"Oke, kita bertemu di cafe 45, jam 6 ya."
"Oke.." Message send.
Nina segera mengemasi pekerjaannya. Dia butuh sekitar 30 menit untuk tiba di cafe 45. dan Nina tidak ingin terlambat bertemu lelaki itu. Lelaki yang nama nya hampir tidak pernah hilang dari memory otaknya sejak perkenalan mereka 2 tahun silam, lelaki yang bahkan belum pernah bertemu dengan nya, lelaki yang tampang nya hanya bisa di nikmati nya dari media sosial, yang diam diam sering di kunjungi nya untuk melihat aktivitas lelaku itu. Lelaki yang ntah kenapa mampu membuatnya merasakan debar jatuh cinta setelah kehilangan cinta pertamanya, dan lelaki yang seperti dikatakan Bianca "sama sekali belum berbuat hal istimewa untuknya". Tapi nina tidak tahu kenapa perasaannya begitu lekat pada lelaki bernama Lionel.
"Maaf Drian, aku tidak bisa datang. Ada pekerjaan yang harus ku lakukan sore ini." Sambil menuruni tangga, Nina mengetikkan beberapa kalimat di kolom pesan ponselnya, lalu mengirimkan pada Adrian.
'Maafkan aku...' Desis Nina dalam hati. Mungkin ini konyol, tapi dia sungguh ingin bertemu Lionel daripada Adrian. Beberapa menit tidak ada balasan. Nina menghela nafas, lalu memasukkan ponselnya kedalam saku blazernya dan segera meluncur ke tempat nya bertemu dengan Lionel.
Â
18.30 wib
Suasana cafe lumayan ramai. Nina berucap terima kasih kepada waitress yang mengantarkan lemon tea hangat pesanannya. Pandangan nya tak lepas dari pintu masuk cafe. Dari tempat duduknya yang berada di sudut, Nina bisa dengan bebas memandangi orang yang masuk, dan berharap diantara orang orang yang berseliweran dia bisa menemukan siluet Lionel. Berkali kali Nina menarik nafas, berusaha meredakan gemuruh di hati nya. Dan berkali kali juga berdoa agar Lionel menepati janji nya kali ini.
18.45 wib
"Dimana?" Pesan masuk, dari Bianca.
"Cafe 45."