Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Layanan "Luar Biasa" dari Traveloka

30 Juni 2019   08:03 Diperbarui: 9 Juni 2020   15:19 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Publik +62 pasti sudah tidak asing lagi dengan layanan Traveloka. Semua urusan perjalanan, dari mulai akomodasi dan transportasi, serta rekreasi, bisa didapatkan di aplikasi ini. Namun, Sabtu 29 Juni 2019 tadi saya mendapatkan layanan 'luar biasa' dari Traveloka.

Kenapa kata luar biasa dipakai tanda petik? Ya karena memang luar biasa. Maksudnya di luar dari biasanya. Bahkan sangat kurang menyenangkan.

Saya sudah berusaha tidak menggunakan kalimat yang kurang positif. Semoga pembaca memahami maksud saya. Pokoknya layanannya keren banget deh.

Siang hari sebelum bertolak dari Samarinda ke Solo via penerbangan Express Air melalui Yogyakarta, saya sudah memesan layanan hotel melalui aplikasi Traveloka di Red Planet Hotel dengan nomor pemesanan #489980841.

Pembayaran tuntas, ringkasan pemesanan melalui pesan pendek pun sudah masuk. Tentu saya pun berprasangka baik dan selama ini juga selalu oke-oke saja.

Begitu sampai di Yogyakarta, sudah ada mobil sewaan menunggu. Saya sewa lepas kunci, sehingga bisa lebih leluasa ke mana saja.

Hampir 3 jam saya menyusuri jalanan Yogyakarta -- Solo. Entah kenapa, akhir pekan tadi kondisi ruas jalan utama itu luar biasa penuh. Sehingga laju kendaraan kerap tersendat dan merayap.

Setelah lelah di perjalanan, harapannya bisa langsung istirahat di hotel yang dituju. Namun alangkah kagetnya, ternyata pesanan saya belum tercatat di hotel itu.

Setelah saya cek di aplikasi, ternyata voucher hotelnya tak kunjung terbit. Ada tanda merah yang menunjukkan ada kegagalan sistem pada pesanan tersebut.

Segera saya hubungi nomor customer service. Saya kemudian diarahkan untuk memesan hotel lain, namun tak usah dilakukan pembayaran. Saya mendapat Hotel Bintang. Namun ternyata, pesanan itu juga tidak bisa dipenuhi.

Kembali saya diminta melakukan rebooking hotel lain. Dalam sistem Traveloka saya berhasil mendapatkan Hotel Sadinah Sahid.

Jarak dari Red Planet Hotel ke hotel itu sangat lumayan. Hampir 10 kilometer. Dengan sisa energi yang ada, saya tetap tenang. Atur nafas agar tidak semakin menguras energi.

Alhamdulillah, akhirnya sampai di Hotel Sadinah Sahid. Begitu voucher Traveloka saya tunjukkan ke bagian reservasi, petugas hotel itu hanya bisa bengong. Dia justru balik bertanya, kapan pemesanan dilakukan? Sebab, kamar hotel itu sudah penuh.

Kembali saya menghubungi pihak Traveloka. Kali ini petugas yang menerima panggilan telepon menyarankan saya untuk refund saja, atau dana dikembalikan. Keren banget sarannya.

Malam itu, saya butuh untuk segera istirahat bobo manis. Bukan butuh uangnya. Apa artinya uang dikembalikan kalau kemudian tidak dapat tempat tidur walau hanya semalam?

Saya lantas mencari hotel lagi di kawasan Solo Baru. Setidaknya masih di sekitaran wilayah Solo. Masih ada tersisa satu. Ada Puri Dewi Homestay di kawasan Desa Gedangan Kecamatan Grogol, Solo Baru.

Saya harus menempuh perjalanan lagi sejauh 14 kilometer. Benar-benar harus menggunakan cadangan energi yang ada di dalam tubuh.

Home stay ini berlokasi di komplek perumahan. Namanya juga rumah dijadikan penginapan, ya begitulah keadaannya. Tapi jangan salah, harganya malam itu hampir sama dengan Red Planet Solo. Hanya selisih Rp 100 ribu-an.

Ternyata sebelum saya, juga ada seorang pria mengalami hal sama. Kehabisan hotel di Solo. Semua penuh. Sehingga terpaksa menginap di Puri Dewi itu. "Sepertinya aplikasi Traveloka sedang eror. Saking padatnya pesanan hotel di Solo," kata pria itu.

Bahkan yang miris, sebelumnya dia sudah pesan kamar di Cozy Room at Pandawa Inn Sukoharjo. Sudah dibayar pula.

Ternyata setelah didatangi, penginapan itu sudah tutup permanen alias tidak beroperasi. Tapi anehnya masih tersedia di aplikasi Traveloka.

Saya pun sempat mengecek nama properti itu di aplikasi Traveloka, ternyata memang benar masih tersedia.     

Setelah pria itu check in, akhirnya saya juga dilayani. Saya mendapatkan kamar di lantai atas. Tangganya lumayan curam. Harus mengangkat travel bag pula. Luar biasa. Tak ada layanan air minum, apalagi wifi. 

Meski terlihat ada layanan internet milik Telkom, namun petugas yang berjaga mengatakan tidak tersedia wifi. Oh ya, ternyata ada bonus tambahan. Nyamuk yang seliweran.

Ya sudahlah, yang penting segera masuk kamar. Bobok. Waktu sudah hampir pukul 00.00 WIB. Tiba-tiba ada pemberitahuan masuk dari Traveloka, bahwa voucher untuk Red Planet Hotel terbit.

Coba deh. Kira-kira bagaimana perasaan yang muncul mendapati kenyataan itu. Rasanya kaya makan permen gula asam yang sudah mau basi.  

Ini sama saja pacar yang diajak nikah, tapi tak kunjung memberikan jawaban. Tak jelas ditolak apa tidak. Begitu sudah nikah sama yang lain, baru mau menerima ajakan nikah. Ya percuma. Terlambat. Nasi sudah menjadi bubur. Tinggal diberi ayam sama bawang aja. Masa iya sudah sampai di Solo Baru harus balik lagi ke Red Planet. Sudah tengah malam pula.

Saya sangat yakin. Layanan Traveloka memang tidak selalu seperti ini. Namun, apa pun kendalanya, perusahaan jasa mau tidak mau memang harus seperti jam dinding.

Ketika jarum jam berjalan normal, tak akan pernah mendapatkan pujian. Tapi begitu tersendat sedikit saja, pasti akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

Secara pribadi, tidak hanya energi yang terkuras. Pulsa telepon seluler pun harus dikuras. Karena harus melakukan sambungan telepon berkali-kali dengan pihak Traveloka.

Entah berapa tagihannya nanti. Saya juga tidak tahu, entah berapa banyak stok kesabaran terpakai. Meski kesabaran saya bisa diisi ulang, tetap saja rasanya sangat kurang nyaman.

Saya menuliskan ini, tentu sebagai tanda cinta kepada Traveloka. Sebab layanan yang diberikan selama ini sudah banyak membantu aktivitas saya. Harapannya, layanan yang diberikan bisa semakin baik dan meningkat.

Bagi saya, kejadian itu benar-benar jadi bahan pembelajaran yang sangat luar biasa. Terutama untuk tetap tenang.

Pihak Traveloka pasti bisa mendengarkan kembali bagaimana saya melakukan komplain atas layanan ini. Bukankah pembicaraan saya pasti direkam? 

Alhamdulillah, tak ada sumpah serapah yang keluar. Hanya kalimat desakan yang harapannya tentu bisa ada kepastian.

Namun jika ini terjadi pada zaman dulu, sebelum saya mengenal ilmu teknologi pikiran, saya yakin, isi kebun binatang akan masuk dalam rekaman telepon dengan petugas Traveloka itu.

Bagaimana menurut Sahabat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun