Mohon tunggu...
enysyarafika
enysyarafika Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mitos Jurnalisme

10 Juni 2016   23:53 Diperbarui: 11 Juni 2016   00:07 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam keseharian, kemampuan bahasa ditentukan oleh penggunaan, makna, simbol, dan komunikasi. Bahasa, kata Ahmad Mulyana, adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis. Karenanya bahasa bisa dijaadikan alat komunikasi. Bahasa merupakan tanda yang merepresentasikan kekuasaan, gaya hidup, cara berfikir, dan sebagainya. Seperti dipaparkan diatas komunikasi bukan hanya proses penyampaian pesan, tetapi juga pertukaran simbol yang kemudian membentuk makna. 

Makna terjadi karena ada tanda. Ada tiga jenis makna dalam sebuah proses komunikasi, yaitu makna sipenutur, makna bagi sipendengar, dan makna tanda (sign meaning) yang melekat pada tanda itu sendiri. Makna ketiga merujuk pada sifat yang inherentpada tanda tersebut sehingga diketahui apakah penggunaan kata dan gagasan tersebut tepat atau tidak.

 Oleh sebab itu, menurut Arthur Asa Berger, makna bersifat relasional. Segala sesuatu akan bermakna jika memiliki hubungan dengan jenis yang dilekatkannya. Hubungan tersebut bisa tersurat (jelas) atau tersirat (tersembunyi). Makna adalah hubungan sosial yang dibangun oleh sinyal diantara sang emisor dan resektor ketika tindakan semik sedang berlangsung. Dengan demikian, makna timbul karena ada interaksi antara satu orang atau lebih dalam konteks tertentu melalui berbagai medium.

REPRESENTASI MAKNA MEDIA Dalam pandangan Judi Giles dan Tim Middleon, represent mempunyai tiga pengertian, yakni, to stand in for (melambungkan), to speak or act on behalf of (berbicara atas nama seseorang), dan to re-present (menghadirkan kembali peristiwa yang sudah terjadi). Representasi merupakan sebuah tanda yang tidak sama dengan yang sebenarnya. Hanya saja ia ditautkan melalui realitas yang menjadi referensinya. Kata representasi menurut Graeme Burton memiliki definisi yang simpel dan menyeluruh. Definisi sederhana menyangkut stereotip, sedangkan versi yang menyeluruh berkaitan dengan sisi media yang tampak dari teknologi.
 Sedangkan Marcel Denasi memberi definisi representasi yang sangat lengkap. Menurutnya representasi sebagai penggunaan tanda (gambar, bunyi dan sebagainya) untuk menghubungkan, menggambarkan, memotret, dan memproduksi sesuatu yang dilihat, diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu. Pengertian representasi nyaris sama dengan pencitraan, yaitu proses pembentukan citra melalui proses yang diterima oleh khalayak, baik secara langsung maupun melalui media sosial atau media massa. 

Pencitraan berkaitan dengan empat hal, yaitu (1) representasi dimana citra merupakan cermin realitas, (2) ideologi dimana citra menyembunyikan dan memberi gambaran yang salah tentang realitas, (3) citra menyembunyi bahwa tidak ada realitas, dan (4) citra tidak memiliki sama sekali hubungan dengan relitas apapun. JURNALISTIK ONLINE Media yang diyakini muncul pertama kali pada era Julius Cesar. Saat itu ada dua media massa, yaitu, Acta Diurna dan Acta Senatus. Acta Diurna adalah pengumuman dari agenda dan kegiatan kerajaan. Saat ini populer dengan lembaga ekskutif. Sedangkan Acta Senatus merupakan catatan harian tentang agenda dan kegiatan senat atau setara dengan dewan perwakilan rakyat saat ini. Beberapa karakteristik media/jurnalisme online, anatara lain: Unlimited space. Jurnalistik online memungkinkan halaman tak terbatas. Ruang bukan masalah. Artikel dan berita bisa sepanjang dan selengkap mungkin, tanpa batas. Audiens Control. Jurnalistik online memungkinkan pembaca lebih leluasa memilih berita/informasi. Non-Lienarity. 
Dalam jurnalistik online masing-masing berita berdiri sendiri, sehingga pembaca tidak harus emmbaca secara berurutan. Stronge and retrieval. Jusnalistik online memungkinkan berita “abadi”, tersimpan, dan bisa di akses kembali dengan mudah kapan dan dimana saja. Immediacy. Jurnalistik online menjadikan informasi bisa disampaikan secara sangat cepat dan langsun. Multimedia capabelity. Jurnalistik online memungkinkan sajian berita berupa teks, suara, gambar, video, dan komponen lainnya sekaligus.  MITOS JURNALISME SEBAGAI PILAR KEEMPAT DEMOKRASI Di era modern dengan kapitalisme sebagai urat nadi, media dan politik bertemu dengan faktor bisnis. Dengan tuntutan kapitalisme media berubah menjadi industri, menjadi perusahaan yang berorientasi pada keuntungan. Ia bukan lembaga sosial sebagai mana fungsi dasarnya, yakni, menyampaikan berita. Maka lengkaplahn penderitaan pers Indonesia ketika media bersinergi dengan bisnis dan politik. Berita sebagai jantung jurnalisme kehilangan substansinya. Media hanya bisa menjadi pilar ke empat demokrasi jika mengambil jarak dan independen dengan tiga jenis kekuasaan yang terdapat pada lembaga negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif). Keberjarakan dengan politik, ekonomi, dan bisnis serta pemegang kekuasaan akan membuat media berani bersikap kritis. Sebaliknya, jika dalam satu naungan kekuasaan, ungkapan Lord Acton ‘power teends to corrupt, but absolute power corrupts absolutely’ (kekuasaan itu cenderung berbuat korup, kekuasaan yang absolut dengan sendirinya pastilah korup) menemukan kebenarannya. Pers menjadi mitos ketika pers kehilangan makna denotatifnya, yaitu sebagai penyampai informasi dan author makna bagi khalayak. Pers menjadi mitos ketika ia berada di wilayah konotatif. JURNALISME SEBAGAI MITOS Liputan6.com 50 Buku Jihad dari Teroris Ciputat Diserahkan ke Komnas HAM Dalam berita ini tidak jelas apa yang dimaksud dengan teroris? Apa itu jihad? Apa itu tadzkirah? Tidak ada penjelasan yang cukup. Pembaca hanya tahu bahwa polisi menyita 50 buku berisi ajaran jihad dari penggerebekan terduga teroris di rumah kontrakan di Jalan H. Dewantoro Gang H. Hasan, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Dalam penggerebekan tersebut, enam terduga teroris tewas dalam baku tembak dengan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror. Wartawan yang megikuti konferensi pers tidak kritis dengan ketidakjelasan terminologi teroris, jihad, dan tadzkirah. Seharusnya wartawan harus bertanya, skeptis, atau bahkan ragu dengan keterangan kepolisian tersebut sehingga ia berusaha mencari tahu fakta tentang tiga istilah tersebut. Merdeka.com Cerai dari Brad Pitt, Begini Perasaan Jennifer Aniston Frasa “Begini Perasaan” dalam judul berita ini mengandung pengertian hasil atau perbuatan merasa dengan pancaindra, rasa atau keadaan batin sewaktu menghadapi (merasai) sesuatu atau kesanggupan untuk merasa atau merasai, dan pertimbangan batin (hati) atau sesuatu.Metrotvnews.com Densus Tangkap Teroris di Banyuwangi Kelemahan paling nyata dari berita berjudul “Densus Tangkap Teroris di Banyuwangi” adalah tidak ada verifikasi fakta. . Ada lima item indikator dalam verifikasi fakta, yaitu (1) wartawan juga menambah atau mengarang apapun, (2) jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsan, maupun pendengar, (3) bersikaplah setransparan dan sejujur mungkin tentang metode dan motivasi, bersadarlah terutama pada reportase sendiri, dan (5) berikaplah rendah hati.Vivanews.co.id Diam-diam Naikkan Harga Elpiji 12 Kg, Ini Alasan Pertamina Pemberian judul “Diam-diam” dalam berita tersebut tidak menunjukan yang sebenarnya. “Diam-diam” berarti dilakukan dengan tanpa pemberitahuan. Dalam judul yang dipakai dalam berita ini diasumsikan wartawan turun ke lapangan untuk mencari dan menemukan data tentang kenaikan harga elpiji 12 Kg yang secara diam-diam dilakukan Pertamina. Ternyata tidak ada usaha yang mencerminkan kenaikan harga diam-diam. Ternyata kedua wartawan tersebut hanya melakukan kontak melalui telepon seluler bukan berdasarkan pencarian ke lapangan.Beritasatu.com Ditanya Soal Bunda Putri, Dipo Alam Sinisi Elite PKS Elite itu kelompok bukan personal. Ketika berita menyebut elite PKS hanya pada Luthfie Hasan Ishaak. Penyebutan elite sebagai mitos dari sekelompok PKS yang mengenal Bunda Putri. Dalam berita ini elite menjadi mitos untuk menggambarkan atau mendeskriditkan PKS sebagai partai yang memiliki petingginya korup. Karena menjadi narasumber tunggal dalam berita ini, semua yang ditulis dari satu versi. Mitos adalah anggapan. Wajar jika berita ini adalah sebuah mitos daripada sebuah fakta tentang penyebab hilangnya pesawat AirAsia QZ8501. Tempo.co Serang SBY, Anas Pertanyakan Surat Dukungan Makna denotatif dari kata “Serang SBY” dalam judul berita ini memiliki pengertian mendatangi untuk melawan (melukai, memerangi, dsb); menyerbu; melanda; melanggar; menimpa; atau menentang (seperti melancarkan kritik), atau menolak hujan; menangkal. Tetapi dalam keseluruhan teks beritanya tidak ada satu pun kata yang menegaskan Anas menyerang Susilo Bambang Yudhoyono. Okezone.com Premium Turun, Diam-diam Pertamina Naikkan Elpiji 12 Kg Dengan demikian, makna denotatif “Diam-diam” tidak ada dalam berita tersebut. Justru dari judul berita tersebutlah munculnya makna konotatif yang kemudian memunculkan mitos versi Roland Barthes. Baik berita vivanews.co.id maupun okezone.com memunculkan sebuah mitos dalam jurnalistik. Mitos yang timbul dari ketidakakuratan dalam menulis fakta.  Dengan demikian, dalang adalah mitos dalam berita ini. Pasca reformasi hingga kini, perkembangan jurnalisme kita mengafirmasi satu hal. Bahwa produk jurnalistik adalah mitos, yaitu sesuatu anggapan yang belum tentu benar. Bandingkan dengan jurnalisme sejati yang pasti mengandung kebenaran seperti doktrin Bill Kovach dan Tom Rosentiel. Jurnalisme sebagai mitos bisa didekati melalui teori yang dikemukakan Shoemaker dan Reese ketika membaca media. Ada dua pendekatan, yakni, pasif (yang menempatkan media melaporkan realitas sosial yang sebenarnya) atau positivistik dan aktif (media mengkontruksi peristiwa menjadi realitas media) atau konstruktivis. Bahkan teori Shoemaker dan Reese ini perlu ditambahkan dengan pendekatan interaktif, yaitu sikap kritis untuk mencurigai agenda media dibalik berita. Dengan dua pendekatan aktif dan interaktif ini, media memiliki perspektif sendiri terhadap realitas yang bakal disajikan kepada publik. Inilah yang disebut berita sebagai manipulasi dalam berbagai betuk tergantung jenis medianya. Dengan kata lain, pembaca, pemirsa, dan penonton menginterpretasikan pesan dan makna yang disampaikan media dengan penuh kepentingan, bukan kebenaran. Hal ini terjadi karena produksi pesan dan maknanya pun berbanding lurus dengan penerima dan pembacanya. Media (jurnalisme) memiliki agenda sendiri dan mandiri. Ia tidak berhubungan dengan kepentingan publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun