pada sesobek kertas
usang
kutuliskan harap
yang tak ingin meredup
Â
bila kah
kutemui lagi RamadhanMu
dalam simpuh dan lafadz penuh seluruh
doa dan pengampunan
beri aku waktu, lagi
Â
==========
Â
Widhanto menarik nafasnya perlahan. Seakan ingin dipenuhinya paru paru dengan udara yang dihirupnya. Ia masih menyimpan resah. Yang ditunggunya sejak semalam, tak juga menampakkan batang hidungnya.
Suara klakson mobil di kelokan jalan membuatnya mendongak. Penuh semangat, diperhatikannya mobil yang bergerak perlahan mendekat ke arah rumahnya. Ditunggunya hingga mobil itu benar-benar berhenti.
"Mas Gatot .....," dipeluknya kakak sepupunya itu penuh syukur.
"Ayoo....masuk...masuk," sambungnya kemudian. Setengah mendorong, Widhanto mengajak tamunya masuk ke rumah.