Mohon tunggu...
Eneng Humaeroh
Eneng Humaeroh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan sejauh apapun dimulai dengan langkah pertama

Kehidupan hanya sebuah perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Buram Tentang Itu

9 April 2023   09:10 Diperbarui: 9 April 2023   09:33 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu serius Dimas ? " tanya Naila dengan sedikit rasa heran, kok ada orang mau melamar ditengah malam? Hampir jam 12.00, alias mendekati tengah  malam. Dan yang lebih mengagetkannya tidak ada berita apapun dari adiknya Windi tentang lamaran Dimas malam itu.

Naila memang jarang berada di rumah ibunya, selain Naila sudah memiliki rumah sendiri Naila seringkali bekerja  ke daerah-daerah mengikuti tugas dari kantor tempat dirinya bekerja. Kadang Naila berhari-hari atau berminggu-minggu beada di kota lain.

Kendatipun Naila tidak menyetujui rencana keduanya, tapi Naila tidak punya hak untuk menolak atau tidak setuju. Terlebih adiknya tidak menyampaikan sepatah katapun atas rencana pernikahan itu, bahkan tidak ada permohonan maaf atas kelancangannya melakukan tindakan seperti itu. Dan anehnya ibu merestui rencana mereka.

Windi tidak memberitahu padanya bahwa sebulan lagi mereka akan segera menikah, lagi-lagi Naila tahu rencana tersebut dari pesan singkat yang dikirim Dimas kepadanya. Dimas pun tidak menyampaikan apa yang menjadi dasar dari rencananya melamar adiknya. Dengan pongahnya Dimas mengatakan bahwa ia akan segera melangsungkan pernikahan dengan Windi dan sudah menyiapkan mas kawin berupa  cincin emas murni 24 karat.

***

Naila tidak mempermasalahkan perubahan prilaku adiknya setelah menikah dengan Dimas. Namun yang Naila rasakan adalah betapa pongahnya adiknya setelah menjadi nyonya Dimas. Terkadang mengumbar cerita tentang barang-barang mewah yang dijanjikan Dimas dan akan segera membelikannya. Dengan sesumbar akan memperbaiki rumah ibu yang sudah banyak kerusakan, padahal rumah itu Naila yang membelinya untuk ditempati ibunya dan dirinya. Naila pula yang rutin mengirimi uang belanja untuk ibunya dan dirinya. Segala kebutuhan yang diperlukan Naila selalu mengirimkan, bahkan motor yang dipakai Windi Naila lah yang membelinya agar Windi mudah mengantar ibunya jika ingin pergi-pergi. Meskipun pada kenyataannya Windi yang selalu menggunakannya untuk kepentingan pribadinya.

Windi juga yang merengek-rengek kepada Naila jika kekurangan uang untuk membeli keperluannya, membayar uang kuliah, bahkan membuatkannya skripsi dan mengajarinya agar bisa menjawab saat disidang nanti dan  Naila pula yang mempersiapkan biaya wisuda Windi.

Tetapi seperti itulah watak Windi, egois dan tidak merasa bahwa Naila lah yang selama ini harus menyisihkan uang demi membayar segala kebutuhannya, bahkan ibunya seringkali beralasan butuh uang padahal uang tersebut hanya untuk Windi, karena Windi tidak mau dianggap selalu meminta kepada Naila, jadi menggunakan tangan ibunya untuk meminta uang kepada Naila.

Perubahan drastis prilaku Windi memang sudah Naila sadari ketika Windi dekat dengan Dimas, pasalnya Dimas selalu curhat kepada ibu dan adiknya karena perasaannya tidak ditanggapi Naila. Bahkan yang membuat Naila heran jika Dimas menelpon ibunya, ibu lalu pergi meninggalkan Naila meskipun Naila merasa pembicaraan mereka sangat penting saat itu. Tetapi ibunya pergi untuk mengobrol dengan Dimas dan tidak ingin diketahui Naila. Naila tidak pernah menanyakan tentang perbuatan ibunya, ia pura-pura tidak tahu bahkan memang tidak mau tahu. Naila hanya menduga paling-paling Dimas comel mengatakan hal-hal tentang Naila dan pastinya mengada-ada. Ah, terserah jika ibu percaya pada orang lain ya silahkan. Naila memang typical pribadi yang tidak mau membahas permasalahan yang ia anggap remeh dan tidak penting. Gosip istilahnya, Naila tidak suka bergosip.

    

Setelah pernikahan Windi dan Dimas, Naila semakin merasa tidak nyaman di rumah, yang lebih menyakitkan hati Naila, ibu melarang Naila pulang kerumah yang dibelinya untuk ibunya, dengan alasan jangan mengganggu rumah tangga Windi dan Dimas, sebab Dimas merasa tak nyaman jika ada Naila.  Naila sangat sedih dengan sikap ibunya tersebut. Naila hanya menahan diri dan akhirnya berusaha untuk sejarang mungkin pulang, Naila hanya sering menanyakan apakah ibunya punya uang belanja atau ada kebutuhan lain. Dan Naila tetap mengirimi ibunya uang. Naila melawan egonya sendiri, itu rumahku, rumah yang kubeli dari jerih payahku sendiri dan sudah kuikrarkan selama ibu hidup adiknya boleh tinggal disitu, tapi jika ibu sudah tiada maka rumah itu akan kuambil kembali. Tapi kali ini Naila memang merasa ibunya sudah melewati batas, secara halus mengusirnya dari umahnya sendiri demi membuat kebahagiaan Windi dan Dimas. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun