Sorot lampu mobil yang mengarah ke jalan depan rumahnya membuatnya tersenyum sendiri. Ia segera berdiri, merapikan rambutnya yang masai tertiup angin lalu bersiap-siap dengan sambutan termanisnya.
Ketika mobil itu benar-benar berhenti di depan rumahnya, Nurina segera membukakan pintu pagar yang tak dikuncinya sedari tadi.
"Selamat malam. Benarkah ini rumah Ibu Nurina?" seorang Polisi nampak berdiri di hadapannya dalam sikap sempurna.
Ia hanya berdiri diam.
"Ibu .......,"
Nurina tergagap.
"Ooh ....eehh iya. Iya. Saya sendiri."
Dipersilakannya Polisi itu memasuki gerbang, tangannya gemetar menahan pintu agar tak terhempas angin.
Â
Entah apa yang dibicarakan oleh Polisi simpatik itu, Nurina hampir-hampir tak bisa mencernanya dengan baik. Diterimanya surat-surat yang disorongkan ke hadapannya. Berita yang dibawa Polisi itu telah mengacaukan konsentrasinya.
Setelah menanda tangani seluruh berkas, Nurina menjabat tangan yang terulur itu dengan hati patah.