Kabar baiknya, alhamdulillah TVS masih mempertahankan image tersebut di produk terbaru mereka... Bahkan sampai dikasih pembuktian catnya dites scratch dan digetok benda keras lho. Hasilnya? Cat nya sih kuat, mantap, tapi justru saya yang ngilu & nggak kuat melihatnya! Sayang euy, soalnya sekarang harga cat makin mahal, Hahahaa... By the way, Good job TVS!
Â
Bersebelahan dengan ruang painting, ada line perakitan (assembly) motor. Dari sini, sekitar 200 unit sepeda motor TVS diproduksi setiap harinya, selama 1 shift kerja normal. Entah itu untuk keperluan domestik, hingga yang ditujukan untuk pasar ekspor... Kebetulan yang sedang diproduksi saat itu adalah TVS Apache RTR 200 4V. Lumayan deh, jadi ada gambaran ekstra untuk review fisiknya di artikel mendatang.
Satu demi satu, tangan terampil karyawan TVS merakit part yang masih berupa frame, mesin, body, tangki bbm, kabel-kabel, dan lain sebagainya - menjadi 1 unit motor yang utuh… Proses perakitan hanya berlangsung sebentar, meskipun nggak secepat line assembly di pabrikan Jepang yang mencapai ribuan unit per shift kerja. Tapi 1 hal yang saya yakin, pastinya proses tersebut nggak semudah saat kita melihat ataupun mengomentarinya.
Â
Trek 'Test Run' yang disediakan Pabrik TVS Motor Company Indonesia memang seadanya. Tapi cukup lah untuk bisa merasakan sensasi handling, akselerasi dan pengereman... TVS Dazz FI menjadi yang paling mind-blowing di trek tersebut. Karena somehow, justru berpotensi lebih cepat ketimbang sang Streetfighter 200cc. So light, pleasing and enjoyable!
Â
Pertama, meski tujuan utama produksinya untuk pasar tanah air, tapi ternyata nggak semuanya lho! Karena TVS Motor Company Indonesia juga mengekspor motor ke berbagai negara. Mulai dari negara tetangga ASEAN, Asia (Iran, Bahrain, dll) sampai ke Afrika (Tanzania, Burkina Faso, Pantai Gading, dll). Produk ekspor tersebut biasanya bertipe "CKD" (Complete Knock Down) alias Ekspor dalam bentuk part-per-part, hingga yang tipenya "Semi-CKD" a.k.a Ekspor dalam bentuk motor 'setengah jadi'.