Mohon tunggu...
Enny Luthfiani
Enny Luthfiani Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Penikmat kata sedari kecil, baik untuk dibaca ataupun dirangkai dalam untaian kalimat yang membuahkan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Belajar Memahami Pasangan dari Film "Critical Eleven"

22 Februari 2019   21:41 Diperbarui: 23 Februari 2019   00:16 1794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu apakah mereka bisa kembali seperti dulu? Atau membiarkan hubungan mereka terus-terusan diselimuti awan kelabu? Menonton penuh filmnya akan membuat kalian menemukan jawabannya.

Film yang Mampu Mengaduk Emosi

Film ini benar-benar membuat emosi saya naik turun. Dari awal kisah Ale dan Anya yang bertemu di pesawat dan saling jatuh cinta, membuat saya senyum-senyum sendiri.

Apalagi ketika mereka menikah dan menjadi pengantin baru. Rasa senang yang ditunjukkan mereka melalui adegan romantis seperti pelukan, ciuman, kata-kata cinta, mengingatkan saya dan suami ketika menjadi pengantin baru tiga tahun lalu. Otomatis saya yang menonton film ini dengan suami, langsung berpandangan dan mengeratkan gandengan tangan.

Pembicaraan tentang keinginan punya anakpun menjadi topik yang menyenangkan bagi suami istri yang baru menikah. Persis seperti yang dilakukan Anya dan Ale, berkhayal ingin punya anak berapa, bagaimana kelak kehidupan mereka jika ada anak, dan sebagainya.

Hampir satu jam pertama,  film ini kita akan banyak tersenyum melihat romansa Anya dan Ale, seolah-olah mereka memang diciptakan untuk satu sama lain, cocok sekali. Meskipun ada beberapa dialog yang menurut saya terlalu cheesy untuk diucapkan pasangan dewasa.

Namun setelah adegan konflik muncul, terutama bagian meninggalnya anak yang mereka damba-dambakan, air mata saya mengucur deras. Saya ini seorang ibu, tentu saya merasakan bagaimana saya mencintai anak sejak dari dalam kandungan.

Apalagi hal yang sama pernah menimpa kakak kandung saya, anaknya meninggal di dalam kandungan. Tentu kesedihan meliputi kami sekeluarga. Wajar jika adegan ini membuat saya menghabiskan banyak tisu.

Anya dan Ibu Mertua (source: cewekbangetid)
Anya dan Ibu Mertua (source: cewekbangetid)
Jadi untuk kalian yang memang mudah tersentuh, saya sarankan menyiapkan tisu yang banyak atau minimal sapu tangan.

Dekat Dengan Kehidupan Nyata

Perasaan saya terus bergejolak melihat kehidupan pernikahan Anya dan Ale yang tak seindah seperti sebelum musibah kehilangan menimpa mereka. Mereka tenggelam dengan kesedihannya masing-masing. Rasa terpukul membuat Anya dan Ale lupa bahwa mereka tidak hanya butuh dikuatkan, namun harus menguatkan satu sama lain.

Begitu juga dengan kehidupan pasangan rumah tangga di dunia nyata. Seringkali ketika ada masalah, alih-alih bergandengan tangan menghadapinya, suami dan istri justru sibuk mencari-cari sumber masalah berasal. Dibanding instropeksi, rasanya lebih mudah menyalahkan pasangan.

Tentu saja itu merupakan hal yang fatal, karena jika tidak dihiasi dengan keributan, rumah tangga akan berbalut kesunyian karena perang dingin dengan pasangan.  Seharusnya suami/istri menjadi "rumah" yang paling nyaman, tempat berbagi kesedihan dan kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun