Mohon tunggu...
Endah Suyarini
Endah Suyarini Mohon Tunggu... Lainnya - Saya bekerja dari subuh hingga malam hari. Jabatan saya sebagai seorang istri dan ibu. Disebuah perusahaan rumah tangga.

Saya suka menulis dan membaca, terutama tentang gosip viral. Selain itu juga mengisi waktu dengan bermain brick blok dan merecoki anak yang sedang main. Paling suka lagi adalah rebahan. Sekedar menikmati kipas angin didaerah panas ini, sambil mendengarkan cerita horor lewat aplikasi merah, atau membaca novel-novel fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tukar Nasib

23 Maret 2024   15:44 Diperbarui: 23 Maret 2024   15:48 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Adam menghela nafas. 

"Capek aku ini. Panas-panas muter-muter. Pusing kepala." Pak Adam duduk dibangku beton depan warung.

Disaat yang sama Dul Idul datang sambil juga menenteng tabung gas tiga kilo. Mendengar percakapan dua orang tadi membuatnya menghela nafas kecewa.

"Haduh. Kok, bisa langka, tho ini?" Tanyanya dengan logat jawa.

"Ya, mau gimana lagi. Sampean lihat gak, tulisan ditabungnya itu. Lihat tho, dibaca! 'Untuk Masyarakat Miskin' betul?" Pak Adam membaca dengan kencang, sambil memperhatikan tabung gas yang penuh dengan bercak serupa karat.

"Teros?" Dul Idul tidak paham. Pun dengan Bu Sul yang tidak tahu kemana arah pembicaraan Pak Adam.

"Itu artinya gas tiga kilo khusus orang miskin. Bener? Nah, karena gas tiga kilo sulit atau langka, artinya orang miskin disini sudah sulit alias langka alias masyarakat kita wis, sogeh-sogeh alias kaya-kaya! Begitu. Meskipun hanya makan terasi bakar!"

"Terasi terbuat dari udang. Udang itu sipud. Sipud itu makanannya orang kaya. Jadi, aku ini termasuk orang kaya. Terangkat status sosialnya karena terasi."

"Halah, aneh-aneh wae. Bikin mumet!" Runtuk Dul Idul.

"Intinya gas tiga kilo itu hanya tabung kosonh, karena masyarakat kita sudah kaya raya tidak pantas pake gas tiga kilo! Kecuali, kamu tidak malu dipanggil si miskin meski berduit." Pak Adam berkata.

"Aku sing penting bisa makan!" Sahut Dul Idul sambil menggaruk kepalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun