Mohon tunggu...
Endah Wahyuningtyas
Endah Wahyuningtyas Mohon Tunggu... guru swasta

guru swasta yang suka belajar, suka mambaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru dan Pengambil Keputusan, Dua Sisi Mata Uang Tak Terpisahkan

26 Oktober 2024   16:10 Diperbarui: 26 Oktober 2024   16:59 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seandainya Ki Hajar Dewantara masih hidup, pastilah beliau sekarang (mungkin) akan tersenyum melihat bahwa sedikit demi sedikit guru di Indonesia mulai menyadari peran sesungguhnya seorang guru dalam kelas. Karena akhirnya guru di Indonesia menyadari bahwa guru bukan hanya menyampaikan materi saja di dalam kelas, tetapi juga sebagai teman siswa, sebagai motivator siswa, sebagai pendamping siswa, sebagai penuntun siswa dan sebagai penghamba siswa. Selain itu ada begitu banyak peran guru di dalam kelas, juga di dalam sekolah, karena selain sebagai pengajar dan pendidik, guru juga harus mampu merancang pembelajaran yang memperhatikan semua kebutuhan belajar siswa, guru juga harus bisa menciptakan pembelajaran yang memperhatikan dan mengedepankan masalah sosial dan emosional siswa, yang nantinya akan sangat berdampak besar bagi pembentukan karakter siswa. Ah, mungkin Ki Hajar Dewantara patut berbangga hati, karena dengan pemikiran beliau lah, guru Indonesia perlahan bangkit dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi, yang tak lain dan tak bukan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

          Guru dan pengambil keputusan bukanlah hal yang asing, dan nyaris tak terpisahkan. Karena guru sendiri berperan sebagai pengambil keputusan berbagai hal dan berbagai masalah yang dihadapinya di kelas dan di sekolah. Dengan demikian, salah satu keterampilan yang harus dikuasai guru adalah pengambil keputusan, karena mengambil keputusan bukanlah hal yang sederhana. Mengambil keputusan haruslah dengan banyak pemikiran, pertimbangan dan banyak 'sharing' dengan berbagai pihak. Keputusan yang sudah diambil pun selayaknya dipertimbangkan beberapa hal, di antaranya adalah dengan mempertimbangkan : empat paradigma dilema etika, tiga prinsip berpikir dalam pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, dan yang paling penting dalam setiap mengambil keputusan harus selalu memperhatikan 3 aspek, yaitu keputusan tersebut harus berpihak pada murid, harus sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai kebajikan dan harus diambil dengan penuh tanggung jawab.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

 

Salah satu filosofi Ki Hajar Dewantara adalah ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah menjadi penyemangat) dan tut wuri handayani (di belakang memberikan dukungan), yang menjadi dasar dan landasan seorang guru memposisikan dirinya di kelas dan di sekolah. Kadang seorang guru menjadi seorang yang menjadi contoh murid-muridnya dengan berperilaku dan bersikap baik, kadang guru menjadi tempat curhat murid-muridnya dan dipercaya murid-muridnya dan terkadang pula, guru menjadi pendukung apa yang dilakukan muridnya. Demikian juga ketika seorang guru dalam pengambilan keputusan. Guru harus bisa menempatkan dirinya sebelum mengambil keputusan atas sebuah masalah yang ada di kelasnya. Guru harus bisa menjadi contoh, harus bisa menjadi penyemangat dan juga pendukung ketika mengambil sebuah keputusan. Sehingga terkadang sang guru mengambil keputusan yang tegas untuk memberi contoh kepada muridnya, bahwa ada kalanya sebagai seorang manusia, guru dan murid harus mengambil keputusan dengan tegas dan cepat. Di lain waktu, sang guru bisa menyemangati muridnya dan mendukung muridnya dengan keputusan yang diambilnya, sehingga membuat murid sang guru pun merasa diperhatikan dan disayang.

