Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika Kecantikan Luar Menawan Mata, Kecantikan dalam Memampukan Melihat Keduanya

2 Desember 2020   21:38 Diperbarui: 2 Desember 2020   21:44 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Jangan pakai bedak macam-macam, rusak nanti wajahmu."

Begitu mamak melarang saya dan adik saya perempuan dengan wajah serius. Sering mendengarnya, rasanya saya anak yang paling malang sedunia. Saya sudah remaja tetapi mamak (baca: ibu) bukannya memperkenalkan produk kecantikan malah melarang-larang menggunakannya. Yang benar saja!

Sementara teman-teman perempuan seusia saya, mereka mengenali berbagai jenis produk kecantikan. Iya sih mereka punya kakak perempuan juga. Sedangkan saya, tidak mungkin berguru pada abang saya. Jelas dia tidak mengerti tentang produk kecantikan sama sekali.

Apakah ada yang memiliki pengalaman yang sama dengan saya? Dilarang-larang melakukan sesuatu padahal menurut kita memang sudah waktunya.

Pernah sekali saya menjadi utusan sekolah sewaktu masih menempuh pendidikan di sekolah menengah mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Dinas Lingkungan Hidup. Jadilah saya sekamar dengan tiga empat remaja perempuan sebaya dari sekolah lain.

Pagi-pagi ketika kami siap-siap turun ke aula mengikuti acara, saya melihat seorang teman menggunakan pelembabnya dalam botol kaca bertutup warna merah muda. 

Pembicaraan kami pagi itu berujung pada pembahasan tentang jenis pelembab wajah. Taulah kan ya, bidang kecantikan itu topiknya perempuan banget.

Pagi itu juga saya tahu ternyata pelembab itu dibelikan oleh mamaknya. Sebelum saya akhirnya benar-benar paham, rasanya sedih jadi anak mamak saya.

Jika pepatah mengatakan everything happened for a reason maka semua ultimatum dikeluarkan juga karena sebuah alasan. 

"Ah, tapi ini hanya produk kecantikan semata. Mamak ini memang kadang lebay sekali"

Pada saat itu sebenarnya mamak punya alasan melarang kami mencoba-coba berbagai produk kecantikan. Menurutnya, kami berdua masih sangat muda. Pakai produk kecantikan terlalu muda nanti kulit bisa tipis. 

Alasan yang waktu itu kurang bisa saya terima karena teman-teman seusia saya malah sudah menggunakannya. Apalagi saya sekarang memiliki jerawat di wajah.  Hanya karena embel-embel "nanti kulit bisa tipis" saya sedikit menerimanya.

Apa iya benar kalau pakai produk kecantikan saat masih remaja kulit jadi tipis? Sampai sekarang saya belum berencana mencari tahu lebih dalam tentang ini. 

Alasan lain, mamak juga tidak ingin pengalamannya dulu terulang pada saya dan adik saya. 

"Mamak ini memang cerewet kalilah."

Mamak jelas membaca kejengkelan diri ini setiap kali mendengar aturan tambahan tidak boleh menggunakan produk-produk kecantikan itu. Maka mulailah dia menceritakan pengalamannya. Dulu sekali ketika dia beranjak dewasa, wajahnya penuh dengan flek hitam karena menggunakan produk kecantikan.

"Hmn... Masa iya?"

Masih dengan hati jengkel. Ini hanya akal-akalan mamak saja. Jelas sekali wajahnya bagus-bagus saja. Tidak ada flek hitam sama sekali. Jerawat pun enggak ada!

Lanjutnya lagi, flek hitam itu baru hilang begitu lama. Beberapa tahun kemudian setelah beliau benar-benar menghentikan semua produk kecantikan. Itu setelah menikah.

"Ah sudahlah." Semakin saya mencoba menggunakannya semakin nasehat ini berulang-ulang akan dikatakan.

Waktu berlalu, lama-lama saya lelah mendengar ocehan mamak. Keinginan saya mencoba-coba produk kecantikan pupus sudah.

Namun ternyata memang benar. Lama-lama saya sadar bahwa saya yang keras kepala dan tidak percaya pada mamak. Berkali-kali nasehat ini disampaikan, saya baru ngeh akan tujuan nasehatnya beberapa tahun kemudian.

Saya menemukan sebuah album di rumah opung (baca: kakek-nenek). Disana ada foto mamak dengan wajah penuh flek hitam. Saya juga semakin mengerti ketika saya menempuh pendidikan di jurusan kimia, termasuk tentang "flek hitam" tersebut.

Well, ada banyak faktor munculnya flek hitam di wajah. Bisa jadi karena paparan sinar UV terlalu banyak, faktor genetik, konsumsi obat, produk yang digunakan tidak cocok bagi penggunanya atau karena produk kecantikan yang digunakan mengandung merkuri.

Tetapi alasan mamak munculnya flek hitam di wajahnya karena coba-coba kosmetik, saya begitu yakin hal itu disebabkan oleh merkuri dalam produk yang beliau pakai. Ketika kosmetik mengandung merkuri, sangat berpotensi menimbulkan flek hitam di wajah.

Merkuri merupakan golongan logam berat. Logam ini sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Sebenarnya merkuri ini telah dilarang penggunaannya di berbagai bidang termasuk di bidang kosmetik. Jika kita menggunakan produk yang mengandung logam berat, tubuh kita akan menyerapnya. Hal ini bisa berakibat fatal bagi kesehatan kita dengan dampak secara langsung maupun tidak langsung.

Saya tidak bermaksud mengajak pembaca agar tidak menggunakan produk kecantikan. Ada banyak produk kecantikan yang memenuhi aturan dan standar yang berlaku. Pun seiring majunya teknologi dan berkembangnya informasi, dunia kecantikan meningkatkan kualitas produk mereka.

Bahkan berbagai peraturan telah dikeluarkan mengenai bahan-bahan berbahaya untuk tidak digunakan, dibatasi atau dikurangi dalam berbagai bidang. Selain bidang kosmetik, misalnya produk yang kontak terhadap makanan, kemasan pangan, tekstil, alat-alat elektronik, dan lain sebagainya. Hanya, kita tetap harus mengenali produk kecantikan yang kita gunakan. Itu saja. Saya sendiri menggunakannya. 

Berkat kegigihan mamak, kini saya belajar membedakan hal prioritas.

Keinginan saya menggunakan dan bahkan mencoba-coba produk kecantikan pada saat itu sebenarnya bukan hal yang tidak beralasan. Pengalaman saya, sebagai seorang yang berada di fase remaja. Banyak informasi baru yang saya terima yang menumbuhkan rasa penasaran saya. Salah satunya ingin mencoba-coba produk kecantikan.  

Apalagi kan waktu itu mulai muncul jerawat dan banyak hal berubah dalam tubuh. Membuat saya mencari informasi, berusaha mencegah, dan malah penasaran ingin mencoba.

Teman-teman pembaca, apakah kalian juga mengalami hal sama pada fase tersebut?

Makanya waktu itu saya malah menuduh kalau alasan itu hanya akal-akalan mamak saja. Kalau bukan karena mamak sangat gigih mengingatkan berulang-ulang, saya mungkin saja mengalami hal yang dialami oleh mamak di usia yang sangat muda. 

Kalau sekarang saya ingat-ingat, pada saat itu saya belum cukup informasi mengenai kandungan produk kencantikan dan belum mengenali tipe kulit saya. Berbeda dengan teman saya yang lain. Seperti kita tahu, menggunakan produk yang baik tapi tidak cocok saja bisa menimbulkan masalah pada wajah kita, kan. Dan kegigihan mamak menasehati juga berlaku dalam banyak hal. Dulu, kegigihan mamak menasehati kami anak-anaknya, saya lihat sebagai kecerewetan.

Lepas dari hal tersebut, sekarang saya merasa bersyukur dengan larangan itu. Mungkin sekali ketika beliau mengijinkan itu saya lakukan, saya kehilangan hal dasar yang harusnya saya pahami terlebih dulu. Saya bisa melupakan empat hal penting di bawah ini:

Hal penting pertama, saya tidak belajar menerima diri saya apa adanya.

Well, jika pada saat usia yang sangat belia saya tidak ditahan-tahan menggunakan produk, saya tidak belajar mengenali tubuh saya. Bukannya belajar melihat diri saya seutuhnya dan belajar menerima diri saya apa adanya. Malah bisa merasa kurang bagus disana-sini. Sementara kita diciptakan begitu baik oleh TUHAN dan semua ciptaan baik adanya.

Bisa-bisa saya menggunakan produk kecantikan untuk menutupi diri saya, bagian-bagian yang tidak saya terima. Padahal standar kecantikan dunia selalu berubah setiap masanya. 

Sekarang, saat saya menggunakan berbagai macam produk skincare dan make up, saya memakainya pada saat saya sudah cukup informasi mengenai produk yang saya gunakan. Dan saya sudah belajar menerima diri saya, termasuk bagian-bagian yang kurang saya suka.

Hal penting kedua, saya lupa tujuan produk kecantikan yang saya gunakan.

Dengan belajar menerima diri saya apa adanya, sekarang tujuan saya menggunakan produk kecantikan ialah untuk menjaga dan merawat tubuh yang saya punya. Hal ini baru saya bisa benar-benar paham hanya jika saya belajar menerima diri saya apa adanya.

Hal penting ketiga, saya tidak belajar menunggu waktu saya.

Mengapa saya bilang "waktu saya"? Karena saya yakin setiap orang memiliki waktu berbeda-beda. Contohnya saja teman saya waktu itu malah dibelikan oleh mamaknya sedangkan saya belum.

Apalagi di tengah jaman yang serba instan ini. Banyak hal yang membuat diri ingin selalu jalur cepat dan mudah. Kata tunggu dari mamak, sangat berarti bagi saya sampai sekarang. Kata tunggu dari mamak benar-benar mengajari saya untuk berusaha menikmati setiap proses. Walaupun sering gagal dalam hal ini. Uhhuk! 

Hal penting keempat, saya lupa bahwa hal lahiriah (outer beauty) akan menurun sementara hal batiniah (inner beauty) akan semakin mencolok.

Seiring bertambah tahun, saya semakin menyadari bahwa tubuh saya mengalami perubahan. Ada garis-garis halus di area mata saya alias mulai keriput. Saya tidak bisa menghilangkannya. Juga tidak bisa memungkirinya dalam tahun-tahun ke depan keriput itu akan semakin jelas dan semakin banyak.

Tubuh saya akan menurun kualitasnya. Hal yang bisa paling saya lakukan ialah memperlambat penuaan itu. Produk kecantikan bisa memperlambatnya. Selain menerapkan pola hidup sehat.

Lihat!

Kecantikan akan memudar sementara karakter yang baik akan terasah. Dan ini berlaku baik untuk perempuan maupun pria.

Saat ini, bahkan saya melihat penuaan yang begitu jelas pada mamak. Kalau dulu beliau masih lincah sekarang sudah tidak selincah dulu. Kalau dulu rambutnya hitam tebal sekarang sudah beruban dan rambutnya menipis. Kalau dulu wajahnya mulus sekarang sudah mulai bergaris-garis.

Satu hal yang tidak berubah. Karakternya. Kebaikan hatinya tidak berkurang. Justru semakin kuat dan bertambah. Saya semakin merasakan keluwesan hatinya, kedalamannya berpikir, kesabarannya, keberterimaannya pada hal-hal yang tidak bisa diubah dan bagaimana dia melayani di keluarga kami.

Dia masih mamak yang selalu bisa mengendalikan emosinya, tidak pernah memukul saya atau saudara-saudara saya, dan mengajari banyak hal tentang kehidupan.

Tetapi bukan berarti saya mengatakan kecantikan lahiriah tidak perlu. Menurut saya dalam kedua hal ini, inner beauty dan outer beauty harus dijalankan secara seimbang. Sebab, saya bisa saja bersembunyi di balik kesederhanaan padahal sebenarnya karena saya malas merawat diri dan malas berpikir. Saya sendiri pernah melakukannya. 

Beberapa bulan lalu saya mengobrol dengan mamak. Seperti biasa kami lakukan tiap-tiap minggu.

"Nanti kalau punya mertua maunya kayak mamak inilah, ya."

Dia hanya tertawa, pembicaraan kami berlanjut. Jelas, saya tidak akan pernah bertemu dengan wanita yang sama dengan mamak. Setiap orang, sebagai ciptaan yang baik adanya, kita berbeda dengan keunikan masing-masing. 

Tapi jelas, saya begitu dan selalu kagum sama mamak. Dalam semua hal ini, mamak sekolah pertamaku!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun