April berganti Mei. Wabah Corona belum juga pergi. Saat awal bulan, banyak tagihan sudah menanti. Belum lagi cicilan yang harus dilunasi. Tapi publik negara ber-flower dikagetkan dengan tagihan listrik yang tiba-tiba melonjak.
Keluhan pun berseliweran di beranda belantara maya. Ada yang menuduh Perusahaan Listrik Negara (PLN) menaikkan tarif dasar listrik. Ada pula yang kaget melihat meteran listriknya perubahannya drastis. Faktanya PLN belum ada menaikkan tarif dasar listrik.
Kalau mau jujur, wajar jika pemakaian listrik tiba-tiba meningkat karena dampak Corona. Ketika wabah menghampiri negeri ini, praktis semua aktivitas dilakukan di rumah.Â
Lampu penerangan nyaris menyala tanpa henti. Belum lagi yang punya penyejuk udara, serta charger telepon pintar, laptop, komputer, hingga televisi.
Urusan masak-memasak pun tak sedikit yang pakai piranti elektronik. Dari mulai coba resep kue sampai membuat minuman dalgona coffee, semua pakai listrik. Lemari es yang biasanya bekerja biasa saja, kali ini harus bekerja keras karena ada stok bahan makanan yang penuh di dalamnya.Â
Semua bisa dihitung dengan jelas. Coba ditotal setiap komponen listrik yang dipakai, kemudian dijumlah. Pasti ketemu dan nilai penggunaan akan terhitung dengan jelas.
Nah yang jadi persoalan adalah, tidak adakah belas kasihan perusahaan milik negara untuk sekadar memberikan keringanan. Kalau hanya memberikan voucher kepada pengguna yang voltasenya kurang besar, jumlahnya tentu tidak seberapa.
Pengguna terbanyak adalah warga menengah. Tapi jangan lupa, sekaya apa pun seseorang, saat ini semua jelas terkena dampak. Kenapa? Karena roda ekonomi sedang kurang lancar.Â
Bukankah sudah banyak kasus mereka yang berpendapatan besar pun kini badannya mulai 'meriang' karena dihadang banyak kebutuhan. Sementara penghasilan tidak lagi maksimal seperti sebelumnya.
Kalau nanti dianggap diskon atau keringanan tarif listrik dianggap tidak tepat sasaran, yakinlah, semuanya akan tepat sasaran karena semut pun kena dampak dari wabah ini. Kenapa? Karena semut kekurangan gula ketika stok gula kurang dan mahal.
Jika dianggap kurang tepat sasaran, ya tinggal dibuatkan skema berjenjang. Pelanggan kelas tertentu diskonnya 5 persen, semakin rendah kelasnya diskonnya semakin besar.Â
Maka, dengan cara itu, PLN akan hadir sebagai benar-benar perusahaan milik negara. Bukankah kekayaan negara sebesar-besar digunakan untuk rakyat. Bukan rakyat yang harus memperkaya perusahaan negara.
Kondisi saat ini sedang berbeda. Rakyat sedang butuh-butuhnya kehadiran pemerintah. PLN adalah salah satu perusahaan milik negara yang bisa menjalankan fungsi itu.
Sebagai perusahaan monopoli, rakyat tidak ada pilihan untuk mendapat energi listrik. Andai ada perusahaan listrik swasta, masyarakat bisa memilih dan pasti ada persaingan yang sehat. Tapi karena semua sudah dikuasai PLN, publik tidak bisa berbuat apa apa selain pasrah dan terima apa adanya.
Maka izinkan tulisan ini mewakili rakyat +62. Tak bisakah PLN tahun ini mengurangi keuntungannya dengan memberikan sedikit bonus untuk pelanggannya yang selama ini sangat loyal?Â
Tak usahlah membagi masker atau sembako, khusus PLN, beri diskon saja, itu akan sangat menghibur warga yang saat ini harus di rumah saja.
Oh ya, sebagai informasi, pelanggan di Berau, Kalimantan Timur, sering dapat tambahan bonus listrik padam. Maka apa salahnya kami juga berharap bonus pengurangan tagihan. Adil bukan? Bagaimana menurut pembaca? (*) Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H