Puisi : Edy Priyatna
Sedang banyak nan bercerai berai
tidak mengerti kerakyatan
kini dipimpin oleh wakilnya
mulai benci keadilan sosial
hingga kini telah hilang satu demi satu
penculik datang mengoyak-ngoyak
melihat padi nan mulai tumbuh
petani memburu cap jejak pijak
entah mengapa tubuhku menjadi berat
mempertahankan hasil panen nan utuh
Sepantun sajak kau diberantas kehampaan
setakat membuat jiwa bergetar
saat sorot mataku tak berkedip menatapmu
hingga tercatat pada langit biru
serasa ada benda tajam mengalir dalam darah
membersihkan seluruh jantungku
sementara angin menggerakan tubuhku
dalam bayangan matamu nan bening
suatu saat nanti kita bertemu kembali di jalan
akan kudekap dirimu dan juga jalan itu
Â
Semalaman mungkin terlalu berkenan
maklum karena terlalu lama bersedih
selama tujuh puluh tiga tahun
telah lupa arti dan telah lupa diri
terbuai bunga tidur reformasi
tanggal ini aku pergi ke desa
membawa pesan dari sahabat
kabar indah dari semesta
apakah ini di temukan menarik jiwa
tawang ceria tampak tiada ingin tumplak
(Pondok Petir, 13 Mei 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H