"Bund ......bunda ....." Zaa melongokkan kepalanya ke setiap kamar yang dibukanya. Tak ada siapa siapa.
"Bundaaa .....buuund.....," Elhida tak kalah panik. Ia berlari ke belakang, ke kebun samping dan ke taman depan. Sepi. Hanya beberapa belalang hijau yang melompat cepat-cepat karena kaget.
"Lemari pakaian bunda kosong, Abi. Persediaan bahan makanan di dapur juga kosong. Perabotan sudah dicuci semua, baju kotor tak ada satu pun .....," Zaa mulai menangis. "Kenapa bunda lakukan semua ini?" keluhnya lagi.
"Sudah tanya pada anak kost di sebelah rumah?" tanya Elhida hati-hati. Diusapnya air mata yang mengalir di pipi isterinya perlahan.
"Anak-anak kost kan libur. Mereka sudah lebih dahulu pulang ke daerahnya masing-masing," jelasnya dalam isak.
"Lalu bunda kemana?" hampir berbareng mereka saling berbisik.
~*******~
"Tidak diangkat. Telepon selular bunda juga nggak aktif." Elhida masih sibuk memencet-mencet hapenya.
"Studio juga. Kelihatannya lagu yang diputar itu dari playlist....," Zaa menimpali.
Pandangan mata Zaa tertuju ke meja makan. Sejak tadi, tudung saji itu luput dari perhatian mereka berdua. Tergesa-gesa diangkatnya tudung saji itu. Ia menjerit.
"Ada apa Zaa? Kenapa kau menjerit seperti orang ketakutan begitu?" Elhida bertanya khawatir.