Mereka mengejarku dengan tatapan cemas karena melihat wajahku yang merah karena amarah. Dengan nafas terengah-engah mereka menahanku dan meminta maaf padaku.
"Enji tunggu!. Kami mau minta maaf niat kami hanya bercanda kami tidak tau kalo kamu sangat tidak suka dengan buah manggis itu. Maafkan kami."
Aku pun menjawabannya dengan nada sedikit kesal.
"Aku sangat kesal dengan kalian. Untuk kali ini aku maafkan besok jangan ulangi lagi aku sangat tidak suka".
Aku memaafkan mereka dan kami kembali bermain bertiga lagi. Setelah itu dia tidak pernah mengangguku dengan buah manggis.
"Begitulah ceritanya ayah hehe. Kalo diingat aku jadi rindu mereka".
"Hahaha lucu sekali pengalaman kamu terhadap buah manggis".
Ujar ayahku.
Selesailah waktu yang panjang di meja makan. Terdengr adzan berkumandang kami pun pergi untuk sholat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H