"Tentu saja makanya bunda beli buah manggis di pasar tadi".
Ujar bundaku sambil menaikan pundaknya.
Lalu datang ayahku menyerobot pembicaraan kami.
"Nah sekarang coba enji makan buah manggisnya biar ayah bukain buahnya".
Ayah, bunda, dan adikku menyemangatiku agar aku memakannya. Dengan penuh semangat mereka kompak mengatakan.
"Ayo, ayo, ayo, enji pasti bisa. Manggis ini akan bahagia jika enji memakannya!".
Ayahku menyodorkan tangannya yang berisi buah manggis yang sudah terkupas dengan tatapan hangat. Karna mendengar khasiatnya tadi hatiku tergerak untuk memakannya. Dengan ragu-ragu aku mengambilnya. Perlahan-lahan aku memasukkan ke dalam mulutku. Setelah masuk ke dalam mulutku dan WALAAAA.... ternyata memang lezat. Rasa manis itu membuat diriku ketagihan memakannya. Rasanya aku melayang-layang di awan manggis. Dan akhirnya aku menyukai manggis. Sekarang buah manggis adalah buah favoritku.
Karena berani memakan manggis ini aku teringat dengan kisahku dulu waktu di bangku SD kelas V. Aku menceritakannya kepada ayahku. Bahwa aku mempunyai dua orang teman perempuan bernama Lilly dan Fiqa.
"Ayah waktu itu kan Enji, Lilly, dan Fiqa makan bersama. Kami janjian bawa mie goreng. Terus Lilly bawa buah manggis untuk dimakan bersama".
"Wah itu teman kamu dulu yang sering kamu ceritakan itu ya? ayah masi ingat. Lalu bagaimana dengan kelanjutannya?"
Tanya ayahku dengan penuh penasaran.