Mohon tunggu...
Epa  Mustopa
Epa Mustopa Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Pendidik Yang Tersesat Menjadi Tenaga Kependidikan

Saya sangat suka menulis. Menulis apa yang saya ingin tulis. Dari tulisan kita bisa lebih meningkatkan kemampuan. Baik kognitif, afektif, emosional dan spiritual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sudah Capek "Tertimpa" Diare, Untung Ada Tolak Angin

23 Juli 2018   03:40 Diperbarui: 24 Juli 2018   15:00 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya seorang guru gonor, mengajar di beberapa sekolah dengan mengambil garapan bidang studi bahasa inggris di SD, matematika di SMP, dan Ekonomi di SMA. Untuk ukuran di pelosok, mencari guru dengan kualifikasi akademis yang linear sungguh bukan perkara mudah. Dengan kata lain, masih mending ada guru yang bersedia meluangkan waktu untuk mengajar.

Dalam seminggu saya bolak balik mengajar dari jam delapan pagi hingga jam lima sore. Kebiasaan baik menyempatkan sarapan sebelum bekerja perlahan saya tinggalkan. Bukan karena tidak ada sesuap nasi untuk mengganjal perut, melainkan tuntutan tugas di akhir semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 begitu menyita waktu. Sejumlah tugas tambahan selain mengajar mulai merampas jatah waktu sarapan.

Kegiatan akhir tahun pelajaran berupa acara perpisahan sudah lazim menjadi kegiatan rutin untuk menarik minat siswa baru, sekaligus ajang kreatifitas yang menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan sekolah dalam mencetak siswa kreatif. Di salah satu SMP Negeri, saya ditugaskan untuk melatih beberapa pementasan drama komedi. Tidak hanya melatih, saya saat itu merancang naskah sekaligus dibebani harus menjadi pembawa acara.

Bagaimana bisa saya ditugaskan melatih pementasan drama? Kan di awal paragraf dipaparkan sebagai guru matematika. Anda sebagai pembaca jangan kaget. Di sekolah dengan status negeri, seorang guru honor harus menjadi peribadi yang serba bisa, multi talent, atau harus jadi manusia langka agar tetap dibutuhkan oleh pihak sekolah. Begini ceritanya, saya mengajar mata pelajaran matematika saat diterima sebagai guru honor. Walaupun latar belakang akademis mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, saya dituntut untuk bisa mengajar matematika karena sudah datang guru PNS mata pelajaran IPS maka posisi saya tergeser. 

Enam bulan kemudian saya digeser lagi dari mengajar matematika menjadi guru mata pelajaran Bahasa Inggris. Masih belum tentu nasib saat itu, karena saya yakin posisi saya akan tergeser lagi seiring datangnya guru PNS baru. Ternyata benar, kali ini saya harus rela berpindah dari Bahasa Inggris ke Muatan Lokal Bahasa Sunda. Saya kira saat itu sudah mentok, tidak akan ada lagi pergeseran. Namun, fakta mengatakan sebaliknya. Saya harus bermuara menjadi guru mata pelajaran Seni Budaya karena tergeser lagi oleh guru PNS di bidangnya. Itulah ikhwal saya harus terjun semaksimal mungkin melatih pementasan drama.

Mengapa pihak sekolah menggeser saya terus hingga bermuara pada mata pelajaran Seni Budaya? Mengapa saya tidak di pecat saja?

Awal kisah SMP Negeri didirikan di sebuah kampung yang jauh dari kota kecamatan. Sejumlah pihak terkait turut serta terlibat dalam pendirian. Mulai dari Pejabat Bidang Pendidikan, Camat, Kepala Desa, dan sejumlah tokoh masyarakat. 

Pendirian SMP Negeri tersebut menggantikan posisi SMP terbuka tempat saya sebagai guru pamong yang leluasa mengurusi siswa bagaikan seorang "raja". Hehehe. SMP Terbuka didirikan tahun 2004, dan saya bersama dua orang teman ditunjuk sebagai guru pamong. SMP Terbuka menggunakan sistem administrasi menginduk pada SMP Negeri yang sudah mapan. Tempat belajar siswa SMP Terbuka menggunakan gedung SD dengan sejumlah perizinan ringan.

Kurang lebih 78 siswa SMP Terbuka dikelola pembelajarannya oleh tiga orang guru pamong yang harus menguasai seluruh mata pelajaran. Pihak SMP induk menegaskan seorang guru pamong tidak usah terlalu repot harus menguasai seluruh mata pelajaran, karena siswa dibekali dengan modul. Namun, saya berpikir sebaliknya. Tugas mengajar harus dibarengi dengan kemampuan mentransfer ilmu yang mumpuni.

Semenjak didirikan SMP Negeri yang baru, SMP Terbuka harus dengan terpaksa mengalah dan ditutup. Saya terus memperjuangkan hak agar bisa ikut mengajar di SMP Negeri yang baru dan akhirnya setelah perjuangan yang melelahkan saya pun diterima.

Apa hubungan kegiatan mengajar saya dengan Tolak Angin?

Perkenalan saya dengan obat herbal Tolak Angin berawal dari kisah acara perpisahan siswa kelas IX SMP Negeri pada tahun 2010.

Kurang lebih empat malam saya berhasil membuat dua buah naskah drama komedi berbahasa sunda. Tinggal tersisa waktu 9 hari untuk mematangkan latihan. Berbekal kedekatan dengan para siswa, saya tidak mendapat kesulitan dalam mencari pemain drama. Banyak diantara mereka yang antusias ingin ikut terlibat dalam pentas seni tersebut.

Tak disangka tak diduga sekitar 5 hari sebelum acara pementasan saya mengalami kelelahan. Selera makan semakin berkurang, pandangan mata kadang berkunang-kunang saat melatih siswa di sekolah. Dengan rasa terpaksa, saya memutuskan untuk istirahat seharian penuh di rumah.  Istri saya terus membujuk agar saya memeriksakan diri ke dokter. Namun bujukan istri tidak saya turuti karena sesuatu dan lain hal. Saya hanya bisa berdo'a diberikan keajaiban oleh Yang Maha Kuasa agar diberi kesembuhan.

Alhamdulillah, do'a saya terkabul. Sang istri membawakan makan siang berupa bubur ayam dalam sebuah bungkusan kresek warna hitam dengan mangkuk di tangan kanannya. Saya sempat kaget, saat istri mengeluarkan bubur ayam dan tolak angin dari bungkusan kresek tersebut. Saya langsung bertanya, "Mah, ini Tolak Angin untuk siapa?"

"Setelah papah makan bubur, langsung saja minum ! mudaha-mudahan manjur untuk mengembalikan stamina papah yang kelelahan" ujar istriku sembari setengah berteriak dari dalam kamar.

"Lho, papah ini kan kelelahan, bukan masuk angin?" tanyaku penuh heran.

Istriku keluar dari kamar sambil menyahut, "Udah Pah, minum aja setelah makan! Mamah juga diberi saran oleh tukang warung. Dia menceritakan suaminya pernah kelelahan mencangkul seharian di sawah, bisa segera pulih setelah minum Tolak Angin."

"Oh, begitu ! Papah baru dengar Tolak Angin bisa mengobati kelelahan. Biar nanti Papah minum. Mudah-mudahan bisa sembuh ya Mah !" Jawabku dengan hati ragu, namun ingin tetap menjaga hati Sang istri yang sudah begitu perhatian.

"Aamiin" sahut istriku sambil melangkah menuju dapur.

Setelah makan dan minum Tolak Angin, saya menuju kamar untuk mencoba beristirahat barang setengah jam. Ternyata saya tertidur pulas. Saya baru bangun jam 02.00. Waktu Dzuhur hampir habis pikirku. Saya segera menuju kamar mandi untuk bersuci dan menunaikan kewajiban. Setelah beres shalat Dzuhur, saya baru nyadar. Saya bergumam sendiri karena heran dan tak sadar, "Lho, saya bangun tidur langsung mandi kemudian shalat. Semua badan terasa ringan. Alhamdulillah Yaa Allah. Dengan perantara Tolak Angin kau berikan tanda kesembuhan padaku." Saya langsung bersujud karena teramat bahagia.

Alhamdulillah, keesokan harinya badan sudah terasa yakin kembali bugar. Sekitar dua sachet saya meminumnya sebelum merasakan stamina yang benar benar kembali nyaman.

Waktu menunjukan pukul 07.30. Saya tergesa-gesa berangkat ke sekolah untuk mematangkan latihan drama komedi bersama para siswa. Sesampainya di sekolah, banyak diantara mereka mengerumuniku bagaikan khawatir dan takut acara pementasan gagal.

"Pak, gimana kabarnya? Katanya bapa sakit?" Tanya Si Doni

"Iya Don, bapak kelelahan. Alhamdulillah sekarang sudah sembur. Eh Don, ajak anak-anak lainnya ke gedung serba guna! Kita harus latihan ekstra hari ini!" Pintaku pada Doni

"Baik Pak!" Jawab Doni dengan singkat dan tergesa-gesa

Tak terasa setengah hari larut dalam perhelatan latihan. Mereka benar-benar bersemangat dan memainkan peran masing-masing dengan penuh totalitas. Waktu menunjukan pukul 12.00. Kami beristirahat kemudian diteruskan dengan shalat dan makan.

Perut mulai terasa lapar, dan sesekali perih dan mual. Tak berpikir panjang saya langsung pergi ke kantin. Setelah memesan sepiring nasi dengan telur dadar. Belum satu sendok pun masuk di santap, tiba-tiba rasa mual menerjang, perut terasa teramat melilit sakit, ditambah rasa pening di kepala. Puncaknya saya merasakan ingin buang air besar tak tertahankan. Dengan setengah berlari, saya langsung menuju toilet.

Singkat cerita saya pun izin pulang kepada Kepala Sekolah dengan mengutarakan sejumlah keluhan. Karena melihat saya meringis terus, akhirnya Kepala Sekolah meminta Pak Imin (Penjaga Sekolah) membonceng saya pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah saya langsung menuju kamar karena merasa pusing dan demam. Bahkan tak sempat berterima kasih kepada Pak Imin. Mudah-mudahan istriku dengan segala keramahannya mewakiliku mengucapkan terima kasih ke  Pak Imin.

Tak terasa saya ketiduran. Akibat terlalu pening menahan pusing, dan demam menerjang. Dalam keadaan setengah sadar istriku membangunkan dengan setengah memaksa.

"Pah, aku udah panggil Pak Mantri Obon? Beliau akan memeriksa papah!" Cetusnya setengah berbisik

Tanpa banyak bicara Pak Mantri Obon langsung memeriksaku di kamar. Setelah beres mendiagnosa, beliau bicara, "Kamu terserang diare, butuh istirahat dan minum obat."

"Berapa lama Pak saya harus istirahat?" tanyaku penasaran.

"Kurang lebih 3 hari!" Jawabnya singkat.

Tiba-tiba suara handphone dari dalam saku celana Mantri Obon berdering kencang. Beliau pun pamit sebentar keluar rumah untuk melakukan obrolan dengan Si Penelpon. Namun tak lama, beliau dengan wajah serius langsung berkata, " Aduuuh, maaf ya! Bapak tidak bisa berlama-lama, barusan ada tetangga nelpon mengabarkan anaknya keracunan makanan."

"Jadi mana O..."

Belum sempat kutanyakan obat diare, Pak Obon membuka handphone-nya dan membaca pesan yang mengisyaratkan dia harus cepat bergegas.

"Sudah dulu yaaa! Salamu'alaikum!" ucap Pak Obon sambil menyambar tas jinjingnya.

Melihat kejadian itu, istriku langsung berteriak ke Mantri Obon, "Pak Mantri obatnya apa untuk suamiku yang terkena diare?"

Mantri Obon yang sudah menstarter motornya menjawab dengan berteriak, "Minum Tolak Angin 3 x sehariiiiii!"

Singkat cerita ku minum Tolak Angin secara rutin selama dua hari berturut turut sesuai anjuran Mantri Obon. Dan, Alhmdulillah saya bisa kembali ke sekolah satu hari sebelum acara pementasan.

Para siswa mendengar kabar sakitku yang cukup parah. Mereka dengan dewasa berlatih secara mandiri. Sehingga tidak membuat lelah lagi melatih.

Keesokan harinya saya datang lebih awal, mencoba mempersiapkan segala sesuatu untuk menunaikan tugas sebagai pembawa acara. Namun, Pak Kepala Sekolah mengatakan bahwa tugas sebagai pembawa acara sudah digantikan oleh Bu Susi. Dengan perasaan lega dan bersyukur saya akhirnya menjadi penonton menikmati suguhan penampilan akting para siswa yang begitu penuh penjiwaan dan totalitas. Sehingga membuatku bahagia dan terharu.

Alhamdulillah, pementasan drama sukses besar. Terima kasih Tolak Angin Sido Muncul !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun