Iseng, ia membuka-buka gallery. Memeriksa, beberapa 'skrinsyut' -- screenshot: Â chatting tengah malam, perbincangan di WA, obrolan via BBM, atau bahkan di messenger yang disimpannya dalam beberapa file.
"Masih ada. Untunglah," gumamnya. Lega.
Ia tidak tahu, Abram melihat 'simpanannya' itu atau tidak. Entahlah.
~.~.~.~.~
Abram menyisihkan beberapa helai kain batik pesanan Pak Ikhsan, boss di tempat kerjanya.
Dua helai bermotif mega mendung, dua lembar dengan motif sulur tanaman, satu helai batik tulis dengan tehnik sapuan sabut kelapa, dan beberapa lembar kain batik untuk jaritan -- cara berpakaian ala masyarakat Jawa khususnya Jogja dan Solo.
Setelahnya, ia mengeluarkan sehelai kain batik tulis warna ungu, warna kesukaan istrinya.
Kain yang dipesannya pada salah seorang sarjana jurusan batik dari universitas terkenal di Yogyakarta.
"Ini cantik sekali. Pasti cocok dikenakan Amel, dipadupadankan dengan kebaya model kartini warna off white," gumamnya.
Ia tak menyadari, sejak tadi Amel berdiri diam-diam di belakangnya.
"Kamas, kok tidak membangunkan aku? Kapan datang?"