Kemudian, kasus maraknya joki juga mengindikasikan  tak ada perasaan bersalah karena tidak menguasai ilmu dan menuliskan sendiri (skripsi misalnya) kok tau-tau bisa lulus.
Ada bebarapa catatan penting dalam pendidikan kita, di Indonesia yang barangkali ikut menyuburkan joki tugas hinga perjokian karya-karya ilmiah ini :
* Lebih menghargai hasil daripada proses
Inihal yang sangat jelas. Di Indonesia, hasil IPK atau hasil akhir sangat mempengaruhi kelulusan.Ibaratnya terserah jalan yang      ditempuh apa saja boleh, asalkan hasilnya terlihat. kemudian korelasinya dengan dunia kerja, yang juga melihat dari hasil akhir di ijazah atau IPK sang mahasiswa.
* Ingin cepat dan praktis
Malas berpikir dan merasa  tidak sanggup jadi poin disini. Budaya ingin cepat dan praktis juga menyuburkan perjokian. Pendidikan karakter yang lagi-lagi tak peduli proses menjadi masalah yang memang harus ditangani.
* Kurangnya kemampuan menulis
Sudah rahasia umum, pendidikan kita, apalagi saat ini tidak membiasakan untuk banyak membaca berbagai literatur. Jangankan literatur umum, yang ada hubungannya saja dengan perkuliahan/pelajaran sekolah kadang juga abai buat dibaca. Apa efeknya? kemampuan menulis sangat minim padahal menulis jadi basic dasar mengerjakan berbagai tugas tadi.Â
* Etika tidak lagi diutamakan
Pendidikan kita juga minim etika. Tidak ada lagi rasa malu dan tidak memikirkan pelanggaran etika lagi ketika melakukan dengan cara perjokian tugas atau karya ilmiah.
* Kurangnya pengawasan institusi kampus