Ngomong-ngomong soal "jurus", memori kita akan refleks teringat pada seni bela diri: pencak silat, karate, tae kwondo, dan sebagainya. Namun, di sini penulis tidak akan memaparkan seni bela diri tersebut, melainkan tentang jurus yang harus dikuasai sebagai pertahanan/bela diri dalam menstabilkan ekonomi, khususnya rumah tangga pribadi dalam melawan "musuh" covid-19- yang sudah "berperang" dengan kita sejak beberapa bulan yang lalu. Dan, apabila jurus ini berhasil digunakan tentu akan sangat berkontribusi terhadap pertahanan stabilitas sistem keuangan nasional dan ekonomi negara.
Oke, langsung saja. Penulis akan memaparkan jurus-jurus tersebut yaitu:
1. Menggalakkan Bisnis Toko Online
Sejak bangsa kita diserang oleh wabah covid-19, banyak dikabarkan dalam media massa terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap buruh. Tentu, hal ini sangat berdampak terhadap ekonomi negara. Ditambah, kebijakan social distancing berdampak terhadap pendapatan para pengusaha, baik besar, menengah maupun kecil.
Walaupun pemerintah sudah menggelontorkan sejumlah bantuan, baik tunai maupun berupa sembako, tentu hal ini tidak bisa kita andalkan terus-menerus. Sudah waktunya kita berbuat mandiri terhadap ekonomi pribadi. Salah satunya dengan membuka bisnis online.
Dalam sebuah situs finance.detik.com: Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki mengatakan terjadi lonjakan akun baru di e-commerce yang menjual berbagai produk. Khusus akun yang menjual produk kesehatan, lonjakannya mencapai 250%.
Sebuah perilaku ekonomi masyarakat yang menunjukan "tren kesadaran" untuk mempertahankan diri melawan covid-19. Tentunya, hal tersebut harus terus digalakan baik oleh individu, masyarakat, maupun pemerintah.
Bisnis online merupakan sebuah harapan baru bagi para pelaku usaha. Diharapkan dalam pelaksanaanya, setiap pelaku usaha e-commerce berskala besar mampu bersinergi dengan para pelaku usaha kecil-menengah untuk membangun pertumbuhan ekonomi bersama.
Berbanding terbalik dari paparan di atas, terdapat sejumlah komunitas masyarakat yang justru berprilaku ekonomi kurang efektif. Penulis mengambil data dari halaman situs databoks, terdapat fakta yang mengejutkan: kecenderungan jumlah konsumsi masyarakat terhadap netflix party jauh lebih besar dibandingkan tren pencarian barang berupa obat-obatan. Berikut skema grafik untuk lebih detailnya.
Alangkah lebih bijaksananya, jika masyarakat mengalihkan biaya untuk membeli kuota streaming video, digunakan untuk membuat blog atau situs toko online. Selain membuka peluang usaha baru bagi angkatan pengangguran, solusi membuat toko online bisa dikatakan lebih berfaedah: hemat materi, waktu, dan menghasilkan.
Memang, penulis akui, membuat situs toko online tidak sim-salabim merubah nasib dari status pengangguran menjadi pengusaha. Namun, hal ini bisa didorong oleh pemerintah, melalui aparatur desa masing-masing. Dengan kata lain, dibantu "ilmunya" melalui program UMKM.
2. Menggalakkan Gerakan Pangan Lokal
Ketahanan pangan merupakan basis ekonomi yang berbanding lurus dengan stabilitas keuangan nasional. Hal ini tentu sangat berlaku saat ini, di tengah pandemi covid-19.
Sejarah menorehkan fakta, bahwa cadangan pangan merupakan sektor vital yang harus diperkuat di masa perang. Demikian pula saat ini, kita tengah berperang di bidang ekonomi melalawan pandemi wabah covid-19 di bumi pertiwi.
Dilansir dari situs Badan Ketahanan Pangan: ...,Kementerian Pertanian terus berupaya melakukan berbagai langkah strategis menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi covid-19. Berbagai upaya dilakukan oleh kementerian yang dipimpin oleh Syahrul Yasin Limpo ini. Salah satunya menggalakkan peningkatan produksi dan konsumsi pangan lokal.
Bagaimana mempraktekannya?
Semua diawali dari diri sendiri. Kita yang mempunyai lahan di pekarangan rumah bisa mulai menanaminya dengan jenis tanaman pangan pengganti karbohidrat seperti: singkong, ubi, jagung, dan sebagainya. Jenis tanaman ini bisa dikonsumsi sebagai pengganti nasi. Sebagai salah satu lauk pauknya, kita bisa menanam berbagai jenis sayuran.
Kalau tidak punya lahan, bagaimana?
Pepatah mengatakan: banyak jalan menuju Roma. Bagi kita yang tidak punyal lahan pekarangan yang cukup memadai, bisa menggunakan teknik hidroponik. Dengan teknik menanam ini, kita tidak akan kesulitan mencari lahan.
Jangan nanya ilmunya! Di zaman yang serba online ini, kita bisa mendapatkan teknik bertani dengan mudah. Mulai dari sumber buku digital, video youtube, maupun sumber lainnya. Kalau kita masih ragu dalam mempraktekannya, bisa minta bantuan kelompok tani yang sudah dibentuk di tiap desa. Lagi-lagi, gerakan menggalakkan pangan lokal ini erat kaitannya dengan industri UMKM.
Dibutuhkan waktu kurang lebih 3 sampai 6 bulan dari tahap produksi hingga konsumsi dalam budidaya tanaman pangan lokal. Jika kita memulainya dari sekarang, tentu akan sangat bermanfaat sebagai bekal survival.
3. Menggalakkan Puasa Senin-Kamis
Nah, jurus yang ketiga, merupakan jurus pamungkas. Memang tidak mudah ketika seorang pendekar hendak digenapkan ilmu oleh gurunya. Dengan kata lain: selalu dibutuhkan pengorbanan dalam sebuah perjuangan. Puasa pasti lapar, haus, melelahkan. Itu adalah sejumlah kata yang akan "hinggap" dalam benak kita.
Namun, jika diniatkan dengan ikhlas akan membawa hikmah vertikal dan horizontal. Secara vertikal, kita sudah menjalin hubungan baik dengan Tuhan, sedangkan secara horizontal kita telah membantu masyarakat dan pemerintah dalam mencadangkan biaya beras nasional.
Hal ini senada dengan paparan mendiang B.J Habibie yang dikutip penulis dari situs republika.co.id:
Pak Habibie kala itu, kata dia, pernah disodori hitungan, bila 200 juta penduduk Indonesia secara sadar melakukan puasa Senin-Kamis, maka dalam satu pekan terdapat 100 ton beras yang dapat dihemat. Artinya, suplai tersedia dan dapat dialihkan ke arah yang lebih produktif, seperti ekspor (dengan catatan kebutuhan domestik terpenuhi.
Seandainya teori itu diterapkan sekarang, pemerintah bisa mengurangi beban negara yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Sehingga, kebijakan keuangan berupa Makroprudensial Aman Terjaga.
Kesimpulannya, penulis mengajak semua kalangan untuk Cerdas Berperilaku dengan tiga jurus di atas. Mudah-mudahan dengan jurus tersebut Stabilitas Sistem Keuangan nasional bisa berjalan optimal.
Sumber tulisan:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H