Mohon tunggu...
Cerpen

Sepenggal Kisah Zahra

19 Maret 2017   20:41 Diperbarui: 20 Maret 2017   06:00 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     “Dia kemari?” pertanyaan itu muncul begitu saja tanpa bisa dicegah. Sang ibu mengangguk. Namun, sedetik kemudian ia ingat bahwa anaknya adalah seorang tunanetra.

     “Ya. Ayahmu bahkan memandangnya sangat tajam sekedar untuk membuatnya takut,” ceritanya geli. Zahra ikut tersenyum lucu. “Tapi dia sangat teguh pendirian hingga akhirnya ayahmu lah yang mengalah. Nak, dia menerimamu apa adanya. Tapi ini tak hanya berlaku padanya. Terima juga dirimu dan dirinya apa adanya.”

      Zahra mengangguk. Kedua wanita itu berpelukan erat. Berbagi kebahagiaan yang ada di depan mata.

      “Jadilah istri yang baik, ya?” 

    Zahra mengangguk malu.

    Assalamualaikum, Zahra.

     Untuk pertama kalinya aku menulis namamu di antara semua suratku. Aku pun begitu. Untuk pertama kalinya, aku akan menyebutkan namaku di sini. Namaku Ilham Kurniawan. Kali ini aku takkan bercerita kisah nabi lagi. Aku akan menceritakan kisahku sendiri.

     Saat SMA, aku selalu pulang paling akhir karena aku adalah ketua OSIS. Tapi, di tahun ketigaku, aku menemukan fakta bahwa ada orang lain yang pulang akhir sama sepertiku. Kami bertemu secara tidak sengaja saat sama-sama keluar dari mushola. Ternyata dia adik kelasku, tingkat satu. Kepalanya langsung menunduk sesaat setelah melihatku. Itu adalah pertemuan pertama kami, dan mungkin yang terakhir. Aku sendiri yang membuatnya menjadi terakhir karena aku mulai takut dengan diriku yang entah mengapa selalu gelisah ketika mengingat gadis itu. Aku melakukan shalat istikharah berkali-kali hingga mendapatkan sebuah jawaban yang cukup untuk menjawab semua pertanyaanku. Aku mencintai gadis itu. Namun, aku diam. Mungkin juga gadis itu sudah melupakanku. Tiap aku memikirkannya, hatiku akan berdebar. Segera jika sudah begitu aku akan memohon ampunan pada Allah karena merasa telah menduakannya. Kemudian aku sibuk dengan ujian kelulusanku. Aku lulus tepat pada waktunya. Berbekal ingatanku akan wajahnya, aku masuk ke universitas. Dua tahun kemudian, aku ke sekolah lamaku. Saat itu adalah saat paling memberatkan bagiku dan yang pasti bagi gadis itu. Hari itu adalah hari terakhirnya ujian kelulusan, tapi kecelakaan itu justru terjadi. Gadis itu kehilangan pengelihatannya terhadap warna. Ya, hanya warna karena aku yakin hatinya masih dapat melihat. Lalu, tanpa bertanya tentang keadaannya, aku berbalik pergi. Aku menata kehidupanku agar aku mapan. Aku ingin melindungi gadis itu. Gadis yang meskipun sudah hampir tujuh tahun, wajahnya dalam ingatanku tetap sama.

     Gadis itu kamu, Zahra. Entah bagaimana aku mengungkapkannya, aku pun tak tahu. Aku adalah paman Rian. Bocah kecil itu sangat menyukaimu, kau tahu? Aku yang tak pernah berani melihatmu, meski dari jauh sekalipun, selalu menjadi pendengar setianya ketika bercerita tentang dirimu.

     Zahra, aku telah mengatakan semuanya padamu. Kini, dengan surat ini, tetap berasaskan Islam, maukah kamu berbagi kebahagiaan bersamaku? Membagi dukamu. Jangan berpikir bahwa kau tak pantas untukku karena aku mencintaimu bukan karena fisik dan kondisimu. Cinta yang murni ini, insyaAllah, telah mendapat restu dan ridha—Nya. Seluruh keluargaku juga sudah setuju, tinggal begaimana dirimu. Aku tak pernah memaksamu, Zahra. Cinta tak pernah bisa dipaksakan. Lebih baik kamu shalat istikharah sebelum memutuskan semuanya. Ingat, Allah selalu menjadi yang paling tahu apa yang terbaik untuk hamba—Nya.

      Wasalamualaikum… Ilham Kurniawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun