Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Writerpreneur, social worker, suka baca, bersih2 rumah dan jalan pagi --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menjadi Dewasa Ternyata Tak Mudah, Hidup Penuh Konsekuensi

14 Desember 2023   21:04 Diperbarui: 15 Desember 2023   12:30 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita masih kecil, rasanya ingin sekali cepat besar. Apalagi orang dewasa selalu menceritakan ini itu tentang kehidupan dewasa. Tanpa ada yang pernah mengajarkan, bagaimana ketika dewasa kelak.

Kalau anak zaman dulu mungkin cita-citanya "standar" dan umum saja. Seperti dokter, guru, polisi dan cita-cita yang sejak dulu memang sudah ada. 

Anak zaman sekarang, cita-citanya, tentu lebih beragam. Yang umum, ketika ditanyakan ke anak-anak sekolah dasar, cita-citanya adalah jadi Youtuber atau Gamer. 

Walau mungkin jawabannya juga asal saja karena memang sering menonton youtube dan main games online. Lebih besar lagi, anak-anak juga sudah banyak yang tertarik jadi konten kreator. 

Ketika masih sekolah, pengen cepat-cepat jadi anak kuliah. Melihat kehidupan kuliah sebagai kehidupan "bersekolah" yang paling nyaman dan penuh kebebasan. 

Nah, buat yang kuliah, tiba-tiba pengen cepat-cepat lulus, dapat pekerjaan dan menjadi dewasa. Karena ya dianggap enak menghasilkan uang.

Apakah menghasilkan uang salah satu indikator kedewasaan? Ternyata tidak juga.Buktinya, banyak remaja atau mereka yang belum dewasa sudah menghasilkan uang juga. Namun, umumnya orang dewasa memang bekerja dan kemudian menghasilkan uang. 

Kapan sebenarnya seseorang dianggap usia dewasa? 

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek Voor Indonesia, batasan usia dewasa adalah 21 tahun. Pasal 330 aturan ini menyatakan bahwa orang yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak kawin sebelumnya. 

Kompilasi Hukum Islam juga menetapkan batasan usia legal yang sama dengan KUHPerdata, yakni 21 tahun. Menurut peraturan ini, batas umur anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan. Sementara itu, banyak undang-undang yang menyebutkan batasan usia dewasa adalah 18 tahun. (kompas.com).

Artinya apa? Usia 21 tahun memang dianggap sudah matang dalam membedakan perbuatan baik dan buruk. kemudian bisa mengambil beberapa keputusan atau hal penting dalam hidupnya. 

Namun ada juga penelitian yang menyebutkan kedewasaan benar-benar baru akan tumbuh saat seseorang berusia 30 tahun. Sedangkan di usia 20 an seseorang masih dalam kondisi labil dan adaptasi menuju kedewasaan.

Penelitian menunjukkan bahwa otak manusia masih berubah dan beradaptasi di usia dua puluhan. Profesor Peter Jones dari Universitas Cambridge mengatakan bahwa transisi dari masa kecil ke dewasa bisa lebih kompleks. (suara.com)

Walau ada pula yang mengatakan kedewasaan tidak bisa diukur dengan usia belaka. Kedewasaan juga diukur dengan seberapa bertanggungjawabnya seseorang, integritasnya, sikap,tindakan dan tingkah laku.

Makanya banyak yang menyebut, ada beberapa orang yang berusia dewasa tapi jiwanya ternyata masih anak kecil? 

Mengapa karena memang dia tidak pernah menunjukkan sikap dan sifat yang seharusnya sudah dimiliki oleh orang yang dewasa tersebut. Pada akhirnya menjadi dewasa adalah pilihan kehidupan.

BENARKAH MENJADI DEWASA SULIT?

Walaupun bisa dikatakan pilihan, menjadi pada dewasa pada akhirnya juga harus dijalani oleh orang-orang yang "sudah cukup umur". Tentu setiap masa dan pilihan ada konsekuensinya. Termasuk ketika masuk dalam fase dewasa tadi. 

Benarkah dewasa lebih sulit dari masa-masa sebelumnya? Apa karena ada berbagai konsekuensinya?

