Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Teenlit: Cinlok di Ruang Diskusi (Bagian 1)

10 Januari 2021   12:30 Diperbarui: 10 Januari 2021   21:57 2978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjelasan Bu Laily tentang jenis diskusi membuatnya memberikan wawasan tentang sebuah keorganisasian. Maklum menjadi sekretaris di OSIS ini, merupakan pengalaman pertama. Dia harus banyak belajar dan membaca. Semangat Firda memang luar biasa, Dia tidak ingin tampak bodoh di hadapan teman-temannya. Untuk rapat perdana ini, Firda berharap berjalan lancar dengan hasil yang bisa membawa manfaat bagi sekolahnya

~~~~~

"Terima kasih kepada semua pengurus OSIS yang telah meluangkan waktu untuk datang di rapat penyusunan program OSIS tahun pelajaran 2020/2021." Fikal membuka diskusi ini dengan wibawa.

Firda yang duduk disamping Fikal sekali waktu mencuri pandang, "Fikal memang luar biasa, memang pantas dia dipilih sebagi Ketua OSIS, dia memang cerdas, bahasa yang digunakan dalam menyampaikan pesan juga tertata rapi dan mudah dipahami," batin Firda, "Aduh, kenapa sih aku ini jadi bayangin Fikal. Tidak, aku tidak boleh larut dengan perasaan ini, Fikal hanyalah seorang teman, titik." Firda berusaha menepis suara hatinya tentang Fikal.

"Teman-teman, program pertama yang akan kita bicarakan adalah tentang lingkungan sekolah. Seperti yang pernah saya sampaikan pada saat kampanye dulu, bahwa hal pertama yang akan saya kerjakan adalah membenahi lingkungan sekolah kita. Karena dengan lingkungan yang sehat dan bersih, pasti kita akan nyaman belajar di sekolah," Fikal menghentikan kata-katanya sesaat, melirik Firda yang berada di sebelahnya. Dia menyadari kalau Firda dari awal terus mengamatinya.

Buru-buru Firda mengalihkan tatapannya ke buku notula rapat. Fikal masih melanjutkan penjelasannya, "Teman-teman setiap hari kita diingatkan agar kita lebih peduli terhadap lingkungan kita. namun ternyata tidak mudah untuk peduli terhadap lingkungan atau bergaya hidup 'hijau'. Padahal sekolah sudah menyediakan tempat sampah dengan warna yang berbeda agar siswa mengetahui di mana seharusnya membuang sampah. 

Tempat sampah juga sudah diberi gambar yang menunjukkan benda mana yang boleh dimasukkan pada tempat sampah tersebut. Bahkan pada masing-masing tempat sampah juga sudah ditambah tulisan. Warna merah untuk limbah bahan beracun dan berbahaya (B3); hijau untuk limbah organik (sisa makanan dan daun); kuning untuk bungkus kemasan makanan, plastik, kaleng; biru untuk kardus dan kertas; abu-abu untuk pembalut wanita, dan permen karet. Langkah ini memudahkan melakukan daur ulang limbah untuk melindungi lingkungan. Bagiamana menurut pendapat teman-teman?"

"Saya setuju dengan penjelasan Fikal," Dimas, koordinator sekolah adiwiyata mengacungkan tangan, Firda sebagai moderator memberi isyarat untuk menyampaikan alasannya. "Pada setiap kesempatan, misalnya peringatan hari besar Islam atau nasional kita buat kegiatan kebersihan di seluruh tempat yang ada di sekolah ini. Gerakan semacam ini diharapkan menginspirasi siswa untuk peduli terhadap lingkungannya masing-masing. Menumbuhkan kreativitas siswa agar bersedia mendaur ulang sampah dan selalu peduli dan penghijauan yang digerakan sekolah."

"Maaf Firda, bolehkah saya juga menyampaikan pendapat?" tiba-tiba Danisa, bendahara OSIS yang cerewet ini tidak ingin ketinggalan suara pada diskusi ini.

"Silakan Danisa," Fira memberi kesempatan kepada Danisa.

"Terima kasih Firda, apa yang telah disampaikan Fikal dan Dimas memang sangat bagus. Namun dipihak lain banyak siswa yang masih menganggap bahwa Gerakan kebersihan, penghijauan dan daur ulang itu akan membuang-buang waktu mereka. mereka tidak mau direpotkan dengan memilah sampah dan lebih mudah membuang semuanya ke satu tempat sampah saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun