Mohon tunggu...
Eneng Humaeroh
Eneng Humaeroh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan sejauh apapun dimulai dengan langkah pertama

Kehidupan hanya sebuah perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Buram Tentang Itu

9 April 2023   09:10 Diperbarui: 9 April 2023   09:33 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Naila bertanya mengapa ibu bersedih. Ibunya menjawab, Windi di vonis menderita kangker payudara. Dimas tidak pulang-pulang. Bagaimana nasib Windi? Ungkapnya ditengah isak tangis. Duka seorang ibu yang melihat derita anak perempuannya. Nasib yang buruk, pernikahan yang tidak sampai seumur jagung dan kini divonis penyakit kangker. Ibu mengeluhkan jika Windi tak punya pegangan sama sekali, iuran BPJS yang nunggak dan tidak terbayarkan, sakitnya sungguh menyedihkan sampai tidak mampu bangun dari duduknya, dan ibu tidak punya uang.

Naila hanya terhenyak mendengar keluhan ibunya. Sedangkan Windi tidak pernah lagi mau bicara dengannya sejak Windi intensif berkomunikasi dengan Dimas. Naila pun heran apa yang menyebabkan adiknya bersikap demikian. Padahal naila tidak pernah melarang hubungan mereka, dan tidak pernah ikut campur dalam komunikasi mereka, tapi Windi memperlihatkan sikap bermusuhan dan sikap bersaing dengannya. Bahkan terkadang kata-katanya sangat menyakitkan dan seringkali menyindirnya dengan ketus, "Kakak kan orang pintar, ngomongnya tidak terkalahkan, kakak selalu benar dan orang hebat". sindir Windi jika keduanya terlibat silang pendapat. Naila hanya menghela nafas dalam. Meskipun begitu, menurut Naila itu masih lebih baik daripada Windi mendiamkannya. Bahkan jika Naila pulang ke rumah, Windi menghindar darinya. Jangankan menyalami kakaknya seperti saat masih kecil dulu, menyapapun enggan.

Naila sedih dengan sikap adiknya, tetapi naila berupaya mengalah dan diam. Naila menyampaikan sikap adiknya kepada ibu, tapi ibu tetap membela Windi.     

Naila, hanya memandangi tubuh adiknya yang ringkih. Wajahnya sendu dan terus memalingkan muka ke arah lain. Naila mengusap bahunya dan berkata. " Mengapa kamu tidak segera diobati penyakitnya? Penyakit begini harus segera ditangani" ungkap Naila.

Sambil meringis dan sesenggukan  Windi berkata, " ga bisa aku ga punya uang kak...... BPJS ga bisa dipakai  jika belum di bayar". dia sesenggukan. Naila membelai rambut adiknya dengan penuh kasih sayang.

"Kamu ga usah khawatir, kakak akan bayar biaya pengobatan kamu, tapi kamu janji segera minta di tindak ya. Yang penting kamu sehat. Kakak janji akan mengurus kamu dan membantumu sepenuhnya". Naila sangat sedih melihat nasib adiknya. Ia dulu tidak menyetujui pernikahannya dengan Dimas karena sudah menduga Dimas tidak punya itikad baik. Naila menduga Dimas hanya ingin membalas dendam pada dirinya karena Naila menolak lamaran Dimas. Tapi nasi sudah menjadi bubur, adik tetap adik dan ia hanya punya aku dan ibu. Sedangkan hidup ibu pun  setengahnya Naila yang menanggung. Selama ini keduanya Naila yang banyak menanggung kebutuhanya.

Naila bersujud di kaki ibunya meminta maaf atas segala kesalahan yang diperbuat, Naila menangis di kaki ibunya. " Ibu maafkan Naila ya.... maafkan segala kesalahan Naila. Doakan Naila agar selalu sehat dan kuat. Windi ibu jangan fikirkan aku yang akan bertanggungjawab atas kebutuhan pengobatannya, aku janji bu. Yang penting Windi mau berobat, mau operasi agar bisa sembuh dari kangkernya. Soal Dimas ibu jangan fikirkan lagi biarlah itu menjadi urusan Windi kedepan jika sudah sembuh, yang penting kita sembuhkan dulu Windi ya bu... semoga itu  jodoh mereka"  Naila, menangis sesenggukan diujung kaki ibunya, ia hanya fikirkan nasib adiknya yang malang.***

Behari-hari Naila menemani adiknya ke rumah sakit, sangat lelah memang hatinya sedih, sedih dengan nasib adiknya dan sedih dengan nasibnya sendiri. Tuhan mengapa Kau ciptakan nasibku seperti ini, mengapa Kau berikan aku keluarga seperti ini, mengapa Kau berikan cerita hidupku seperti ini..... masihkan Kau akan berikan cerita lain dalam hidupku ? sungguh akupun ingin Kau berikan cerita indah dalam hidupku. Tuhan akupun merasa lelah ku menghadapi kisah-kisah pahit dalam perjalanan hidupku dan aku belum juga menemukan pelabuhan yang terbaik dalam hidupku tapi Kau masih kirimkan gelombang yang terasa begitu panjang dalam kisah-kisah buramku. Tuhan berikan aku kesempatan untuk mengecap indahnya dunia ini......

Tuhan ditengah kesedihanku, kumohonkan kesembuhan untuk adiku.....

Naila menutup doa di malam menjelang Windi menjalani operasi. Hanya sebuah kepasrahan yang bisa dilakukan Naila, berserah baginya jalan terbaik agar hatinya mampu ikhlas menjalani setiap kisah-kisah buram itu......***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun