"Sorry..." Ucap Bianca sambil ikut mengibas ngibaskan tangannya di udara.
"Lupakan dia ya, kamu masih bisa menemukan lelaki yang benar benar mencintaimu, yang menghargai dirimu lebih dari pekerjaannya yang super sibuk itu."
Nina mengulas senyum tipis.
"Kamu tahu..?" Bianca mematikan kreteknya lalu melipat tangannya di atas meja, menatap sahabatnya itu dalam.
"Lelaki seperti itu tidak akan bisa sepenuhnya mencintai orang lain selain dirinya sendiri, dia terlalu egois untukmu." Ujarnya.
"Aku tahu..." Suara Nina serak.
"So..?"
"Aku juga tidak tahu, kenapa harus jatuh cinta padanya..."
Bianca terkekeh.
"Bull shit itu Nin, cinta itu tumbuh seiring dengan pertemuan, komunikasi dua arah, perhatian. kamu cuma di manipulasi sama perasaan melow yang suka kamu pelihara!" Suara Bianca meninggi.
"Laki laki itu tidak atau belum melakukan apapun untukmu, ayolah Nin, pake logika, realistislah!"