Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Teenlit: Cinlok di Ruang Diskusi (Bagian 1)

10 Januari 2021   12:30 Diperbarui: 10 Januari 2021   21:57 2978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan OSIS memang telah berakhir. Namun bagi sang ketua terpilih ini adalah awal baktinya bagi Fikal sebagai Ketua OSIS. Pak Ilham sudah mengingatkan untuk segera mengadakan rapat dengan seluruh pengurus OSIS.

"Fikal, kapan kita adakan diskusi dengan seluruh pengurus inti OSIS?" tanya Firda. Sebagai sekretaris dia harus mengingatkan ketua.

"Rapat to?"

"Iya, rapat untuk mendiskusikan program-program yang akan kita susun satu tahun ke depan."

"Bagaimana kalau kita susun sendiri saja Fir?"

"Ya tidak bisa dong Kal, ini organisasi, harus tetap mengadakan pertemuan untuk bertukar pikiran dalam membahas suatu masalah, karena tujuan diskusi itu kan untuk mencari kesepakatan bersama, lha kalau kita buat berdua namanya kan mencari kesekapatan berdua."

"Oh iya ya, kalau berdua nanti yang muncul kesepakatan pernikahan  ya Fir." Ledek Fikal dengan mengedipkan sebelah matanya yang sipit.

"Becandanya jangan keterlaluan gitu ah, ntar kalau ada yang dengar bisa viral lo."

"Viral dengan cewek cerdas gak papa kan Fir." Ada semburat merah di pipi Firda mendengar pujian Fikal.

"Oh iya Fir, kamu tadi jelasin tentang manfaat diskusi, menurut kamu apa bedanya dengan teks diskusi?"

"Teks diskusi itu sebuah teks, karangan yang berisi tentang wacana yang membahas suatu permasalahan, membahasa suatu isu persoalan yang di dalamnya terdapat dua argumen atau alasan yang dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat. Argumen tersebut adalah argumen pro (mendukung) dan argumen kontra (menentang)."

"Jadi bedanya, kalau teks diskusi itu karangannya sedangkan diskusi itu pelaksanaanya, begitu ya Fir?"

"Tepat sekali Kal. Nah, yang akan kita lakukan dengan pengurus OSIS ini adalah diskusinya."

"Waw..luar biasa memang sekretaris cantikku ini, tidak salah akau memilihmu sebagai salah pemikir untuk kemajuan sekolah kita Fir."

"Ah kamu ini, biasa aja kali Kal."

"Oke, kalau begitu segera kamu buat surat undangan ke seluruh pengurus OSIS, saya akan segera konsultasi dengan Pak Ilham untuk acara diskusi nanti." Firda cukup mengiyakan dengan ajungan jempol, tanda ia setuju dengan intruksi Fikal.

Firda segera bergegas kembali ke kelas. Di sepanjang koridor kelas, banyak bisik-bisik siswa putri setelah kepergian Fikal dan Firda. Memang sudah bukan rahasia lagi kalau di antara mereka berdua sudah digosipkan sedang ada jalin asmara.

Meski berkali-kali Firda mengelak, namun menurut beberapa temannya, tatapan Fikal ke Firda mengandung makna berbeda selain tugas-tugas sekolah atau OSIS.

"Ahaii..cie-cie yang baru ketemua dengan sang ketua OSIS tercintaahhh yaa," ledek Hanuf ketika Firda baru masuk di ruang kelasnya.

"Hanuf, ngomong apaan sih ini?" Firda tampak merah pipinya, karena semua mata teman-temanya tertuju kepadanya.

"Wah, jadi bener nih, sang ketua dan skretaris sudah jadian?" sahut Danisa.

"Sudah cukup, sekali lagi aku katakan ya, antara aku dan Fikal itu hanya teman, seperti aku dengan kalian."

"Kalau gitu kita doakan ya, semoga pasangan terkeren itu segera jadian," teriak Danisa dengan semangat.

"Aamiiinn," sontak seluruh teman-temannya berteriak bersama. Jelas keadaan ini membuat Firda semakin berubat pucat pasi. Untung Bu Laily segera memasuki ruang kelas. Jadi Firda tidak jadi pingsan karena ulah Danisa.

Setelah mengucapkan salam dan menyapa siswa, guru IPS ini akan menyampaikan materi tentang konflik dalam kehidupan sosial.

"Anak-anak, pada pembelajaran kali ini seperti biasanya kita akan laksanakan dengan diskusi kelompok ya."

"Maaf, sebelum pembelajaran dimulai, selain diskusi kelompok, apakah ada jenis diskusi lain ya Bu ?" tanya Firda.

"Betul sekali Firda, jenis diskusi itu ada beberapa. Antara lain, diskusi kelompok, seminar, diskusi panel, symposium, lokakarya, konggres, konfrensi, sarasehan, munas. Diskusi kelompok merupakan bentuk diskusi yang sangat sederhana, cukup diperlukan ketua, moderator, notulis dan beberapa peserta yang sekaligus berperan sebagai penyaji maupun penyanggah."

"Lalu, kalau jenis diskusi lain bagaimana Bu?" Hanuf rupanya juga penasaran.

"Semua sama, yaitu untuk mencari menemukan kesepakatan bersama, hanya berbeda bentuk pelaksanaanya saja. Misalnya, seminar itu bentuknya lebih formal. Diskusi panel ini melibatkan beberapa pakar sebagai panelis atau pembicaranya. Simposium ini pertemuan beberapa pakar untuk membahas satu topik permasalahan. Lokakarya adalah bentuk diskusi atau pertemuan para ahli atau pakar dengan tujuan membahas suatu masalah dibidangnya. 

Kongres adalah bentuk diskusi para wakil organisasi atau profesi untuk mengambil keputusan mengenai masalah. Konferensi merupakan pertemuan untuk merundingkan masalah yang dihadapi bersama. Kalau sarasehan itu pertemuan dengan tujuan mendengarkan masalah dalam satu bidang tertentu. Sedangkan munas atau musyawarah nasional berupan pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan-perwakilan yang bersifat membahas masalah berskala nasional. Nah, itu jenis diskusi dan penjelasanya, bagaimana? Sudah bisa dipahami anak-anak?"

"Iya bu, sangat jelas, jadi yang kita laksanakan dalam pembelajaran itu diskusi kelompok ya bu?"

"Betul sekali Firda, termasuk diskusi yang kalian lakukan dalam rapat kelas atau rapat OSIS," jelas Bu Laili.

Penjelasan Bu Laily tentang jenis diskusi membuatnya memberikan wawasan tentang sebuah keorganisasian. Maklum menjadi sekretaris di OSIS ini, merupakan pengalaman pertama. Dia harus banyak belajar dan membaca. Semangat Firda memang luar biasa, Dia tidak ingin tampak bodoh di hadapan teman-temannya. Untuk rapat perdana ini, Firda berharap berjalan lancar dengan hasil yang bisa membawa manfaat bagi sekolahnya

~~~~~

"Terima kasih kepada semua pengurus OSIS yang telah meluangkan waktu untuk datang di rapat penyusunan program OSIS tahun pelajaran 2020/2021." Fikal membuka diskusi ini dengan wibawa.

Firda yang duduk disamping Fikal sekali waktu mencuri pandang, "Fikal memang luar biasa, memang pantas dia dipilih sebagi Ketua OSIS, dia memang cerdas, bahasa yang digunakan dalam menyampaikan pesan juga tertata rapi dan mudah dipahami," batin Firda, "Aduh, kenapa sih aku ini jadi bayangin Fikal. Tidak, aku tidak boleh larut dengan perasaan ini, Fikal hanyalah seorang teman, titik." Firda berusaha menepis suara hatinya tentang Fikal.

"Teman-teman, program pertama yang akan kita bicarakan adalah tentang lingkungan sekolah. Seperti yang pernah saya sampaikan pada saat kampanye dulu, bahwa hal pertama yang akan saya kerjakan adalah membenahi lingkungan sekolah kita. Karena dengan lingkungan yang sehat dan bersih, pasti kita akan nyaman belajar di sekolah," Fikal menghentikan kata-katanya sesaat, melirik Firda yang berada di sebelahnya. Dia menyadari kalau Firda dari awal terus mengamatinya.

Buru-buru Firda mengalihkan tatapannya ke buku notula rapat. Fikal masih melanjutkan penjelasannya, "Teman-teman setiap hari kita diingatkan agar kita lebih peduli terhadap lingkungan kita. namun ternyata tidak mudah untuk peduli terhadap lingkungan atau bergaya hidup 'hijau'. Padahal sekolah sudah menyediakan tempat sampah dengan warna yang berbeda agar siswa mengetahui di mana seharusnya membuang sampah. 

Tempat sampah juga sudah diberi gambar yang menunjukkan benda mana yang boleh dimasukkan pada tempat sampah tersebut. Bahkan pada masing-masing tempat sampah juga sudah ditambah tulisan. Warna merah untuk limbah bahan beracun dan berbahaya (B3); hijau untuk limbah organik (sisa makanan dan daun); kuning untuk bungkus kemasan makanan, plastik, kaleng; biru untuk kardus dan kertas; abu-abu untuk pembalut wanita, dan permen karet. Langkah ini memudahkan melakukan daur ulang limbah untuk melindungi lingkungan. Bagiamana menurut pendapat teman-teman?"

"Saya setuju dengan penjelasan Fikal," Dimas, koordinator sekolah adiwiyata mengacungkan tangan, Firda sebagai moderator memberi isyarat untuk menyampaikan alasannya. "Pada setiap kesempatan, misalnya peringatan hari besar Islam atau nasional kita buat kegiatan kebersihan di seluruh tempat yang ada di sekolah ini. Gerakan semacam ini diharapkan menginspirasi siswa untuk peduli terhadap lingkungannya masing-masing. Menumbuhkan kreativitas siswa agar bersedia mendaur ulang sampah dan selalu peduli dan penghijauan yang digerakan sekolah."

"Maaf Firda, bolehkah saya juga menyampaikan pendapat?" tiba-tiba Danisa, bendahara OSIS yang cerewet ini tidak ingin ketinggalan suara pada diskusi ini.

"Silakan Danisa," Fira memberi kesempatan kepada Danisa.

"Terima kasih Firda, apa yang telah disampaikan Fikal dan Dimas memang sangat bagus. Namun dipihak lain banyak siswa yang masih menganggap bahwa Gerakan kebersihan, penghijauan dan daur ulang itu akan membuang-buang waktu mereka. mereka tidak mau direpotkan dengan memilah sampah dan lebih mudah membuang semuanya ke satu tempat sampah saja. 

Mereka tidak berpikir apa yang akan terjadi 10, 20, 30 tahun kemudian saat tempat tinggal kita sudah penuh dengan sampah. Mereka juga berpikir sempit bahwa mendaur ulang sampah merupakan pekerjaan yang sia-sia, tidak berinilai guna. Padahal setiap benda yang didaur ulang merupakan bonus bagi lingkungan kita. Demikian pendapat saya Firda, terima kasih."

"Teman-teman, luar biasa kalian semua, selanjutnya kami mohon pak Ilham memberikan arahan dalam penyusunan program, kepada Bapak kami silakan."

Dalam sambutannya Pembina OSIS ini memberikan arahan agar membuat kelompok kecil sesuai tugasnya masing-masing. Yaitu kelompok pengurus inti dan kelompok para koordinator dan seksi. Setiap kelompok membuat rencana kegiatan selama satu tahun.

Lagi-lagi, Firda sebagai sekretaris harus satu kelompok dengan Fikal. Begitu juga dengan Danisa, karena jabatannya sebagai bendahara. "Fikal, apa saja ya yang kita butuhkan untuk anggaran lingkungan ini?"

Kenapa tiba-tiba hati Firda mendesir perih, melihat Danisa sangat dekat dengan Fikal?

                                                                                                                                                                                                                                                           (bersambung)

Sumber: Trianto, Agus dan Titik Harsiati. 2018. Bahasa Indonesia SMP/MTs IX. Jakarta: Kemendikbud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun