Kalau sebelumnya teman-teman menjadi salah prioritas, menjadi dewasa artinya prioritas mulai berpindah. Bukan tak punya teman lagi, tapi pada akhirnya, semua akan memikirkan kehidupan masing-masing dengan tanggung jawab, tantangan maupun permasalahan yang timbul. Intinya sih malas bersinggungan dengan drama kehidupan orang lain.
Tiga, menjadi lebih tertutup? Benarkah demikian? Masih sambungan dari poin dua tadi. Karena agak malas bersinggungan dengan orang lain pada akhirnya kehidupan sebagian orang dewasa lebih tertutup. Mereka sibuk mengatasi masalah keluarga masing-masingnya. Bahkan pada beberapa kasus, masalah dalam keluarga kecil yang terlalu kompleks sampai tidak diketahui oleh keluarga besarnya bahkan mereka bisa putus hubungan.
Mungkin penjelasan ini cukup logis dengan beberapa kasus kematian misterius seperti yang terjadi di Cinere, Depok dan Kalideres, Jakarta beberapa waktu lalu, dimana keluarga besar seperti putus kontak dengan keluarga-keluarga tersebut.
Empat, menjadi dewasa pada akhirnya harus siap juga dengan pertemanan yang semakin sedikit dan sempit. Mungkin teman-teman di kantor masih banyak, mungkin teman-teman arisan masih ada, bisa jadi pula teman-teman sekolah masa lalu, sesekali masih ada yang sering kontak atau malah masih ada percakapan di grup WA. Bahkan teman di media sosial juga banyak.
Tapi percayakah, semakin dewasa seseorang sebenarnya yang benar-benar dianggap teman tersebut hanya segelintir. Bisa jadi hanya hitungan jari saja. Siapa mereka? Mereka adalah teman-teman yang mempunyai satu frekuensi saja.
Orang dewasa juga akan semakin selektif memilih pertemanan. Rasa-rasanya banyak punya teman seperti masa-masa remaja terasa sudah tidak terlalu penting lagi .Â
Hanya beberapa yang akhirnya bisa jadi sahabat karena merasa ada kecocokan. Menghindari banyak teman ketika dewasa juga sama artinya dengan menghindari banyak konflik atau malah ribet kalau saja ada konflik yang muncul, padahal urusan "internal" saja sudah sangat banyak.
Namun, jangan khawatir.Kehidupan dewasa tak selalu menakutkan. kehidupan dewasa juga akan menawarkan perspektif dan cara pandang baru buat berbahagia. Misalnya bahagia adalah ketika bisa bersama keluarga walaupun jarang berkumpul dengan teman-teman di masa lalu. Dewasa dalam berpikir juga akan membuka perspektif baru agar hidup di masa mendatang juga lebih bermanfaat lagi. Â
Pada akhirnya, siapapun yang pada akhirnya sampai di fase dewasa ini tetaplah harus banyak bersyukur. bersyukur sudah sampai pada fase ini. Kalau ada berbagai tantangan,masalah dan apapun yang membuat sulit, juga tetap harus disyukuri sebagai bagian dari pembelajaran hidup di masa-masa selanjutnya, bukan?
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H