         

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

 

Nilai-nilai yang tertanam di dalam diri kita, yang sudah menjadi karakter dan akhlak kita, sangat berpengaruh dalam pola pengambilan keputusan yang kita lakukan. Nilai kebajikan yang ada di dalam diri kita (yang apabila tidak kita gunakan maka akan membuat kita merasa tidak nyaman dan bersalah), akan mendasari setiap keputusan yang kita ambil. Secara perlahan kita akan menggunakan nilai-nilai kebajikan tersebut dalam keputusan yang kita ambil dan untuk seterusnya tidak akan meninggalkan nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam lama di dalam hati dan jiwa kita ketika kita harus mengambil keputusan.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

 

Sebuah keputusan yang sudah diambil tetap memunculkan keraguan bagi pengambil keputusan. Mungkin akan muncul pertanyaan 'apakah keputusanku sudah benar?', 'apakah orang-orang akan menerima keputusan yang sudah kuambil?' dan pertanyaan-pertanyaan sejenisnya. Sepertinya akan sangat membantu apabila pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul, walaupun setelah dilakukan uji pengambilan keputusan, dilakukan coaching untuk membantu mengatasi masalah keraguan tersebut. Coaching  akan memantik ide atau gagasan dari dalam coachee  (dalam hal ini) tentang keputusan yang diambil, sehingga pengambil keputusan akan merasa percaya diri dan yakin bahwa keputusan yang diambilnya sudah betul.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Aspek sosial dan emosional yang terasah karena digunakan terus menerus akan sangat mempengaruhi keputusan yang diambil seorang guru. Karena keterampilan mengolah aspek sosial emosional akan membuat guru jadi lebih berempati terhadap masalah murid atau masalah yang ada di sekolah, sehingga masalah sosial emosional akan menjadi hal pertama yang dijadikan acuan untuk mengambil sebuah keputusan sehari-hari.

Sehingga dengan demikian seorang guru wajib mempraktikkan pembelajaran yang memperhatikan aspek sosial emosional di dalam kelas, sehingga aspek tersebut bukan menjadi hal yang asing bagi guru dal kehidupan sehari-harinya dan juga dalam mengambil keputusan.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

 

Kasus dilema etika atau adanya nilai-nilai kebajikan yang saling berbenturan dalam masalah tersebut sering kali membuat sedikit bingung dan ragu untuk pengambil keputusan, karena harus mempertimbangkan nilai kebajikan mana yang seharusnya dipilih untuk mengambil keputusan. Fokus pengambilan keputusan ini sangat dipengaruhi oleh nilai kebajikan yang sudah melekat pada diri pengambil keputusan, karena nilai kebajikan tersebut yang nantinya akan 'mewarnai' keputusan yang diambil, karena biasanya pengambil keputusan akan berfokus pada satu dari nilai kebajikan yang saling berbenturan, sehingga nantinya keputusan yang diambil akan berlandaskan dengan nilai kebajikan itu, beserta dengan semua konsekuensinya.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat sangat dipengaruhi oleh nilai kebajikan yang saling berbenturan dan nilai kebajikan yang mendasari keputusan tersebut. Sehingga sangat lah penting bagi pengambil keputusan untuk menanamkan nilai kebajikan sejak dulu dan juga menerapkannya nilai kebajikan tersebut dalam kehidupan dan aktivitas sehari-hari dengan tujuan nantinya pengambil keputusan (dalam hal ini adalah guru) bisa menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan dengan nilai-nilai kebajikan yang ada dan sudah diresapinya sejak dulu. Dan apabila keputusan diambil berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang ada di msayarakat, insya Allah, keputusan tersebut bisa diterima oleh semua pihak dan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif dan nyaman.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

 

Tantangan yang paling besar di lingkungan saya terkait pengambilan keputusan untuk masalah dilema etika adalah begitu banyaknya sumber daya manusia yang masih muda dan memiliki pandangan yang cukup berbeda dengan sudut pandang saya. Kebanyakan rekan sejawat saya yang masih muda memiliki pendapat sendiri tentang nilai-nilai kebajikan dan masalah dilema etika, sehingga saya harus cukup berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait masalah dilema etika, dan menurut saya memang sudah ada perubahan paradigma di lingkungan tempat saya bekerja.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Keputusan memerdekakan murid dalam belajar (dengan memberi kebebasan kepada murid untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya) memberi sedikit pencerahan di dalam ruang kelas, yaitu ketika murid merasa lebih senang dan bersemangat dalam belajar karena murid merasa lebih 'diorangkan' ketika diperbolehkan belajar dengan cara mereka sendiri. Tetapi pembelajaran yang memfasilitasi perbedaan tersebut memang membutuhkan persiapan yang panjang dan teliti, sehingga untuk mengantisipasi waktu yang mepet atau kejenuhan dan kelelahan guru dalam mempersiapkan pembelajaran tersebut, maka bolehlah sekali waktu guru memberi pembelajaran yang sesuai dengan keinginan guru dengan tetap memperhatikan kebutuhan belajar muridnya.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil guru atau pemimpin pembelajaran haruslah keputusan yang berlandaskan pada nilai kebajikan dan sudah mempertimbangkan berbagai hal, termasuk masalah sosial emosional semua pihak. Selain itu keputusan yang diambil harus berpihak pada siswa, atau dengan kata lain tetap berpihak pada murid, tetapi tetap saja keputusan yang diambil guru harus bisa dipertanggungjawabkan kepada semua pihak. Keputusan yang berlandaskan hal-hal tersebut, kemungkinan besar bisa mengubah masa depan muridnya agar menjadi lebih cerah.

Contoh keputusan guru yang mungkin bisa mengubah masa depan muridnya misalnya adalah dengan memutuskan untuk melakukan pembelajaran berdiferensisasi dengan memberikan kebebasan kepada muridnya untuk belajar dengan gaya dan cara mereka amsing-masing, selain itu juga menciptakan pembelajaran yang mengedepankan aspek sosial emosional muridnya, sehingga murid merasa dihargai dan dianggap ada.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

 

Kesimpulan yang saya tarik dari materi modul 3.1 yaitu Pengambilan Keputusan Berbasis pada Nilai-nilai Kebajikan Bagi Pemimpin Pembelajaran dan hubungannya dengan materi-materi sebelumnya adalah bahwa guru bukan hanya seorang pengajar dan pendidik saja, tetapi guru juga harus bisa berperan sebagai pengambil keputusan di kelas dan di sekolah, terutama di depan murid-muridnya dalam pembelajaran.

Untuk melakukan peran pengambilan keputusan dengan baik, seorang guru harus sudah memiliki nilai-nilai kebajikan yang melandasi kehidupannya sebagai manusia dan juga sebagai guru. Selain itu guru juga harus membiasakan mengasah keterampilan mengolah aspek sosial emosinal dalam pembelajaran, sehingga nanti keputusan yang diambil oleh guru tersebut bisa adil dan selalu berpihak pada murid, sekaligus bisa dipertanggungkawabkan kepada semua pihak.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Setelah mempelajari modul 3.1 ini saya jadi banyak membuka mata saya tentang masalah yang terjadi di sekolah, karena kebanyakan masalah yang terjadi di sekolah adalah masalah dilema etika atau masalah bujukan moral. Dan yang lebih penting lagi adalah untuk menyelesaikan masalah tersebut dibutuhkan kemampuan mengambil keputusan yang harus berpihak pada murid, di mana keputusan tersebut harus memperhatikan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Salah satu hal yang di luar dugaan saya adalah bahwa ternyata mengambil keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama dan membutuhkan banyak pertimbangan yang harus mengakomodir semua pihak.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya belum pernah mengambil keputusan berdasar pada 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Sebelum ini saya mengambil keputusan dengan mempertimbangkan keurgenan masalah tersebut dan pihak yang berbenturan saja.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah memperlajari modul 3.1 ini salah satu hal yang saya pertimbangkan dalam mengambil keputusan adalah harus benar-benar sudah menggali masalah yang saya hadapi, sehingga saya tahu paradigma dilema etika apa yang saya hadapi. Selain itu saya juga harus tahu apa dasar pemikiran dalam pengambilan keputusan saya dan juga saya harus bisa mempertanggungjawabkan keputusan saya sehingga keputusan yang saya ambil harus lolos dalam 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dan saya tahu, keterampilan pengambilan keputusan tersebut membutuhkan banyak latihan dan juga jam terbang yang tidak sedikit.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Modul 3.1 ini cukup menarik, karena dengan mempelajari modul ini saya jadi tahu seberapa pentingnya keterampilan mengambil keputusan bagi seorang individu, baik pemimpin ataupun bukan. Karena topik dalam modul ini menyajikan tentang cara mengambil keputusan yang tepat, dengan pertimbangan-pertimbangan yang berpihak pada semua pihak, dan khususnya sebagai seorang guru atau pemimpin pembelajaran pastilah berpihak pada kepentingan muridnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun