Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pakai THT, Fobia Apa Saja Mudah Diatasi

1 Juli 2018   00:20 Diperbarui: 1 Juli 2018   01:02 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wanita ini akhirnya berani pegang tas kulit ular.

THT adalah teknik revolusioner, sangat mudah dipelajari dan dipraktikkan, aman dan telah teruji sangat efektif untuk menerapi diri sendiri, khususnya mengatasi masalah berkaitan dengan perilaku dan emosi. THT diciptakan Adi W. Gunawan dengan tujuan turut memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, khususnya di aspek mental dan emosi.

Menurut Adi, THT diciptakan berlandaskan hasil kajian teori dan ilmu yang cukup kompleks, meliputi antara lain teori pikiran, motivasi, memori, sistem energi tubuh, khususnya meridian, dan neurosains.

"Ketika seseorang mengalami suatu kejadian, kejadian ini pada dasarnya netral. Selanjutnya, ia memberi makna pada kejadian ini, bisa positif, netral, atau negatif. Pemaknaan inilah yang memunculkan emosi. Bila maknanya positif, emosinya pun positif. Jika maknanya netral, emosinya pun netral. Begitu pula bila diberi makna negatif, maka emosinya pun akan negatif," bebernya.

Berikutnya, emosi ini akan mendorong seseorang melakukan respons. Sebab, respons bergantung dari emosi yang dihasilkan. Jika respons yang muncul positif, tentu tidak ada masalah. Persoalannya adalah, yang umum terjadi orang cenderung memberi makna negatif, sehingga mendorong munculnya emosi dan respons negatif. Setelah emosi muncul, biasanya akan melekat pada memori kejadian dan tertanam di pikiran bawah sadar.

Adi W Gunawan dan para trainer THT.
Adi W Gunawan dan para trainer THT.
Sebagai contoh, ketika sakit hati dengan seseorang, maka biasanya individu memberi makna negatif, disusul emosi negatif, dan terakhir respons negatif. Setelah itu, emosi ini akan melekat pada memori kejadian dan tersimpan di bawah sadar. Persoalannya adalah, jika suatu ketika bertemu dengan orang yang sebelumnya membuat sakit hati, maka secara otomatis emosi dan respons negatif ini akan kembali mencuat ke permukaan, dan membuat seseorang tidak nyaman. Nah, dengan THT, emosi sakit hati itu bisa dinetralisir kembali dengan cepat dan mudah.

Pada orang dewasa, THT berhasil membantu mengatasi masalah antara lain luka batin, perasaan diri tidak berharga, tidak percaya diri, takut bicara di depan umum, mudah emosi, cemas atau ketakutan berlebih, perasaan diri ditolak, mudah panik, takut menikah, kesedihan mendalam, kesulitan diet, beragam fobia, kesepian, kebiasaan menunda, adiksi game atau video, sakit psikosomatis, dan masih banyak lagi. Bahkan ada beberapa klien yang semula hendak bunuh diri akhirnya tidak jadi, setelah diterapi dengan THT.

Penulis (kiri), salah satu trainer THT bersama Adi W. Gunawan.
Penulis (kiri), salah satu trainer THT bersama Adi W. Gunawan.
Selanjutnya, masalah yang berhasil diatasi pada klien anak menggunakan THT, antara lain tidak percaya diri, minder, adiksi atau ketagihan main game atau gadget, malu, prestasi akademik rendah, merasa diri bodoh, merasa diri tidak cakap, tidak suka makan sayur, takut gelap, takut ketinggian, takut sendirian, marah pada teman, takut pada guru, tidak suka pelajaran tertentu, tidak berani tampil di depan umum, merasa kesepian, dan masih banyak lagi.

Adi sangat optimistis, teknik ini akan segera menyebar dengan cepat ke publik, sehingga diharapkan bisa memberikan manfaat besar untuk membantu siapa saja mengatasi persoalan emosi dan perilaku negatif. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun