Angin berhembus melalui jendela mobil yang kami tumpangi. Semakin segar ketika melewati perkebunan teh Sidamanik. Udara tenang pagi menjelang siang itu memang menyejukkan. Diri ini harus memilih, tidur karena buaian udara pagi yang menyejukkan atau memaksa mata melihat keindahan yang didominasi warna hijau menyehatkan itu.
Antara dua pilihan yang ingin direnggut itu, saya menyadari kami sudah tiba di lokasi. Entah angin apa yang membawa saya datang kesini. Kemarin lantaran tidak bisa bertemu dengan kawan, tiba-tiba saja dia memberikan ide seperti kilat petir, mengajak berkunjung ke Sidamanik saja. Tidak ingin melewatkan kesempatan ini saya jawab iya saat itu juga.
Himbauan agar bawa jaket tebal karena tempat yang kami tuju merupakan daerah dingin sekali di Sidamanik sana, awalnya membuat saya ingin mengurungkan niat ikut serta. Namun, kutepis rasa ragu karena tubuh yang tidak tahan dingin ini dengan pinjaman jaket tebal.
Jadi ceritanya, saya sedang berada di kota Medan. Pagi itu, sekitar pukul sembilan kurang, berangkatlah kami menuju Sipolha. Salah satu kelurahan di Kabupaten Sidamanik, tepat berada di pinggiran Danau Toba. Kalau saya tidak salah sekitar empat jam dari kota Medan.
Konservasi danau Toba melalui tanaman lokal yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
Maka, beberapa perusahaan ikut serta mengambil bagian melalui program yang diharapkan dapat melestarikan kawasan danau toba sekaligus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Melalui yayasan Cipta Fondasi Komunitas (CFK), PT Sibayakindo menyalurkan dananya untuk melakukan pogram pemberdayaan masyarakat berkelanjutan di Kelurahan Sipolha. Tujuannya konservasi  Danau Toba lestari dapat tercapai dan kehidupan masyarakat di sekitarnya lebih berdaya. Dalam hal ini, pembudidayaan tanaman kopi dilihat berpotensi memenuhi keduanya.
Kedatangan kami ternyata sudah ditunggu oleh fasilitator lapangan CFK dan dan dua orang PPL (Petugas Penyuluh Lapangan). Siang itu juga, kami berkunjung langsung ke lima lahan kopi masyarakat yang masuk dalam anggota binaan CFK.
Ternyata ya tidak mudah menjadi seorang petani. Agar hasil kopi bisa maksimal ke depan, ada banyak teknik bertani yang harus dipelajari. Mulai dari pengolahan tanah, teknik melobang, pembibitan, hingga kopi sudah bertumbuh pun perlu dilakukan perawatan secara kontinu.
Seorang petani harus bisa mengidentifikasi berbagai jenis penyakit yang ada di tanaman kopi. Minimal dapat menerapkan teknik-teknik bertani yang sudah diajarkan dalam kelompok. Melihat jamur/bakteri dalam ranting tanaman kopi, PPL menganjurkan agar anggota tidak menggunakan herbisida. Belum lagi, harus melakukan pemangkasan. Â
"Kalau kita ini melakukan pemangkasan, sebaiknya ibu-ibu tidak usah diikutkan. Mereka itu terlalu perhitungan memangkas tunas-tunas. Karena kelihatan bagus, dibiarkan saja begitu tumbuh. Padahal ini seharusnya dipangkas." Logat khas batak PPL menjelaskan sambil mematahkan tunas-tunas yang kelihatan bagus belum dipangkas itu.
Tentu saja, ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan rasa kopi. Tapi yang jelas, Sipolha disebut-sebut sebagai tempat yang cocok untuk pertanian kopi. Jika masyarakat serius saja mengerjakannya, kopi diyakini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat kelak. Selain bertani kopi, rata-rata masyarakat bergantung pada hasil pertanian bawang, padi sawah, kemiri dan hasil tangkapan ikan.
Belajar bersama orang dewasa, fasilitator dipaksa harus kreatif
Saat ini terdapat dua kelompok yang perlu dikuatkan dalam pengorganisasian. Sebagai kelompok, setiap pengurus dan anggota diharapkan mengetahui tugas dan fungsinya masing-masing. Dengan demikian, setiap anggota melakukan perannya sehingga kelompok pun bisa lebih maju.
Hari kedua, aktivitas kami lebih banyak di kantor CFK, mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk kegiatan pengorganisasian yang akan dilakukan di dua kelompok tani di dua lingkungan Kelurahan Sipolha.Â
Yayasan CFK sebagai fasilitator dalam memberdayakan masyarakat, melihat ragamnya latar belakang di sebuah komunitas masyarakat dan berhadapan dengan kelompok yang berasal dari orang dewasa, fasilitator dipaksa menyampaikan materi dengan kreatif dan menarik.
Sebagai kelompok orang dewasa yang tinggal di desa---yang tentu lebih banyak pengalaman, kegiatan dilakukan secara andragogi.Hari Ketiga dan ke empat, anggota kelompok tani yang sudah mengikuti pembinaan dikuatkan dalam pengorganisasian kelompok.
Selama empat hari dalam lingkungan Sipolha dan berhadapan dengan masyarakat dan fasilitator, muncul pertanyaan. Seberapa penting petani yang memang sudah dari zaman nenek moyang, secara turun-temurun melakukan pertanian diberdayakan?
Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan bertahan hidup. Jika kita berbicara tentang kelompok tani, pemberdayaan merupakan hal yang penting karena disana terdapat ilmu baru tentang teknik bertani tanpa meniadakan kebiasaan baik masyarakat secara turun-temurun.
Tidak hanya berlaku pada kelompok tani saja, pemberdayaan masyarakat memang sangat perlu dilakukan. Dengan demikian, masyarakat yang lebih banyak tinggal di lingkungan masyarakat yang sama selama bertahun-tahun akan mendapat informasi terkini mengenai bidang yang mereka geluti. Â Kehadiran pihak lain seperti swadaya masyarakat dan perusahaan akan memberi cita rasa baru yang bermanfaat kepada masyarakat yang mau terlibat berpartisipasi.
Adanya kelompok tani yang dibina secara intensif akan memacu pertumbuhan dan semangat kelompok. Kelak, dengan pengetahuan yang sudah mereka peroleh diharapkan mereka bisa lebih berdaya, secara pribadi maupun berkelompok. Melalui program pemberdayaan ini, pengetahuan yang mereka peroleh diharapkan berguna untuk menghasilkan teknik-teknik bertani yang lebih baik untuk jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H