tea yang di pesan nya sama sekali belum tersentuh. Nina seperti kehilangan selera. 'kemana kamu...?' batin nya.
Â
19.45 wib
"Nin, aku masih di cafe menunggumu. Aku bertemu Bianca sahabat terbaikmu. Tau ngga kenapa aku ingin bertemu denganmu di tempatmu biasa menghabiskan waktu bersama Bianca? karena aku ingin menjadi orang yang bisa menemanimu ber imajinasi di sini, di tempat favoritmu, menjadi salah satu orang terdekatmu seperti Bianca, tapi tidak mau menjadi bahan imajinasimu, aku ingin jadi sosok yang nyata untukmu Nin, yang bisa mewujudkan impianmu tentang cinta."