Tahap Ketiga (3/4 tahun - 5/6 tahun)
Konflik antara anak dan orangtua biasanya dimulai pada tahap ini. Anak selalu ingin menentukan pilihannya sendiri sehingga para orangtua sering menganggapnya sebagai sikap agresif.
Pada tahap ini anak mulai berinteraksi dengan teman di sekolah (TK). Fase utamanya adalah bermain, bukan terpaku pada pendidikan formal. Jadi, beri kesempatan anak mengeksplorasi ketrampilan interpersonalnya melalui berbagai kegiatan dengan teman-temannya.
Pada saat bermain anak mengasah banyak kemampuan. Dan yang utama dalam tahap ini adalah kemampuan berinisiatif. Anak belajar berinteraksi dengan teman sebayanya dan belajar mengajak temannya bermain atau melakukan berbagai kegiatan lainnya.
Inisiatif adalah usaha yang dilakukan anak untuk mewujudkan sesuatu yang dia pikirkan. Anak pada tahapan ini juga sangat aktif, seperti lokomotif yang selalu berada di depan. Mereka banyak bicara dan banyak bertanya. Mereka juga senang bereksperimen dan belajar melalui permainan imajinatifnya.
Mereka haus pengetahuan. Inisiatifnya mendorong anak jadi banyak bertanya. Para orangtua seharusnya bisa bersabar menjawab berbagai pertanyaan anak untuk memenuhi rasa ingin tahu anak. Jika orangtua menyikapi pertanyaan anak dengan kemarahan, merasa terganggu, atau tindakan yang mengancam lainnya maka anak akan merasa bersalah, menganggap bahwa dirinya adalah pengganggu.
Kemandirian yang dimiliki anak perlu mendapat arahan orangtua sehingga anak memiliki keseimbangan dalam kemampuan kontrol diri, karena seringkali perbuatan anak seusia ini penuh dengan resiko. Seperti ingin menyeberang jalan sendiri atau mencoba bermain di tempat yang jauh dari jangkauan pengawasan orangtuanya.
Pemahaman sebab akibat anak pada tahap ini juga masih sangat primitif. Mereka mudah percaya perkataan orangtuanya:
“Kalau kamu nakal, mama bawa ke dokter untuk disuntik!”
“Hati-hati, kamu bisa jatuh kalau tidak dengar ayah!”
Sebaiknya orangtua berhati-hati dalam menyampaikan informasi yang tidak masuk akal, karena anak sedang belajar memahami apapun yang ia dengar.
Dukungan orang tua sangat penting dalam setiap usaha anak. Jika orangtua tidak mendukung usahanya, mengatakan mereka anak bodoh, menyusahkan, maka anak akan mengembangkan perasaan bersalah atas keinginan dan kebutuhannya.
Terlalu banyak perasaan bersalah dapat membuat anak menjadi lamban dalam berinteraksi dengan orang lain dan akan menghambat kreativitas mereka.
Terlalu banyak inisiatif dan tidak punya rasa bersalah juga merupakan kondisi maladaptive, anak cenderung menjadi kasar. Mereka hanya peduli pada rencana mereka sendiri, tidak peduli pendapat siapapun dan dalam situasi apapun. Baginya, yang penting tujuan tercapai dan perasaan bersalah dianggap sebagai sebuah kelemahan