Mohon tunggu...
Enjllina Vitasondang
Enjllina Vitasondang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Selamat datang di profil kami, terimakasih telah berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meneladani Adversity Quetient (AQ) Rasuluah SAW: Kajian Maulid Nabi di 'Aisyiyah Qur'anic Boarding School (PTQ) 'Aisyiyah Ponorogo

29 September 2024   06:53 Diperbarui: 29 September 2024   06:56 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam rangka memperingati Maulid Nabi, 'Aisyiyah Qur'anic Boarding School (PTQ 'Aisyiyah) Ponorogo mengadakan kajian bertema meneladani Rasulullah bersama Ustadz Muhammad Imam Mustangin, S. H. I. bertempat di Aula lantai 1 Gedung Dakwah 'Aisyiyah, Ahad (15/9/2024). Kegiatan ini diikuti oleh seluruh santriwati yang berjumlah 24 orang.

Dalam kajian ini Ustadz Imam Mustangin menyampaikan pentingnya mendeladani perjuangan Rasulullah SAW, terutama dalam hal Adversity Quotient (AQ). Sebelum masuk dalam pembahasan itu beliau menyampaikan bahwa Allah SWT mengutus nabi dan rasul lebih dari 1000 orang untuk umat manusia di muka bumi. Kemudian dari 1000 ini disaring menjadi 25 nabi. Dari 25 disaring menjadi nabi yang Ulul Azmi, yaitu artinya orang yang memiliki tekad kuat seperti baja, dia adalah orang yang tidak akan berhenti kecuali yang menghentikan Allah sendiri. Nabi yang termasuk Ulul Azmi adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW. Kemudian dari 5 yang Ulul Azmi ini yang Allah spesialkan itu ada dua yaitu, Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad. Sebagaimana Allah befirman dalam QS Al- Ahzab ayat 21 yang berbunyi:

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS Al-Ahzab:21). Ayat ini menyebutkan bahwa Rasulullah SAW menjadi uswatun hasanah bagi umat manusia.

Kemudian beliau melanjutkan pembahasannya dengan sebuah qoutes "Sebagaimana ketidakberdayaan bisa dipelajari, maka ketangguhan itu juga bisa dipelajari. Jadi orang yang tangguh dan kuat bisa dipelajari. Semua itu berawal dari memperbaiki mindset. Kemudian ada beberapa hal yang menjadikan seseorang menjadi kuat, diantaranya yaitu:

Trauma terhadap suatu kejadian. Trauma sering kali membuat seseorang lebih tahan terhadap tantangan di masa depan dengan meningkatkan kemampuan mereka untuk bertahan dan beradaptasi.

Stress. Ketika seseorang belajar untuk mengelola stres dengan efektif, mereka menjadi lebih tangguh, belajar mencari solusi, dan berkembang dalam menghadapi tekanan yang datang dalam kehidupan sehari-hari.

Mendapat tekanan dari orang lain dan lingkungan. Menghadapi tantangan eksternal, baik dari orang lain maupun situasi lingkungan, dapat meningkatkan kepercayaan diri serta kemampuan untuk mengambil keputusan yang lebih bijaksana.

Interaksi sosial. Hubungan dengan orang lain sangat penting untuk kesehatan mental dan emosional.

Pengalaman meditasi (sholat). Sholat merupakan meditasi paripurna. Dengan sholat, seseorang dapat mencapai ketenangan pikiran dan batin, yang pada gilirannya memperkuat mental dan spiritual. Meditasi ini juga dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan kesehatan mental, dan bahkan mempengaruhi proses penyembuhan fisik, bahkan penyakit berbahaya seperti kanker.

Emosi. Senantiasa mengelola emosi dengan kesabaran. Kesabaran membantu menjaga ketenangan dan keseimbangan emosional saat menghadapi situasi sulit, membuat seseorang lebih mampu mengatasi konflik dan tekanan dengan cara yang lebih tenang dan bijak.

Learning atau belajar. Proses belajar memungkinkan seseorang untuk memahami situasi dengan lebih baik, menghadapi masalah dengan solusi kreatif, dan mengembangkan pola pikir yang lebih adaptif.

Fokus. Kekuatan fokus dapat membantu seseorang untuk tetap konsisten dalam upaya mencapai tujuan.

Menjaga makanan. Makanan yang halalan thayyiban, artinya mengonsumsi makanan yang halal dengan keadaan yang baik, sesuai dengan kebutuhan tubuh, yang menyehatkan dan tidak berlebihan. Makanan yang halalan thayyiban memainkan peran penting dalam kesehatan fisik dan mental.

Olahraga. Olahraga teratur seperti gym, jalan kaki, jogging, bersepeda, renang, dan lain-lain memberikan manfaat fisik dan mental. Olahraga membantu mengurangi stres, meningkatkan kebugaran fisik, dan memperkuat daya tahan tubuh.

New eksperience atau pengalaman baru. Dapat dilakukan dengan refresing atau healing ke tempat wisata  dan lainnya. Hal ini dapat memberikan penyegaran mental dan fisik.

Selanjutnya beliau membahas tentang Adversity Qouetient (AQ). Adversity Qouetient (AQ) yaitu:

Ukuran yang menentukan bagaimana seseorang merespon kesulitan. Ketika seseorang menghadapi masalah, AQ menentukan apakah mereka akan menyerah, bertahan, atau bahkan berkembang dari situasi tersebut.

Bagaimana seseorang bereaksi dengan kondisi dunia sekelilingnya. AQ juga mencerminkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap kondisi dan tantangan dari dunia luar, seperti lingkungan kerja, situasi sosial, atau kondisi pribadi yang tidak ideal.

Dalam AQ ada tiga tipe manusia, yaitu:

Quitters. Tipe ini merespon kesulitan dengan menyerah atau mundur. Ketika seseorang mendapat musibah dan masalah, mereka lebih cenderung dikuasai oleh perasaan dan menganggap dirinya tidak mampu. Maka ketika seseorang mempunyai masalah dan berakhir dengan bunuh diri, mereka adalah bagian dari tipe ini. Tipe ini paling banyak dialami oleh manusia di dunia.

Campers. Orang ini senang-senang dengan usahanya, dia tenang dan enjoy. Bertahan dan berusaha bangkit lagi ketika ada masalah. Tipe ini ketika dapat masalah dia tidak masalah.

Claimbers. Tipe ini adalah seseorang yang senantiasa terus naik tidak menyerah. dia menjadikan masalah sebagai pijakan. Climbers memiliki AQ yang tinggi dan terus-menerus berupaya mencapai tujuan mereka meskipun menghadapi banyak rintangan. Selalu bersyukur ketika ada masalah. Senantiasa melihat harapan ketika ada masalah, kesulitan dan penderitaan. Tipe ini selalu yakin dengan firman Allah dalam QS Al-Insyiroh ayat 5-6, yaitu:

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5). Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6)".

Tipe ini yang dilihat adalah potensi-potensi yang ada di depannya. Tidak terpengaruh oleh lingkungan, tetapi lingkunganlah yang terpengaruh oleh dia. Tipe ini sedikit komunitasnya, dan insyaallah kita termasuk di dalamnya dengan meneladani AQ Rasulullah SAW.

Maka, tidak ada sesorang yang merasakan penderitaan melebihi Rasulullah. Penderitaan yang dialami Rasulullah diantarnya yaitu:

Sejak lahir sudah yatim, tidak mempunyai ayah. Ayahnya meninggal ketika ia masih didalam kandungan.

Rasulullah disusui oleh Halimah Sa'diyah, yaitu penyusu paling miskin, sedangkan dahulu ketika nabi Muhammad lahir juga kondisi keluarganya mengalami keadaan ekonomi yang terpuruk. Tetapi dibalik kemiskinan Muhammad ini menjadi berkah bagi keluarga Halimah Sa'diyah dan masyarakat di kampung Halimah. Dia tidak mendapat bayaran dari orang tua nabi Muhammad tetapi Allah mengupahnya dengan melimpah nya air susu kambing-kambing peliharaan Halimah Sa'diyah.

Ketika usia enam tahun, ibunya meninggal.

Ketika usia delapan tahun, kakeknya meninggal.

Kemudian sejak usia 8 tahun, sudah berusaha untuk hidup mandiri yaitu dengan menggembala kambing sampai usia 12 tahun.

Setelah itu, Rasulullah belajar berdagang dengan pamannya, hingga bisa berdagang sendiri. dan setelah itu banyak kesulitan dan penderitaan lain yang bertubi-tubi menghampirinya. Hingga akhirnya nabi Muhammad mengalami Amul Huzni. Yaitu tahun kesedihan Rasulullah karena ditinggalkan oleh Khadijah (istrinya) dan Abu Thalib (pamannya).

Dari penderitaan Rasulullah tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa "Manusia tidak akan bisa dihancurkan oleh penderitaan, tetapi manusia itu dihancurkan oleh penderitaan yang gagal dimaknai".  Sehingga untuk memaknai sebuah penderitaan ini ada Dimensi Adversity Qouetient (AQ) yang dapat kita ketahui, yaitu CORE yang merupakan singkatan dari Control, Ownership, Reach, dan Endurance.

Control. Sejauh mana seseorang mampu mengendalikan respon individu terhadap situasi apapun. Mengambil sisi positif dari setiap kejadian, sisi negatif biarkan diambil oleh alam. Control dalam agama kita adalah kesabaran dan senantiasa menahan hawa nafsu nya ketika marah.

Ownership. Sejauh mana seseorang akan mengambil tanggung jawab untuk memperbaiki keadaan, apapun penyebabnya dan tidak menyalahkan penyebabnya.

Reach. Sejauh mana seseorang mengelola kesulitan agar tidak menjangkau atau merusak bagian-bagian lain dari kehidupan. Dan yakin bahwa semua sudah ditulis oleh Allah SWT.

Endurance. Sejauh mana seseorang melihat kesulitan itu sifatnya sementara atau permanen.

Dengan meneladani Adversity Qouetient (AQ) Rasulullah SAW, mengajarkan bahwa tidak ada kesulitan yang bersifat abadi. Melalui kesabaran, tanggung jawab, pengelolaan kesulitan, dan ketahanan, kita akan menjadi lebih siap menghadapi ujian hidup dan tetap istiqamah di jalan yang benar. Rasulullah menjadi teladan terbaik dalam ketangguhan menghadapi rintangan, mengingatkan kita bahwa setiap tantangan yang datang adalah bentuk cinta Allah untuk menguatkan dan mendewasakan hamba-Nya.

Diakhir pemaparan materi, Ustadz Imam Mustangin menyampaikan "Dua tangan kita tidak mampu menutup semua mulut orang lain, tetapi tangan itu dapat menutup telinga kita untuk tidak mendengarkan apa perkataan orang lain. Maka, berdamailah dengan luka, sampai luka itu kalian rasakan sebagai kenikmatan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun