Mohon tunggu...
Eppy Manu
Eppy Manu Mohon Tunggu... Foto/Videografer - CEO Media spektrumnasional.com & spektrum-ntt.com

Cara sederhana untuk berkeliling dunia adalah membaca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pernahkah Orang India Menempati Pulau Pantar Alor, Nusa Tenggara Timur?

27 September 2018   20:36 Diperbarui: 28 September 2018   05:27 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakaria M. Sali, S.Kom.I., M.Ud

A. Prolog

Pulau pantar secara geografis terletak di wilayah Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dan letak pulau pantar yaitu : bagian timur pulau pantar berbatasan dengan pulau Pura, Tareweng, Ternate Besar, Pulau Buaya dan Pulau Alor, bagian barat berbatasan dengan Pulau Flores, utara berbatasan dengan Laut Flores dan Pulau Lapang, dan bagian Selatan berhadapan dengan Selat Ombay.

Pulau pantar secara administratif dibagi kedalam lima Kecamatan yaitu Kecamatan Pantar ibu Kota Kabir, Kecamatan Patar Timur Ibu Kota Bakalang, Kecamatan Pantar Tengah Ibu Kota Maliang, Kecamatan Pantar Barat Ibu Kota Baranusa, dan Kecamatan Pantar Barat Laut Ibu Kota Marica.

Pulau pantar adalah pulau yang memiliki ragam suku/ klan yang berdomisili di dalamnya, dan tentu secara otomatis pulau pantar juga pasti memiliki ragam kebudayaan, mulai dari sistem kepercayaan dan religi, bahasa, mata pencaharian, sistem kesenian dan lain sebagainya. 

Jarak tempu untuk menuju ke pualu pantar dari ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu Kota Kupang bisa melalui dua jalur yaitu jalur udara dan jalur laut, jalur laut jarak tempu menuju pulau pantar berkisar 20 hingga 24 jam dan jarak tempuh menggunakan jalur udara (pesawat) berkisar 45 menit dan hanya sampai di Alor (Kalabahi) dan kemudian untuk menuju ke pulau pantar harus menggunakan perahu motor penyebrangan, dengan jarak tempuh yang berfariasi sesuai dengan tempat tujuan yang akan di tuju.

B. Nama Pulau Pantar  

Nama pulau pantar menurut seajarah lokal diambil dari nama tali bakul yaitu dari kata Pantar Le, yang menurut cerita lokal bahwa pada masa kependudukan belanda ada orang belanda yang sedang jalan-jalan kemudian bertemu dengan salah seorang perajin bakul yang sedang menganyam tali bakul, dan orang belanda tersebut menanyakan kepada pengrajin tersebut, tentang apa nama pulau tersebut, dan kebetulan pengrajin yang sedang menganyam tali bekul tersebut ada gangguan pendengaran (tuli), jadi pengrajin tersebut mengira bahwa orang belanda tersebut menyakan ia sedang apa, sehingga ia menjawab bahwa ia sedang menanganyam tali bakul sehingga menjawab secara spontan bahwa Pantar Le yang berari "Tali Bakul".

Dari percakan sederhana yang besifat miskomunikasi tersebut, kemudian orang belanda tersebut mengambil kesimpulan bahwa nama pulau tersebut ialah Pulau Pantar seperti yang sekarang digunakan oleh kebanyakan orang dalam penyebutan nama pulau tersebut.

Namun ada perpektif lain yang menyebutkan bahwa nama pulau pantar yang sesungguhnya adalah Gali Au, seperti kebanyakan dalam tuturan sejarah lokal orang-orang menyebutkan dalam suatu semboyan yaitu Gali Au Watang Lema dan Solor Watang Lema, yang menunjukan hubungan antara kedua daerah teresbut sebagai hubungan kekeluargaan yang bersifat kakari (kakak -beradik), namun perpektif ini harus ada pendalaman yang mendalam baik secara historis ataupun sifatnya ilmiah, sehingga kita dapat memahami secara utuh nama sesungguhnya dari nama pulau pantar teresbut serta kebudayaan yang inklud didalamnya.  

C. Hipotesis tentang keberadaan Orang India di Pulau Pantar

India adalah satu suku-bangsa yang cukup terkenal dalam perdagangan internasional, dan memiliki kebudayaan dan peradaban yang tinggi jika dihadapkan pada peradaban-peradaban kuno lainnya yang ada di dunia. Untuk wilayah asia bagian tiimur, India dan Cina merupakan dua suku-bangsa yang sudah lama membangun kontak dagang dengan bangsa-bangsa yang memiliki peradaban tinggi, misalnya dalam kajian Philip K. Hitty sebagaimana yang di tulis dalam bukunya The History Of Arabs Ia mengungkapkan bahwa bangsa cina dan india sudah membangun kontak dagang dengan timur tengah (Mesir) sudah terjadi 2500 SM melalui jalur darat.

Dan dalam kajian lain para pakar juga mengungkapkan bahwa india dan cina juga melakukan kontak dagang dengan kerajaan-kerajaan nusantara yaitu kerajaan Sriwijaya dan Majapahit pada masa-masa silam (baca Sejarah Asia Tenggara). Dari proses perdagangan tersebut mendorong orang-orang india dan cina untuk bermigrasi dari negeri asalnya ke wilayah nusantara dan ada yang menetap selamanya di nusantara dan ada yang kembali lagi ke negeri asal mereka, sehingga dapat diduga bahwa orang Indonesia merupakan sebahagian besar adalah keturunan dari orang india dan cina yang sudah terakulturasi baik secara fisik ataupun kebudayaan dengan masyarakat nusantara.

Dasar ini menjadi sebuah pijakan bagi kita bahwa orang-orang india pernah berada di wilayah nusantara baik itu sebelum ataupun sesudah masa Sriwijaya ataupun Majapahit. Dan harus dingat oleh kita bahwa kenapa india bisa bermigrasi ke negeri-negeri lain yang ada diwilayah asia tenggara termasuk Indonesia, karena India pernah memiliki sentrum perdagangan dunia pada masa silam hingga muncul agama-agama besar dunia, yaitu Gujarat sebagai sentrum perdagangan internasioanl dalam wilayah india, dari situ kemudian mendorong orang-orang india untuk bermigrasi membawa barang dagangan mereka ke negeri lain terutama wilayah asia bagian tenggara.

Misalnya india melakukan kontak dagang dengan kerajaan-kerajan yang ada di wilayah nusantara, yang dalam hemat penulis bahwa dari proses perdagangan itulah kemudian membuat orang-orang india mulai berdatangan  ke wilayah Indonesia (nusantara) bukan saja membawa barang dagangan mereka tetapi mereka juga membawa ilmu dan pengetahuan  sebagai bekal dalam perjalanan mereka menuju nusantara dan bekal untuk tetap survive di negeri yang jauh dari daerah asal mereka.

Dalam kontek Pulau Pantar yang menjadi objek pembahasan penulis dalam tulisan sederhana ini bahwa, di pulau pantar ada sisa-sia peninggalan zaman pra-sejarah yang masih menyimpan teka-teki yang perlu dijawab dan membutuhkan kajian ilmiah yang mendalam oleh para ahli tentang sisa-sisa kebudayaan tersebut.

Misalnya di daerah pulau pantar ditemukan benda pra-sejarah pada masa perunggu yaitu Moko atau Wullu dalam bahasa lokal pantar, namun sampai sekarang belum ada jawaban yang tepat oleh para ahli terutama para antropolog tentang asal muasal moko ini sebenarnyta dari mana, para antropolog hanya mengungkapkan bahwa Moko itu dibawah oleh suku Donson dari Vietnam masuk ke wilayah Indonesia pada masa pra-sejarah. Tapi dalam hemat penulis bahwa tesis dari para antropolog ini bisa dibantahkan bahwa suku Donson bukanlah orang-orang yang ahli dalam bidang perdagangan seperti halnya bangsa india dan cina seperti yang telah penulis diutarakan di atas.

Dari tema yang diangkat oleh penulis yaitu "Pernahkah Orang India Menempati Pulau Pantar?" tema ini dikuatkan oleh beberapa temuan yang menjadi indikator penting tentang keberadaan orang-orang india diwilayah Pulau Pantar pada masa-masa silam terutama pada era-perunggu. Indikator-indikator tersebut akan penulis paparkan dibawah ini :

1. Tentang Keberadaan Moko/Wullu

Moko merupakan benda pra-sejarah yang berada di pulau pantar dan Kabupaten Alor secara umum, sehingga Alor digelar sebagai daerah 1000 Moko, namun sampai saat ini belum ada kajian ilmiah yang mendalam tentang keberadaan moko yang ada di pulau pantar dan umumnya Kabupaten Alor. Moko hanya menyimpan cerita mitologi  bagi masyarakat Alor-Pantar.

Tentang keberadaan Moko ini ada sebuah temuan yang menguatkan bagi penulis ketika penulis meneliti tentang "Perkawinan Sebagai Perekat Solidaritas Sosial Antar Klan, Studi tentang Budaya Perkawinan dalam Adat Masyarakat Baranusa Kecamatan Pantar Barat Kabupaten Alor -- Provinsi Nusa tenggara Timur" salah satu narasumber yaitu Bapak Tabang Kusing mengungkapkan bahwa pulau pantar pernah dihuni oleh orang india dan telah menciptakan adat pantar kemudian mereka kembali ketempat negeri asal mereka, dan beliau mengungkapkan bahwa moko merupakan satu karya terbesar yang ditinggalkan oleh orang-orang india di tanah pantar atau tanah Alor pada umumnya.

Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa pada saat orang-orang india kembali ke negeri asal mereka barang-barang yang menjadi hasil karya mereka tersebut mereka sembunyikan misalnya moko ini mereka sembunyikan diberbagai tempat. seperti mereka sembunyi ditempat tumbuhnya tumbuhan bambu (au matang onong), di dalam goa (liang) dan dalam tanah. Ketika orang-orang mendapat moko di dalam tiga tempat tersebut mereka menyembutkannya dengan istilah yang berbeda-beda pula.

Misalnya orang menemukan moko ditempat tumbuhnya bambu mereka menyebutnya dengan istilah Mali -Bang, ketika mereka menemukan moko didalam goa maka mereka menyebutnya dengan istilah Wulu Lagging, dan ketika mereka menemukan moko dalam tanah mereka menyebutnya dengan istilah "Mogobe". 

Istilah-istilah ini menguatkan bahwa moko itu pernah diproduksi oleh orang yang memiliki peradaban yang tinggi dalam jumlah yang banyak pada zaman perunggu oleh orang-orang india yang menempati tanah pantar. Pendapat ini sekaligus sebagai bantahan terhadap mitos tentang keberadaan moko yang secara mitologi berasal dari mahluk ghaib yaitu jin atau setan seperti yang berkembang dalam cerita lokal masyarakat pantar- Kabupaten Alor. Dan temuan ini juga sebagai pantahan pada tesis yang menyatakan bahwa moko itu berasal daru suku donson (Vietnam) seperti perpektif para antropolog.

2. Penemuan Gelang Kaki (Gilling)

Mengenai gelang kaki  atau dalam istilah lokal orang menyebutnya dengan istilah gilling, mengenai penemuan gelang kaki ini pernah diungkapkapkan oleh Ibu Helang Matang bahwa mereka pernah menemukan gelang kaki ketika mereka menggali ubi hutan. Dan gelang kaki yang mereka temui tersebut sama persis seperti kebanyakan yang digunakan oleh perempuan-perempuan india ketika mereka melakukan tarian-tarian tradisonal mereka.

Dan hingga sekarang kebanyakan orang-orang pantar ketika mereka melakukan tarian Hokil, ada sebagaian dari mereka ada yang menggunakan gilling sebagai bunyi tambahan pada alunan musik yang dimainkan oleh pemandu musik dalam acara Hokil.  

Ketika kita mengidentifikasikan tentang gelang kaki yang berbentuk gilling, benda tersebut kebanyakan dimiliki oleh orang-orang india dan ini menjadi identitas mereka ketika mereka melakukan tarian-tarian tradisonal. Jadi Gilling menjadi benda penguat tentang keberadaan orang-orang india di pulau pantar pada masa silam.

3. Penemuan Cincin Tanah

Salah satu kebiasaan masyarakat pantar adalah melakukan berburu pada musim kamarau, sebelum mereka melakukan aktifitas berburu sebagaimana mestinya mereka selalu membakar hutan setelah itu, baru mereka melakukan aktifitas berburu, dan hewan yang menjadi buruan mereka adalah rusa dan babi.

Dalam berburu tersebut, orang-orang pantar pernah menemukan cincin tanah, dan diduga bahwa cincin tanah tersebut berasal dari orang-orang india. Hal ini menguatkan kepada kita bahwa orang india pernah berada dipulau pantar berdasarkan temuan-temuan yang sudah dutarakan atau akan penulis utarakan berikut ini.  

4. Tong berisi Air (Kumba)

Salah sartu wadah penyimpan air yang kebanyakan digunakan oleh masyarakat pantar adalah Kumba. Benda ini menjadi satu-satunya benda penyimpan air sebelum masyarakat menemukan wadah/tong air plasitik seperti sekarang ini, bahkan dulu tiap rumah memiliki kumba. Alat yang digunakan untuk mengambil air adalah Tuku yaitu satu alat pengambil air yang terbuat dari bambu besar dan penimbahnya terbuat dari dahan pinang (ua blako), setelah mereka mengambil air dari sumur atau mata air, maka air tersebut disimpan dalam tong yang dinamakan kumba.

Kumba merupakan salah satu wadah penyimpan air yang kebanyakan digunakan oleh orang-orang india, seperti yang kita saksikan dalam drama-drama india atau tulisan-tulisan yang penah kita baca. Sehingga penulis berani mengatakan bahwa kumba adalah satu benda yang  berasal dari india. berbeda halnya dengan keramik, dimana keramik merupakan idenrtitas benda yang diperdagangkan oleh orang-orang cina pada masa silam diseluruh dunia termasuk wilayah asia tenggara seperti indonesia.

5. Gerabah dari Tanah Liat

Sebelum masyarakat pantar mengenal tempat penanak nasi dari aluminium seperti panci, periuk, tacul dan lain sebagainya,. Masyarakat pantar dan alor pada umumnya menggunakan gerabah dari tanah liat untuk menanak nasi yang namanya kaluba tanah. Dan berbagai jenis gerabah lainya yang digunakan oleh mereka seperti kawwi, pasul dan lain sebagainya.

Dan masyarakat pantar kebanyakan dahulu hingga tahun 1990-an masih menggunakan gerabah-gerabah tersebut, dan gerabah tersebut mereka peroleh dari orang-orang Ampera (Alor) sebagai pengrajin gerabah hingga hari ini. Dan saya menduga bahwa keahlian dalam pembuatan gerabah tersebut diperoleh dari orang-orang india. Karena masyarakat alor pada umumnya tidak memiliki skil ataupun pengetahuan tentang cara pembuatan gerabah pada masa pra-sejarah.

Gerabah-gerabah yang dihasilkan di Kabupaten Alor tersebut sama persis yang digunakan oleh orang-orang india ketika mereka mengisi susu dalam jumlah yang banyak, dan mereka menyimpan dalam gerabah yang terbuat dari tanah liat tersebut.

6. Bentuk fisik

Mengenai bentuk fisik masyarakat pantar tidak semuanya bearmbut kriting tetapi sebagaian juga masyarakat pantar yang bentuk rambut mereka bergelombang, terutama kaum laki-laki dan memiliki bulu yang lebat baik itu pada kaki, tangan, dada dan bewokan pada pipi atau berjenggot tebal, serta memiliki kulit itam kecoklatan, walaupun identifikasi fisik semacam ini sangat sederhana, namun bisa dikatakan bahwa ada kemiripan fisik antara orang-orang india dengan orang-orang pantar.

Pada tahun 2002 penulis pernah datang ke pulau pantar, bagian pantar barat laut tepatnya Pulau Kangge penulis melihat ada seorang ibu yang wajahnya sama persis seperti orang-orang india mulai dari warna kulit, bentuk wajah, bentuk mata hingga bentuk rambut yang mirip seperti wanita-wanita yang ada di india.

Bentuk-bentuk fisik yang dimiliki oleh masyarakat pantar tersebut diduga oleh penulis bahwa sebagian orang-orang adalah keturunan dari orang-orang india yang pernah menempati daerah tersebut, sehingga kemiripan fisik merupakan hal yang niscaya, walaupun menurut penulis sudah terjadi proses akulturasi ras yang sudah cukup lama diantara mereka, sehingga identifikasi fisik ini sulit untuk dibenarkan. Kecuali penelitian melalui tes DNA seperti yang terjadi pada masyarakat suku sumba, di pulau sumba provinsi Nusa Tenggara Timur tentang asal muasal mereka.

7. Kecenderungan Pada Musik

Musik merupakan suatu jenis kesenian dari ragam kesenian yang dimiliki suatu masyarakat. Musik berisikan pesan dan memiliki nilai eksotis yang mendalam pada rasa yang memiliki arti keindahan tersendiri bagi manusia dan alam yang menjadi tempat kehidupan manusia. Sehingga musik menjadi suatu hal yang urgen dalam kehidupan manusia.

Dalam kehidupan masyarakat pantar ada beberapa jenis musik tradisonal yang dimiliki oleh mereka sebagai bentuk estetika dari peradaban mereka. Namun kecenderungan masyarakat pantar rata-rata mereka lebih lebih senang dengan beberapa jenis music, seperti musik india, dandut dan melayu. Kecenderungan pada musik ini memiliki penafsiran bahwa kenapa orang pantar cenderung pada ketiga jenis musik tersebut terlebih pada musik india.

Kecenderungan pada musik ini dalam hemat penulis bahwa bisa jadi antara orang-orang india dan orang-orang pantar memiliki jiwa eksotis yang sama, dan bisa jadi mereka memiliki genetic yang saling berhubungan. Sehingga rasa mereka akan keindahan itupun ada kecenderungan yang serupa.

8. Pengakuan dari Suku Kaimoring di Baranusa (Pantar Barat)

Suku kaimoring adalah salah satu suku/klan yang berada di daerah Baranusa Kecamatan Pantar Barat Kabupaten Alor. Suku ini pernah memiliki kerajaan lokal yang dikenal dengan kerajaan Siggang yang pernah dipimpinj oleh seorang raja yang bernama Raja Rupa Take yangt bergelar King Dali Wato Dali.  Menurut cerita lokal bahwa raja rupa take ini apabila ia marah maka akan muncul tanduk dikepalanya sebagai cirri bahwa ia sedang marah.

Menurut pengakuan dari salah seorang yang dianggap sudah sepuh didalam suku ini yaitu bapak Ali Bambali, beliau mengatakan bahwa mereka berasal dari india yang datang dan menetap di pulau pantar hingga saat ini. Pengakuan ini semakin memperkuat temuan-temuan lain di atas tentang keberadaan orang-orang india di Pulau Pantar.

Saya menduga bahwa datangnya orang-orang india di tanah pantar ini bisa bersamaan dengan suku Sabu dalam periode atau masa yang sama, dan diperkirakan terjadi pada abad ke-3 atau ke-4 masehi. Ketika Gujarat pada masa itu menjadi tempat perdagangan intenasional dan dari situlah kemudian mereka bermigrasi menuju daerah-daerah yang ada di Nusantara yang menjadi tempat tujuan mereka dengan membawa karya dan bekal pengetahuan yang mereka miliki ketika berada di daerah yang jauh dari negeri asal mereka.

D. Konklusi

Tulisan tentang "Pernahkah Orang India Menempati Pulau Pantar" adalah sebuah teka-teki yang harus dikaji secara mendalam terutama oleh para antropolog dan pakar sejarah, sehingga temuan akan sisa-sisa peradaban kuno pada masa prasejarah yang terdapat di pulau pantar bisa dapat dikaji dalam khasanah ilmu pengetahuan dan kita bisa mengambil konklusi bahwa pulau pantar pernah dihuni oleh orang-orang yang memiliki perdaban yang tinggi.

Dalam tulisan sederhana ini penulis menyimpulkan dari berbagai macam indikator yang menjadi hipotesa penulis  yaitu penemuan moko di Alor-Pantar, penemuan gelang kaki (Gilling), penemuan cincin tanah, adanya tong berisi air (Kumba), adanya gerabah dari tanah liat yang di Ampera/pulau Alor, bentuk fisik sebagian orang Pantar, kecenderungan pada musik hingga pengakuan dari suku Kaimoring tentang asal muasal mereka yang berasal dari india.

Indikator-indikator tersebut menguatkan dugaan penulis bahwa pulau pantar, pernah dihuni oleh orang-orang india pada masa perunggu atau bahkan bisa jadi jauh sebelum itu mereka sudah berada di pulau pantar, dan mereka menyisakan sisa-sisa peradaban zaman dahulu yang telah menjadi artefak-artefak sejarah bagi masyarakat pulau pantar pada khususnya dan umumnya adalah masyarakat Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Semoga tulisan ini bermanfaat terutama bagi penulis dan pada umumnya bagi kita semua, sehinga kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi dan inovasi pada kajian-kajian sederhana yang penulis ajukan. Karena penulis berprinsip bahwa memulai dari hal kecil yang belum atau sudah dikaji oleh orang lain itu jauh lebih penting dari pada diam seribu bahasa.

Selamat Membaca ...!!!

Semoga Bermanfaat ....!!!!

Oleh : Jakaria M. Sali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun