Seminggu ke depan, sampai tanggal sepuluh ini, masih banyak acara seru yang akan berlangsung. Â Ada acara Sisingaan/Jaipong. Cerita Dongeng setiap Sabtu pukul 16.00 WIB dan Penampilan Sekolah Setiap Senin hingga Rabu pukul 17.00 WIB.
Kami sempat menyaksikan Pengamen Angklung bereragam ungu. Tadinya saya pikir pengamen kreatif dari luar ternyata bagian dari acara. Setiap Jumat hingga Minggu pukul 17.00 WIB, mengamen dan menghibur pengunjung.
Voucher sejumlah seratus ribu rupiah sudah ditangan. Saya siap berburu. Saya sempat berkeliling melihat keanekaragaman makanan. Mencari yang paling menarik perhatian. Lalu menimbang-nimbang makan apa hari ini di antara banyak makanan.
Cielah, makanan yang dominan manis, pas sekali di siang hari yang terik. Pilihan jatuh ke air tebu asli rasa lemon. Sambil lalu melepas dahaga. Lho?
Saya jarang memakan makanan tanah Pasundan yang disebut-sebut raos pisan itu. Banyaknya ragam makanan yang menarik hati membuat saya jadi bingung.
Sementara yang lain sudah ngumpul kembali, saya masih menunggu pesanan air tebu Es Tebu Cendana. Melepas dahaga serta menyegarkan pikiran. Habis itu membulatkan hati pilih makanan apa hari ini. Â
Kembali ke meja, kami menikmati Cireng Cipaganti, hasil buruan Ibu Muthia. Jauh-jauh diboyong dari Bandung di jalan Cipaganti sana. Kunyahan pertama, jelas beda dengan cireng yang pernah saya konsumsi sebelumnya. Cireng Cipaganti yang didirikan oleh Bapak Dadang Rochata memiliki isian semacam sambal. Cireng Cipaganti boleh dikatakan cireng mewah. Lebih lengkap dengan asa bumbu kacang, sedikit saja rasa pedas.
Sate Maranggi bedanya itu lebih manis. Ada irisan tomat, cabai, bawang, taburan wijen membuat tampilannya memikat hati dan rasanya segar. Siang terik begini, emang lebih enak makan yang manis-manis. Cuaca memang mempengaruhi selera.