Pertama, konsekuensi yang sering terjadi pada masa dewasa adalah harus bekerja. Bila sebelum dewasa ada orang tua yang menyokong kehidupan sehari-hari, termasuk mungkin pada masa sekolah/kuliah, nah, pada masa dewasa dituntut untuk bekerja. Apalagi ketika sudah berumah tangga dan mempunyai tanggungan anak istri, tentu bekerja menjadi tuntutan yang bisa dikatakan sifatnya wajib.

Bukankah agak aneh melihat orang yang sudah bisa dikategorikan dewasa tapi tidak bekerja atau pengangguran? Apapun jenis pekerjaannya, menjadi dewasa artinya dituntut untuk menghasilkan uang/bekerja. 

Dua, konsekuensi dewasa adalah lebih prioritas dan mengesampingkan beberapa hal yang sebelumnya dilakukan. Buat perempuan misalnya, mungkin akan lebih fokus pada suami dan anak-anak. Walaupun bekerja, beban pikirannya lebih kepada pekerjaan dan keluarga. 

Demikian juga dengan para lelaki yang sudah menikah, idealnya memang lebih kepada kehidupan yang lebih prioritas.

Kalau sebelumnya teman-teman menjadi salah prioritas, menjadi dewasa artinya prioritas mulai berpindah. Bukan tak punya teman lagi, tapi pada akhirnya, semua akan memikirkan kehidupan masing-masing dengan tanggung jawab, tantangan maupun permasalahan yang timbul. Intinya sih malas bersinggungan dengan drama kehidupan orang lain.

Tiga, menjadi lebih tertutup? Benarkah demikian? Masih sambungan dari poin dua tadi. Karena agak malas bersinggungan dengan orang lain pada akhirnya kehidupan sebagian orang dewasa lebih tertutup. Mereka sibuk mengatasi masalah keluarga masing-masingnya. Bahkan pada beberapa kasus, masalah dalam keluarga kecil yang terlalu kompleks sampai tidak diketahui oleh keluarga besarnya bahkan mereka bisa putus hubungan.

Mungkin penjelasan ini cukup logis dengan beberapa kasus kematian misterius seperti yang terjadi di Cinere, Depok dan Kalideres, Jakarta beberapa waktu lalu, dimana keluarga besar seperti putus kontak dengan keluarga-keluarga tersebut.

Empat, menjadi dewasa pada akhirnya harus siap juga dengan pertemanan yang semakin sedikit dan sempit. Mungkin teman-teman di kantor masih banyak, mungkin teman-teman arisan masih ada, bisa jadi pula teman-teman sekolah masa lalu, sesekali masih ada yang sering kontak atau malah masih ada percakapan di grup WA. Bahkan teman di media sosial juga banyak.

Tapi percayakah, semakin dewasa seseorang sebenarnya yang benar-benar dianggap teman tersebut hanya segelintir. Bisa jadi hanya hitungan jari saja. Siapa mereka? Mereka adalah teman-teman yang mempunyai satu frekuensi saja.

Orang dewasa juga akan semakin selektif memilih pertemanan. Rasa-rasanya banyak punya teman seperti masa-masa remaja terasa sudah tidak terlalu penting lagi . 

Hanya beberapa yang akhirnya bisa jadi sahabat karena merasa ada kecocokan. Menghindari banyak teman ketika dewasa juga sama artinya dengan menghindari banyak konflik atau malah ribet kalau saja ada konflik yang muncul, padahal urusan "internal" saja sudah sangat banyak.

Namun, jangan khawatir.Kehidupan dewasa tak selalu menakutkan. kehidupan dewasa juga akan menawarkan perspektif dan cara pandang baru buat berbahagia. Misalnya bahagia adalah ketika bisa bersama keluarga walaupun jarang berkumpul dengan teman-teman di masa lalu. Dewasa dalam berpikir juga akan membuka perspektif baru agar hidup di masa mendatang juga lebih bermanfaat lagi.  

Pada akhirnya, siapapun yang pada akhirnya sampai di fase dewasa ini tetaplah harus banyak bersyukur. bersyukur sudah sampai pada fase ini. Kalau ada berbagai tantangan,masalah dan apapun yang membuat sulit, juga tetap harus disyukuri sebagai bagian dari pembelajaran hidup di masa-masa selanjutnya, bukan?

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun