"Dia siapa? Pacarmu atau musuhmu? Dari tadi matanya menatapmu!" Tanya si Bapak.
"Hanya teman, Pak. Sungguh." Jawab anaknya tanpa ragu.
"Baguslah. Tidak ada pacaran!" Bapaknya memberi wasiat.
"Janji." Wanita yang kupuja itu mengangkat dua jarinya sebagai simbol sumpah.
Aku yang mendengar dan melihatnya mencelos hatiku. Ingin rasanya kembali kerumah dan tidur bersama si jago.
Aku tidak patah hati, hanya saja rasanya semangat tadi menguap pergi dan ingin menyendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H