Jangankan melihat ular, melihat tas dari bahan kulit ular pun wanita ini seketika merinding dan merasa jijik, sangat ketakutan. Ada trauma sangat dalam yang dialami wanita bernama Brigita Manohara ini terhadap binatang melata.
"Dulu pernah ditakut-takuti sama ular," ujarnya. Kenangannya seketika terlempar ke masa ABG. Emosi takut yang tertanam dalam di pikiran bawah sadar itulah yang terus terbawa, hingga wanita yang dikenal sebagai presenter televisi swasta ini belum damai dengan ular.
Di depan lebih 500 peserta workshop sesi pagi, wanita ini akhirnya dibantu dan dibimbing untuk mengatasi rasa takutnya. Teknik yang digunakan adalah teknik ciptaan Adi W. Gunawan paling gres, diberi nama The Heart Technique atau disingkat THT.
Setelah dibimbing, dalam waktu singkat, rasa takut ular yang dirasakan Brigita hilang, berganti dengan perasaan nyaman dan plong. Untuk memastikan, panitia meminjam tas milik peserta workshop yang terbuat dari bahan kulit ular. Dengan perlahan wanita ini memangku tas ini dan memegangnya. Dia pun terkejut dan tak mengira, rasa tidak nyaman yang dipikulnya selama puluhan tahun itu bisa bablas dalam sekejap.
Peserta workshop pun diajarkan mempraktikkan teknik tersebut secara mandiri, dengan didampingi para hipnoteralis klinis lulusan Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology (AWGI). Salah satu peserta, Nicholas, remaja yang akan naik kelas 12 pun berani ke atas panggung, menyampaikan testimoni. Apa masalahnya? Ternyata dia awalnya tidak percaya diri dan grogi bicara di depan umum. Namun pagi itu dia tak menyangka, bisa bicara di depan 500 lebih peserta, di atas panggung, setelah mempraktikkan THT. Â Â Â
Sesi kedua, siang sampai sore, jumlah peserta juga sama, lebih 500 orang. Menggunakan teknik yang sama, Adi W. Gunawan mencontohkan bagaimana cara mengatasi rasa takut terhadap seorang wanita yang fobia tikus. Adi sudah mempersiapkan tikus mainan dari karet. Jangankan memegang, melihat dari jauh saja, wanita tersebut sudah sangat ketakutan.
Dengan cara menetralisir kembali jalur energi melalui titik meridian tertentu, yang merupakan kunci utama dari teknik ini, rasa takut terhadap tikus seketika hilang. Saat diminta mengambil sendiri tikus mainan dari atas meja yang ada di panggung, tanpa ragu wanita ini melangkah dan menggenggam tikus mainan tadi. Bahkan sempat memainkannya. "Biasa saja, ngga terasa apa-apa," katanya disambut tepuk tangan meriah dari peserta workshop.
Bertempat di Hotel Hariston, Pluit - Jakarta, untuk pertama kalinya Adi W. Gunawan merilis teknik temuannya, The Heart Technique (THT) ke tengah masyarakat  Sabtu (30/6), melalui workshop yang berlangsung dua sesi, yakni pertama pukul 09.00 -- 12.00 WIB dan kedua pukul 14.00 -- 17.00 WIB.
Sebelumnya, begitu workshop tersebut diumumkan melalui media, hanya dalam waktu empat hari, pendaftaran langsung ditutup karena jumlah peserta telah melampaui kapasitas gedung yang hanya mampu menampung 1.100 peserta. Â
Selain di Jakarta, Â workshop THT diselenggarakan di kota besar lainnya seperti Medan, 8 Juli 2018, dan Denpasar, 9 September 2018. Untuk Medan, hanya dalam waktu dua hari jumlah pendaftar telah mencapai hampir 1.000 peserta.
THT adalah teknik revolusioner, sangat mudah dipelajari dan dipraktikkan, aman dan telah teruji sangat efektif untuk menerapi diri sendiri, khususnya mengatasi masalah berkaitan dengan perilaku dan emosi. THT diciptakan Adi W. Gunawan dengan tujuan turut memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, khususnya di aspek mental dan emosi.
Menurut Adi, THT diciptakan berlandaskan hasil kajian teori dan ilmu yang cukup kompleks, meliputi antara lain teori pikiran, motivasi, memori, sistem energi tubuh, khususnya meridian, dan neurosains.
"Ketika seseorang mengalami suatu kejadian, kejadian ini pada dasarnya netral. Selanjutnya, ia memberi makna pada kejadian ini, bisa positif, netral, atau negatif. Pemaknaan inilah yang memunculkan emosi. Bila maknanya positif, emosinya pun positif. Jika maknanya netral, emosinya pun netral. Begitu pula bila diberi makna negatif, maka emosinya pun akan negatif," bebernya.
Berikutnya, emosi ini akan mendorong seseorang melakukan respons. Sebab, respons bergantung dari emosi yang dihasilkan. Jika respons yang muncul positif, tentu tidak ada masalah. Persoalannya adalah, yang umum terjadi orang cenderung memberi makna negatif, sehingga mendorong munculnya emosi dan respons negatif. Setelah emosi muncul, biasanya akan melekat pada memori kejadian dan tertanam di pikiran bawah sadar.
Pada orang dewasa, THT berhasil membantu mengatasi masalah antara lain luka batin, perasaan diri tidak berharga, tidak percaya diri, takut bicara di depan umum, mudah emosi, cemas atau ketakutan berlebih, perasaan diri ditolak, mudah panik, takut menikah, kesedihan mendalam, kesulitan diet, beragam fobia, kesepian, kebiasaan menunda, adiksi game atau video, sakit psikosomatis, dan masih banyak lagi. Bahkan ada beberapa klien yang semula hendak bunuh diri akhirnya tidak jadi, setelah diterapi dengan THT.
Adi sangat optimistis, teknik ini akan segera menyebar dengan cepat ke publik, sehingga diharapkan bisa memberikan manfaat besar untuk membantu siapa saja mengatasi persoalan emosi dan perilaku negatif. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H