Adapun teori yang melandasinya yaitu teori  Teori Belajar Bermakna dari David Ausubel Suparno (dalam Rusman, 2011, hlm.244). Ausubel membedakan antara belajar bermakna dengan belajar menghapal. Belajarbermakna merupakan proses dimana informasi baru dihubungkan dengan pengertian yang telah dimiliki, belajar menghapal tidak berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki. Kaitannya dengan Problem Based Learning, dalam pembelajaran Problem Based Learning guru mengaaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan kognitif yang telah dimiliki siswa sebelumnya.
Seperti yang di ungkapkan oleh Ausebel sebelumnya, jadi Problem Based Learning merupakan belajar bermakna. Â Karakteristik dalam Proses Problem Based Learning (Rusman, 2011. Hlm. 232-233) adalah sebagai berikut:Masalah digunakan sebagai starting point dalam belajar, permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata dan tidak terstruktur. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda.Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam Problem Based Learning. Belajar menjadi kolaboratif, komunikasi dan kooperatif. Pengembangan keterampilan inkuiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan, Keterbukaan proses dalam Problem Based Learning meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.
PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa. adapun langkah dalam penerapan Problem Based Learning yaitu: memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa, mengorganisasikan siswa untuk meneliti, membantu investigasi mandiri dan kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan Exhibit, menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi maslah. Kemudian hasil belajar menurut Sudjana, "hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar" (2014, hlm. 22). Siswa dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika siswa mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan.
II.METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris (Semi, 1993: 23). Selanjutnya, penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2008: 157).
Penilitian ini dilakukan di SMA Negeri 10 Medanberalamat di Jalan Tilak No. 108, Sei Rengas I, Medan. Subjek penelitian ini adalah guru dan murid kelas XII IPS 2 SMA Negeri 10 Medan.
Metode dokumentasi, observasi, dan wawancara merupakan metode utamadalam penelitian ini. Metode dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan penerapan model pembelajaran berbasis masalah.
Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII IPS 2 SMA Negeri 10 Medan.
Metode wawancara mewawancarai narasumber yaitu guru bahasa Indonesia yang masuk pada kelas XII IPS 2 yaitu ibu Dewi Sitorus yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat. Wawancara ini dilakukan langsung setelah pengamatan agar masalah penting tidak terlewati atau terlupakan.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN