Mohon tunggu...
Ena Nurjanah
Ena Nurjanah Mohon Tunggu... -

Ena Nurjanah, S.Psi., M.Si Penulis Anak Indonesia Hebat (Official Facebook Page) www.anakindonesiahebat.com Penulis, Pengamat, Relawan, dan Pekerja Sosial bagi Anak dan Perempuan || Menggeluti dunia Psikologi, Perkembangan Anak, Perlindungan Anak & Perempuan, serta kesejahteraan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak juga Punya Harga Diri (Kiat Menghadapi Perkembangan Anak)

31 Maret 2016   10:12 Diperbarui: 31 Maret 2016   15:49 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahap Ketiga  (3/4 tahun -  5/6 tahun)
Konflik antara anak dan orangtua biasanya dimulai pada tahap ini. Anak selalu ingin menentukan pilihannya sendiri sehingga para orangtua sering menganggapnya sebagai sikap agresif.

Pada tahap ini anak mulai berinteraksi dengan teman di sekolah (TK). Fase utamanya adalah bermain, bukan terpaku pada pendidikan formal. Jadi, beri kesempatan anak mengeksplorasi ketrampilan interpersonalnya melalui berbagai kegiatan dengan teman-temannya.

Pada saat bermain anak mengasah banyak kemampuan. Dan yang utama dalam tahap ini adalah kemampuan berinisiatif. Anak belajar berinteraksi dengan teman sebayanya dan belajar  mengajak temannya bermain atau melakukan berbagai kegiatan lainnya.

Inisiatif adalah usaha yang dilakukan anak untuk mewujudkan sesuatu yang dia pikirkan. Anak pada tahapan ini juga sangat aktif, seperti lokomotif yang selalu berada di depan. Mereka banyak bicara dan banyak bertanya. Mereka juga  senang bereksperimen dan belajar melalui  permainan imajinatifnya.

Mereka haus pengetahuan. Inisiatifnya mendorong anak jadi banyak bertanya. Para orangtua seharusnya bisa bersabar menjawab berbagai pertanyaan anak untuk memenuhi rasa ingin tahu anak. Jika orangtua  menyikapi pertanyaan anak dengan kemarahan, merasa terganggu, atau tindakan yang mengancam lainnya  maka anak akan merasa bersalah, menganggap bahwa dirinya adalah pengganggu.

Kemandirian yang dimiliki anak perlu mendapat arahan orangtua sehingga anak memiliki keseimbangan dalam kemampuan kontrol diri, karena seringkali  perbuatan  anak seusia ini penuh dengan resiko.  Seperti ingin menyeberang jalan sendiri atau mencoba bermain di tempat yang jauh dari jangkauan pengawasan orangtuanya.

Pemahaman sebab akibat anak pada tahap ini juga masih sangat primitif. Mereka mudah percaya perkataan orangtuanya:
“Kalau kamu nakal, mama bawa ke dokter untuk disuntik!”
“Hati-hati, kamu bisa jatuh kalau tidak dengar ayah!”

Sebaiknya orangtua berhati-hati dalam menyampaikan informasi yang tidak masuk akal, karena anak sedang belajar memahami apapun yang ia dengar.

Dukungan orang tua  sangat penting dalam setiap usaha anak.  Jika orangtua tidak mendukung usahanya, mengatakan mereka anak bodoh, menyusahkan, maka anak akan mengembangkan perasaan bersalah atas keinginan dan  kebutuhannya.

Terlalu banyak perasaan bersalah dapat membuat anak menjadi lamban dalam berinteraksi dengan orang lain dan akan menghambat kreativitas mereka.

Terlalu banyak inisiatif dan tidak punya rasa bersalah  juga merupakan kondisi maladaptive, anak cenderung menjadi kasar. Mereka hanya peduli pada rencana mereka sendiri, tidak peduli pendapat siapapun dan dalam situasi apapun. Baginya, yang penting tujuan tercapai dan perasaan bersalah dianggap sebagai sebuah kelemahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun