Malam berikutnya, anak-anak Gang Cincau kembali mengaji ke Langgar. Kali ini tidak nampak keranda menakutkan ada didalam kelas, karena posisinya berubah jadi berbaring di lantai kelas.
Anak-anak mulai tenang.
Tiba-tiba!
"KERANDANYA JALAANN !!!"
Terdengar teriakan seorang murid yang duduk dibelakang
Seketika Danisa, Helia, Adih, Pinah, Esih, Upik, Topik menoleh kebelakang, semenit kemudian semuanya berhamburan keluar kelas, berebutan melalui pintu keluar. Sebagian besar anak-anak babak belur karena terjatuh, terbentur, tersikut dan ngusruk.
Lutut Danisa memar karena jatuh terdorong entah oleh siapa. Kepala Adih benjol karena terbentur pintu. Pinah, Esih, Upik, Topik, Helia tak kalah menyedihkan. Semuanya lintang pukang berlarian melewati kebun kelapa.
Malam berikutnya, langgar sepi tidak satupun anak yang datang mengaji, pak Ustadz Lukman termanggu didepan pintu masuk kelas menunggu murid-murid datang. Â Kemana anak-anak? kenapa tidak datangnya kompak berbarengan semua?
***
Pak Ustazd mendatangi rumah Danisa, menanyakan kenapa tidak datang mengaji, bahkan teman-temannya semua juga tidak datang.
"Dani kemarin pulang ngaji lututnya memar-memar, katanya terjatuh didepan langgar"Â Ibu memberi penjelasan kepada Pak Ustadz Lukman.