"Kata Mbak Arum, baju ini sekarang untukku. Aku punya baju baru untuk lebaran nanti." Dia menyebut namaku dan dengan gembiranya memutar-mutarkan tubuhnya.
Baju gamis itu adalah milikku sejak tiga tahun lalu. Ku gunakan hanya saat idul fitri. Pemberian Bapak, sebelum beliau pergi merantau kemudian tak pernah kembali tanpa kabar beritanya.
"Kata Mbak, kerudungnya sudah sobek. Jadi, tidak ada kerudung, tapi tidak apa. Aku punya kerudung ini. Cocok 'kan Bu?" Pina menunjuk pada kerudung putih yang dikenakannya, yang warnanya pun mulai berubah kekuningan.
Ibu tidak memberi komentar. Beliau hanya mengelus pucuk kepala Pina dan menciumnya takjim.
"Insyallah, nanti Pina bisa punya kerudung baru." Hiburnya.
Pina mengangguk."Lalu, baju baru Ibu mana? Apa Ibu akan memakai baju lama Ibu lagi?" Pina bertanya sendu.
"Apa Ibu mau baju baru?" Tanyanya.
"Ibu beri tahu,ya! Baju ibu selalu baru!" Ujar Ibu dengan senyum mengembang.
"Hah? Mana? Aku mau lihat." Rajuk Pina.
"Tutup dulu mata adek." Perintah Ibu yang dituruti oleh Pina. "Dengarkan Ibu!"
"Baju Ibu selalu baru setiap kali Mbak Arum dan Dek Pina shalat dan melantunkan ayat Al-Quran. Semakin baik Shalat dan mengaji kalian, semakin indah baju baru ibu. Semakin banyak hafalan kalian, semakin banyak juga baju baru Ibu."