Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bisa Jadi, Ini Sebab Mahasiswa ITB Depresi dan Gantung Diri

5 September 2019   12:25 Diperbarui: 5 September 2019   19:23 8829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

apa yang sedang kamu lakukan?

aku seperti orang gila
berbicara dengan yang tak berupa
bertanya kepada yang tak ada

aku ragu
antara kita terpisahkan oleh ruang dan waktu
atau kamu sebetulnya memang tak ada

Bandung
03 Maret 2019 

Sekali lagi, tulisan ini hanyalah analisis dari sisi teknologi pikiran yang saya pelajari. Juga dari hasil mengulik laman pribadi milik almarhum. Fakta dan data sesungguhnya biarlah menjadi rahasia alam. Akan tetapi banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari kejadian ini.

Sebagai orang tua, hendaknya tidak terlalu over demanding alias menuntut anak secara berlebihan. Sebaliknya, yang perlu dilakukan secara maksimal adalah mengisi baterai kasih sayangnya secara utuh dan semaksimal mungkin.  

Anak, sampai kapan pun tetaplah anak. Bahkan ketika dia sudah berumah tangga dan sudah memiliki anak sekali pun. Jangan pernah beranggapan anak yang sudah menikah bahkan sudah punya anak, tidak lagi membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya.

Maka sebagai penutup, izinkan saya mengutip puisi dari Dorothy Law Notle ini.

Bila seorang anak hidup dengan kritik,
Ia belajar untuk menyalahkan.

Bila seorang anak hidup dengan rasa benci,
Ia belajar bagaimana berkelahi.

Bila seorang anak hidup dengan ejekan,
Ia belajar menjadi pemalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun