Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Wahai PLN, Tak Bisakah Beri Kami Keringanan?

2 Mei 2020   23:21 Diperbarui: 4 Mei 2020   09:35 1776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

April berganti Mei. Wabah Corona belum juga pergi. Saat awal bulan, banyak tagihan sudah menanti. Belum lagi cicilan yang harus dilunasi. Tapi publik negara ber-flower dikagetkan dengan tagihan listrik yang tiba-tiba melonjak.

Keluhan pun berseliweran di beranda belantara maya. Ada yang menuduh Perusahaan Listrik Negara (PLN) menaikkan tarif dasar listrik. Ada pula yang kaget melihat meteran listriknya perubahannya drastis. Faktanya PLN belum ada menaikkan tarif dasar listrik.

Kalau mau jujur, wajar jika pemakaian listrik tiba-tiba meningkat karena dampak Corona. Ketika wabah menghampiri negeri ini, praktis semua aktivitas dilakukan di rumah. 

Lampu penerangan nyaris menyala tanpa henti. Belum lagi yang punya penyejuk udara, serta charger telepon pintar, laptop, komputer, hingga televisi.

Urusan masak-memasak pun tak sedikit yang pakai piranti elektronik. Dari mulai coba resep kue sampai membuat minuman dalgona coffee, semua pakai listrik. Lemari es yang biasanya bekerja biasa saja, kali ini harus bekerja keras karena ada stok bahan makanan yang penuh di dalamnya. 

Semua bisa dihitung dengan jelas. Coba ditotal setiap komponen listrik yang dipakai, kemudian dijumlah. Pasti ketemu dan nilai penggunaan akan terhitung dengan jelas.

Nah yang jadi persoalan adalah, tidak adakah belas kasihan perusahaan milik negara untuk sekadar memberikan keringanan. Kalau hanya memberikan voucher kepada pengguna yang voltasenya kurang besar, jumlahnya tentu tidak seberapa.

Pengguna terbanyak adalah warga menengah. Tapi jangan lupa, sekaya apa pun seseorang, saat ini semua jelas terkena dampak. Kenapa? Karena roda ekonomi sedang kurang lancar. 

Bukankah sudah banyak kasus mereka yang berpendapatan besar pun kini badannya mulai 'meriang' karena dihadang banyak kebutuhan. Sementara penghasilan tidak lagi maksimal seperti sebelumnya.

Kalau nanti dianggap diskon atau keringanan tarif listrik dianggap tidak tepat sasaran, yakinlah, semuanya akan tepat sasaran karena semut pun kena dampak dari wabah ini. Kenapa? Karena semut kekurangan gula ketika stok gula kurang dan mahal.

Jika dianggap kurang tepat sasaran, ya tinggal dibuatkan skema berjenjang. Pelanggan kelas tertentu diskonnya 5 persen, semakin rendah kelasnya diskonnya semakin besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun