Mohon tunggu...
Endah Raharjo
Endah Raharjo Mohon Tunggu... -

~...~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pohon Kenanga di Halaman Belakang

16 Oktober 2014   17:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:47 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keluarga Subakti tertimbun duka. Bu Subakti meninggal dunia dalam usia muda, 37 tahun, akibat penyakit lupus yang mulai menyiksanya selepas melahirkan anak pertama. Kala itu Kiki belum genap 13 tahun dan tiga hari sebelumnya Bobi merayakan ulang tahun ke-7.

Pak Subakti sedari muda dikenal bengal. Yang mau dekat dengannya hanya orang-orang yang membutuhkannya. Perilakunya tak membaik meskipun sudah beranak dua. Selain mudah marah tanpa alasan, ia gemar main perempuan. Beberapa kali ia pernah mencoba meniduri pembantu rumahnya. Ketika kabar tersiar, tak ada lagi pembantu rumah tangga yang sudi bekerja di rumah mereka. "Istriku sakit-sakitan," atau "Istriku tidak bisa melayaniku lagi," begitu alasannya tiap ditegur orang.

Menjadi duda dalam usia 40 dengan tanggungan dua anak yang tengah membutuhkan kasih sayang membuat pemilik toko kayu itu menjadi-jadi. Ia serupa kapal yang rusak mesin dan putus jangkar: terapung-terapung terhempas gelombang.

Ia tak peduli bahwa dua anaknya makin memerlukan dirinya. Sepeninggal istrinya ia jadi makin sering dan makin lama pergi, mencari kayu di berbagai wilayah dan gentayangan mirip hantu di hutan-hutan yang ia datangi. Bila pulang, ia rajin membawa perempuan, tak jelas siapa dan bertemu di mana. Keluarga besar Subakti prihatin. Berbagai cara telah mereka upayakan untuk menghentikan kebejatannya, hingga akhirnya mereka kewalahan. Mereka juga sama-sama punya beban hidup yang tak bisa ditangguhkan. Tangisan Kiki dan Bobi pada kakek-nenek dan paman-bibinya makin hari merupa tembang pilu yang membosankan untuk didengar. Mereka tak bisa mencarikan jalan keluar. Hal terbaik yang bisa mereka berikan adalah menghibur dengan kata-kata, yang hari ke hari hanya itu-itu saja.

Belum genap setahun sejak istrinya meninggal, salah satu perempuan yang sering dibawa Subakti hamil. Lelaki itu tak hendak bertanggung jawab. Punya dua anak dari istri sah saja ia telantarkan, apalagi ini akan dianggap anak haram. Perempuan itu dipaksanya menggugurkan kandungan dengan imbalan uang.

Semenjak itu, Subakti berubah.

Ia tak lagi terlihat menggandeng perempuan. Ia jadi lebih sering pulang dan rajin mengundang salah satu pegawai lelakinya bertandang ke rumah. Kadang pegawainya itu menginap. Orang-orang mengira Subakti jera, mulai memerhatikan anak-anaknya, menyuruh pegawainya itu membantu bersih-bersih rumah.

"Ayahmu sudah sadar, Ki. Semoga dia segera menemukan jodoh lagi. Meskipun ibu tiri, akan ada orang yang merawat kalian," ujar nenek Kiki, menghibur si cucu dengan impiannya.

Namun mimpi nenek Kiki tak jadi nyata. Subakti ternyata tidak betah di rumah. Bila pergi ke hutan atau mendatangi lelang kayu, ia selalu membawa serta pegawainya yang masih muda itu. Seiring waktu, perangai Subakti makin menyakitkan keluarganya. Apalagi setelah pegawainya itu keluar tanpa pamit dan pindah ke lain kota.

Bila sedang di rumah, ia sering mengajak Bobi bermain, hanya berdua saja, tanpa Kiki. Dari kecil Kiki tidak mendapat kasih sayang ayahnya. Ia dianggap sebagai sumber malapetaka, asal-usul bibit penyakit yang diderita ibunya. Bila ia menangis, bukan pelukan atau belaian yang ia terima, justru hardikan dan sesekali tamparan. Namun gadis belia itu tangguh dan selalu berusaha kukuh.

"Gara-gara kamu, ibumu jadi sakit dan mati!" bentak lelaki itu pada anak sulungnya tiap kali Kiki memintanya tinggal di rumah lebih lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun