Mohon tunggu...
Endah Suyarini
Endah Suyarini Mohon Tunggu... Lainnya - Saya bekerja dari subuh hingga malam hari. Jabatan saya sebagai seorang istri dan ibu. Disebuah perusahaan rumah tangga.

Saya suka menulis dan membaca, terutama tentang gosip viral. Selain itu juga mengisi waktu dengan bermain brick blok dan merecoki anak yang sedang main. Paling suka lagi adalah rebahan. Sekedar menikmati kipas angin didaerah panas ini, sambil mendengarkan cerita horor lewat aplikasi merah, atau membaca novel-novel fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Aku Mencintai Kamu Tidak

26 Maret 2024   15:34 Diperbarui: 26 Maret 2024   15:36 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak terasa aku sampai didekat rumahnya, saat itu aku melihatnya berboncengan dengan pria. Motorku sampai berhenti mendadak.

Aku melihatnya tertawa lebar saat membonceng pada motor tua keluaran tahun sembilan pulunan. Jelas, kalah pamor dengan motor sportku yang gagah.

Namun, pemilik motor tua itu mampu mengalahkanku. Dan, aku bahkan tidak berdaya untuk mengejarnya dan menarik paksa wanita itu.

Secara fisik, jelas akulah pemenangnya. Kalah telak pria itu. Tapi, lagi-lagi dia mampu mengalahkanku. 

Bahkan kulihat tangannya mengalung dipinggang pria itu. Dan, kulihat mereka seperti sedang saling berbicara. Sesekali wanitaku tertawa mesra.

Ah, aku tidak cemburu. Aku hanya tidak bernyali saja dan iri. Kuputuskan untuk mengikutinya. Kecepatan motor tua itu tidak seberapa, membuatku pegal diatas tungganganku.

Rasanya lama sekali hingga motor tua itu, berhenti didepan gerbang sekolah kami. Aku berhenti tepat dibelakang motor tua itu.

Aku turun dari motor sportku dan memberanikan diri menyapa wanita yang baru saja turun dari boncengannya. 

"Lho, barengan kita." Sapanya ramah padaku. Kemudian fokusnya kembali teralih pada pria yang masih berada diatas motor. Ah, sial memang.

"Aku sekolah, Pak." Ucapnya seraya mencium punggung tangan  Bapaknya.

Aku yang canggung hanya melempar senyum sambil sedikit menundukan kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun