Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tas Terlalu Berat, Ini yang Akhirnya Dialami Alifa

25 Januari 2016   16:54 Diperbarui: 25 Januari 2016   16:54 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Ah, biarlah. Justru itu yang membuat anak-anak kuat,” kata salah satu orang tua memberikan komentar. Tentu saya bisa saja setuju dengan pendapat itu. Namun faktanya, hal tersebut sudah muncul sebagai akar masalah saat sesi hipnoterapi. Itu artinya, hal ini perlu mendapat perhatian.

Haruskah untuk satu pelajaran anak membawa lebih dari dua buku? Selain buku tulis, ada buku paket, ditambah satu buku lembar kegiatan siswa (LKS). Mending kalau tipis, lah ini semuanya tebal-tebal.

Coba perhatikan anak-anak yang pergi ke sekolah. Tidakkah anak-anak terlihat lebih kecil ketimbang tas ransel yang ia bawa. Alih-alih mau belajar, anak-anak malah terlihat seperti orang yang mau mudik saat Lebaran. Tasnya penuh sesak dengan berbagai keperluan sekolah. Belum lagi anak terkadang membawa bekal makanan dan botol air minum, yang tentu menambah beban di pundaknya.

Mari kita simak dari sisi kesehatan. Menurut American Pediatrician, beban yang mampu diangkat oleh anak-anak adalah 10 persen dari berat tubuhnya. Jika mencapai 20 persen, itu sudah sangat maksimal.

Anak saya yang berat badannya 25 kg, maka maksimal berat tasnya seharusnya 2,5 kg. Tapi nyatanya, harus membawa beban rata-rata 5 kg. 

Bukankah anak-anak masih dalam masa pertumbuhan? Pertumbuhan tulang mereka berlangsung hingga usia 9 sampai 14 tahun. Jika dalam usia itu terjadi gangguan pada tulang, maka pertumbuhan tulang pun akan terganggu.

Ketika anak mengangkat beban melebihi batas kemampuannya, umumnya anak akan berjalan dalam posisi membungkuk. Ini membuat anak menumpukan beban pada salah satu bahu. Bahu cenderung ikut turun mengikuti arah gravitasi beban. Nah, kalau ini berlangsung lama, punggung anak bisa membengkok ke samping akibat kelainan rangka tubuh. Dalam istilah medis, anak bisa mengalami skoliosis.

Sebuah studi 2010 dari University of California, San Diego menyimpulkan, beban tas punggung menyebabkan nyeri punggung pada anak-anak. Studi yang sama mengatakan sepertiga anak usia 11 sampai 14 melaporkan nyeri punggung. Riset lain dari 2011 juga menemukan kesimpulan sama.

Berangkat dari kasus ini, sudah saatnya pemerintah melalui Dinas Pendidikan, menyediakan loker untuk masing-masing siswa di setiap ruang kelas. Lihat saja di negara maju, di sekolah tersedia loker. Sehingga anak-anak bisa menyimpan sebagian barang-barangnya di sekolah. Tak perlu dibawa pulang pergi setiap hari. Dengan demikian, anak hanya membawa barang lain seperlunya.

Selain itu, sekolah juga perlu menyediakan air minum. Cukup siapkan satu dispenser di masing-masing kelas, sehingga anak cukup membawa botol kosong, atau menyimpan gelas di sekolah. 

Sementara untuk para orang tua, ada baiknya rutin memeriksa barang bawaan anak. Pastikan hanya membawa barang yang dibutuhkan. Namanya juga anak-anak, terkadang ingin membawa sesuatu di luar kebutuhan sekolah, untuk ditunjukkan kepada temannya di kelas.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun