Mohon tunggu...
Epa  Mustopa
Epa Mustopa Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Pendidik Yang Tersesat Menjadi Tenaga Kependidikan

Saya sangat suka menulis. Menulis apa yang saya ingin tulis. Dari tulisan kita bisa lebih meningkatkan kemampuan. Baik kognitif, afektif, emosional dan spiritual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sudah Capek "Tertimpa" Diare, Untung Ada Tolak Angin

23 Juli 2018   03:40 Diperbarui: 24 Juli 2018   15:00 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkenalan saya dengan obat herbal Tolak Angin berawal dari kisah acara perpisahan siswa kelas IX SMP Negeri pada tahun 2010.

Kurang lebih empat malam saya berhasil membuat dua buah naskah drama komedi berbahasa sunda. Tinggal tersisa waktu 9 hari untuk mematangkan latihan. Berbekal kedekatan dengan para siswa, saya tidak mendapat kesulitan dalam mencari pemain drama. Banyak diantara mereka yang antusias ingin ikut terlibat dalam pentas seni tersebut.

Tak disangka tak diduga sekitar 5 hari sebelum acara pementasan saya mengalami kelelahan. Selera makan semakin berkurang, pandangan mata kadang berkunang-kunang saat melatih siswa di sekolah. Dengan rasa terpaksa, saya memutuskan untuk istirahat seharian penuh di rumah.  Istri saya terus membujuk agar saya memeriksakan diri ke dokter. Namun bujukan istri tidak saya turuti karena sesuatu dan lain hal. Saya hanya bisa berdo'a diberikan keajaiban oleh Yang Maha Kuasa agar diberi kesembuhan.

Alhamdulillah, do'a saya terkabul. Sang istri membawakan makan siang berupa bubur ayam dalam sebuah bungkusan kresek warna hitam dengan mangkuk di tangan kanannya. Saya sempat kaget, saat istri mengeluarkan bubur ayam dan tolak angin dari bungkusan kresek tersebut. Saya langsung bertanya, "Mah, ini Tolak Angin untuk siapa?"

"Setelah papah makan bubur, langsung saja minum ! mudaha-mudahan manjur untuk mengembalikan stamina papah yang kelelahan" ujar istriku sembari setengah berteriak dari dalam kamar.

"Lho, papah ini kan kelelahan, bukan masuk angin?" tanyaku penuh heran.

Istriku keluar dari kamar sambil menyahut, "Udah Pah, minum aja setelah makan! Mamah juga diberi saran oleh tukang warung. Dia menceritakan suaminya pernah kelelahan mencangkul seharian di sawah, bisa segera pulih setelah minum Tolak Angin."

"Oh, begitu ! Papah baru dengar Tolak Angin bisa mengobati kelelahan. Biar nanti Papah minum. Mudah-mudahan bisa sembuh ya Mah !" Jawabku dengan hati ragu, namun ingin tetap menjaga hati Sang istri yang sudah begitu perhatian.

"Aamiin" sahut istriku sambil melangkah menuju dapur.

Setelah makan dan minum Tolak Angin, saya menuju kamar untuk mencoba beristirahat barang setengah jam. Ternyata saya tertidur pulas. Saya baru bangun jam 02.00. Waktu Dzuhur hampir habis pikirku. Saya segera menuju kamar mandi untuk bersuci dan menunaikan kewajiban. Setelah beres shalat Dzuhur, saya baru nyadar. Saya bergumam sendiri karena heran dan tak sadar, "Lho, saya bangun tidur langsung mandi kemudian shalat. Semua badan terasa ringan. Alhamdulillah Yaa Allah. Dengan perantara Tolak Angin kau berikan tanda kesembuhan padaku." Saya langsung bersujud karena teramat bahagia.

Alhamdulillah, keesokan harinya badan sudah terasa yakin kembali bugar. Sekitar dua sachet saya meminumnya sebelum merasakan stamina yang benar benar kembali nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun