Mohon tunggu...
Epa Elfitriadi
Epa Elfitriadi Mohon Tunggu... Dosen - Belajar dan Berbagi..

Belajar dan Berbagi..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ayah Bisu atau Berayah tapi Yatim?

16 Januari 2020   08:00 Diperbarui: 16 Januari 2020   08:06 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teladan dalam kisah percakapan tersebut diperankan oleh para nabi dan seorang manusia biasa yaitu Lukman al-Hakim dengan anaknya. Yakni, dialog nabi Ibrahim dan Nabi Yaqub dengan anaknya dalam Qs. Al-Baqarah:130-133 dan As-Shaffat: 102; nabi Ibrahim dengan ayahnya dalam Qs. Al-An'am: 74 dan Qs. Maryam: 42-48; nabi Nuh dengan anaknya dalam Qs.Hud: 42-43; nabi Yusuf dengan ayahnya dalam Qs. Yusuf: 4-5; nabi Ya'qub dengan anaknya dalam Qs. Yusuf: 11-14, 17-18, 63-67, 81-87, 94-100 dan Luqman al-Hakim dengan anaknya dalam Qs. Luqman: 13, 16-19.

Begitu juga dalam As-Sunnah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia teladan terbaik dalam kehidupan. Banyak riwayat yang menyebutkan bagaimana interaksi Rasulullah dengan istri-istrinya, anak-anaknya, dan cucu-cucunya. 

Beliau adalah suami terbaik bagi istri-istrinya, ayah terbaik bagi anak-anaknya, dan kakek terbaik bagi cucu-cucunya. Sebagaimana sabda beliau, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. 

Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku" [HR. At Tirmidzi no: 3895 dan Ibnu Majah no: 1977 dari sahabat Ibnu 'Abbas dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no: 285].

Oleh karena itu, penting bagi seorang ayah berusaha menyediakan kesempatan waktu untuk berkomunikasi dan membersamai dalam pendidikan anak. Keseimbangan peran ayah dan ibu dalam perkembangan anak diharapkan terlahir darinya generasi istimewa. 

Ayah tidak hanya menyediakan kebutuhan dukungan finansial, tetapi juga kebutuhan afeksi dan pengasuhan. Ayah yang tidak memiliki waktu untuk berdialog, bersenda gurau dan bermain bersama anak-anaknya adalah ayah yang "bisu". 

Ayah "bisu" inilah yang dapat menjadi pemicu terjadinya fatherless dan generasi father hunger. Maka, wahai para ayah, janganlah jadi ayah "bisu". Selamat Hari Ayah.

________________________________

Referensi:

Ashari, Y. (2018). Fatherless in indonesia and its impact on children's psychological development. Psikoislamika: Jurnal Psikologi Dan Psikologi Islam, 15(1), 35.
Dien, A. N. N. C., Royanto, L. R. M., & Djuwita, E. (2019). Pelatihan Fathering untuk Meningkatkan Keterlibatan Ayah dalam Pengaushan Anak Usia 3-5 Tahun. 150--162.

Harmaini, Shofiah, V., & Yulianti, A. (2014). Peran Ayah Dalam Mendidik Anak. Jurnal Psikologi, 10(2), 80--85.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun